Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Surat Terbuka untuk Toa Masjid Desa Saya yang Suaranya Kurang Berisik

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
4 Mei 2021
A A
Dewan Masjid Indonesia Berencana Atur Suara Toa Masjid di Indonesia mojok.co
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Surat keluhan dari seorang warga desa untuk TOA Masjid yang suaranya nggak kenceng-kenceng blas. Ini gimana sih? Kurang berisik tahu!

Teruntuk TOA Masjid dekat rumah saya yang terhormat, betapa bahagianya saya bisa menulis surat terbuka untuk Anda yang suaranya kalah berisik sama suara Ibu saya ketika nggrundel nonton Mbak Andin dan Mas Al yang lagi geger gedhen.

Pun saya senang bukan kepalang karena akhirnya bisa menulis perihal uneg-uneg yang terhimpun lama dan mengendap di otak saya. Permasalahannya cukup problematik, TOA Masjid desa saya ini suaranya ndlap-ndlup seperti HP Nokia ketika di-silent. Saya yang punya gairah lebih untuk beribadah, kok ya jadi susaaaah.

Begini lho, TOA Masjid desa saya yang terhormat, izinkan saya jabarkan dengan runtut duduk perkara supaya adil sejak dalam pikiran.

Dear, TOA Masjid, kita sama-sama tahu hal-hal yang bersangkutan dengan agama itu pelik di negeri yang katanya Bhineka ini.

Hmm, sebenarnya bukan semua agama, sih, yang pelik. Tapi ya anggap saja terminologi “agama” ini cukup baik untuk menggambarkan betapa susahnya ngobrolin agama di ruang privat—terutama atas kritik-kritiknya.

TOA Masjid desa saya, kita sama-sama tahu, ada orang yang menggugat suara TOA di kampung lantaran terlalu keras, justru digelandang sampai meja hijau. Entah benar atau nggak, ia mempermasalahkan perihal polusi suara. Terbaru, ada artis yang di-bully habis-habisan lantaran protes perihal suara TOA yang terlampau mbrebegi.

Dari sekian banyak kasus di Nusantara yang katanya berbeda-beda tapi tetap satu jua ini, kok ya kebanyakan mempermasalahkan suara TOA yang terlalu keras atau terlalu berisik. Sedangkan Anda, wahai TOA Masjid desa saya, justru sebaliknya, yakni dengan suara yang amat minimalis. Seperti suara maba yang malu-malu ketika presentasi di depan kelas.

Hal itu kan bikin saya bergejolak waktu sembahyang di jalan Tuhan, jadi tergoncang gara-gara suara Anda yang terlalu sayup lho ini.

Apa ya nggak malu sama suara TOA Masjid desa sebelah yang suaranya dari ujung Sleman sampai Imogiri terdengar dengan lantang? Contohlah TOA Masjid desa sebelah, ketika TOA berkata “SAHOOOOOOOR!” maka semua warga desa mak tratap pada melek.

Wahai TOA Masjid desa saya, contohlah suara TOA Masjid desa sebelah. Alih-alih bermaksud membangunkan sahur, justru seperti simulasi suara terompet sangkakala. Sound Hammersonic atau Djakarta Warehouse Project? Apaan tuh? Mereka hanya remah-remah peyek di hadapan TOA Masjid desa sebelah

Apa yang dilakukan oleh TOA Masjid desa sebelah nggak buruk lho, ya. Jangan disalah-artikan. Malahan bagus.

Kalau bisa ya kerasnya sampai membangunkan Pak Jokowi dan Yai Ma’ruf dari tidur pulasnya di istana negara nun jauh di sana. Di menara gading yang nggak pernah tergapai oleh rakyat jelata seperti saya.

Saya dapat laporan dari marbot masjid desa saya, perihal suara TOA yang nggak keras-keras amat, cenderung sayup. Katanya sih di sekitar lingkungan Masjid ada keluarga yang baru punya anak. Jika suaranya terlampau keras, terganggulah si bayi tersebut ketika pulas.

Iklan

Pun banyak lansia yang katanya tidurnya akan terganggu semisal suara adzan menggema terlampau keras. TOA Masjid yang terhormat, alasan marbot sebenarnya masuk akal, namun saya amat menyayangkan lantaran Anda, kok ya manut-manut saja. Saya bahkan nggumun, kok ya masih ada yang namanya toleransi.

Begini lho, selain saya ini merasa terganggu ibadahnya lantaran bunyi TOA yang kurang marem, saya juga khawatir dengan persaingan antar desa. Seriusan ini saya, ketika tiap desa berlomba-lomba pakai TOA yang suaranya bisa didengar oleh Hades di bawah tanah saya, kok ya desa saya ini malah melempem.

