Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Surat Kecil untuk Bung Karno

Faris Fakhriansyah oleh Faris Fakhriansyah
24 November 2016
A A
Surat Kecil untuk Bung Karno

Surat Kecil untuk Bung Karno

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

“Orang tidak dapat mengabdi pada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia. Tuhan bersemayam di gubuknya orang miskin.” Demikian dulu kau tulis, Bung.

Ah, betapa indah membaca petuah Bung yang satu itu. Bagaimana tidak, Bung mengajak kita, orang yang mengabdi pada Tuhan, untuk wajib mengabdi kepada sesama manusia, terutama orang-orang miskin yang berada di gubuknya. Jika tidak, akan menjadi sia-sia saja pengabdiannya pada Tuhan.

Tapi, Bung, setelah 71 tahun negara ini merdeka, ada yang cukup mengganjal di hati saya ketika membaca kembali petuah di atas. Kini, Bung, gubuk-gubuk yang dimaksudkan sedikit demi sedikit hilang dari pandangan. Atas