Bagaimana coba malaikat mencatatnya?

Takutnya, pahala dihitung dari seberapa keras suara TOA Masjid, bukan dari seberapa toleran kita kepada lingkungan. Lha wong suara TOA kan perihal gagah-gagahan.

Pokoknya, desa sebelah kudu tahu bahwa desa A sedang mengumumkan infak Jumat. Pun desa B nggak mau kalah, mereka dengan lantang mengumumkan bahwa Masjid akan dipugar untuk ribuan kalinya agar terlihat gagah.

Lha desa saya ini sudah wangun lho. Karang taruna maju, sumbangan lancar, dan Masjid pun amat gagah dengan marmer yang begitu adem ketika terik, nyaman ketika sunyat malam.

Hal-hal seperti ini, Anda, wahai TOA Masjid, harusnya bersorak mengabarkan sekencang-kencangnya. Kok ya malah sayup, ciut, dan nggak ada gairahnya. Mana gairah bulan suci, wahai TOA Masjid desa saya?

Suara TOA Masjid desa saya, bahkan tikus-tikus di dalam tanah pun pasti nggak bakalan dengar bahwa Pak Rusdi infak tiga juta minggu ini. Apalagi ketua desa sebelah, pasti nggak tahu selepas Ramadan, Masjid desa saya bakalan mengadakan santunan kepada fakir miskin di kabupaten.

Woalaaaaah, berita yang seharusnya geger seperti ini kok ya nggak disiarkan dengan lantang. Perihal ada anak bayi dan lansia di lingkungan desa, emang lebih penting, ya, ketimbang mengabarkan berita gagah seperti ini? Yah, takutnya Malaikat Raqib nggak mendengar dan bikin lupa mencatat sumbangan Pak Rusdi minggu ini. Piye jajal?

Ini sih namanya pembungkaman terhadap kebaikan! Lha ya kan di jaman ini, apa-apa kudu diumumkan oleh TOA.

Ada yang nyumbang, diteriaki di TOA. Ada yang qurban sapi, huuuh apalagi ini, harus diumumkan ke satu penjuru desa. Sedangkan ketika di sekitar ada yang kelaparan lantaran pandemi, TOA nggak mengumumkan. Lho, di negeri ini kan butuhnya citra, bukan realita.

Coba deh wahai Anda, TOA Masjid desa saya yang terhormat, mbok ya suaranya dikeraskan sekeras-kerasnya seperti TOA Masjid desa sebelah.

Nggak usah malu-malu, mumpung ini bulan baik akan perlombaan mencari amal, sekaligus mencari atensi lingkungan desa. Nganu, semisal saya mau nyalon jadi lurah atau kadus, kan aksesnya jadi lebih mudah untuk flexing-flexing manja.

Salam,

Calon Ketua Desa Konoha 2K24!

BACA JUGA Beda Zaskia Adya Mecca, Takmir, dan Santri ketika Lihat TOA Masjid atau tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terakhir diperbarui pada 4 Mei 2021 oleh

Tags: masjid sebelahRamadansahursembahyangsurat terbukatoa masjidzaskia adya mecca
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Bercita-cita menjadi pelatih Nankatsu. Mahasiswa filsafat.

Artikel Terkait

Perang sarung dulu buat seru-seruan kini jadi tindakan kriminal MOJOK.CO
Ragam

Perang Sarung Kini Jadi Tindakan Kriminal, Apa Sih yang Sebenarnya Para Remaja Ini Perlukan?

13 Maret 2025
anak sma dari jogja ngajar ngaji di jepang.MOJOK.CO
Aktual

Anak SMA dari Jogja Dakwah di Jepang Selama Ramadan, Emak-emak Semangat Minta Diajar Ngaji Sampai Tengah Malam

3 April 2024
Minta Tanda Tangan Imam di Ramadan itu Merepotkan MOJOK.CO
Ragam

Minta Tanda Tangan Imam di Bulan Ramadan, Kegiatan yang Pernah Dianggap Imam Masjid Merepotkan dan Membuang Waktu

28 Maret 2024
Acara Bukber di Tempat Makan Menyiksa Juru Masak MOJOK.CO
Ragam

Bukber di Tempat Makan Adalah Acara yang Menyiksa Juru Masak, Sebel Masak Ratusan Porsi untuk Orang yang Sok Berbuka Padahal Nggak Puasa

27 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.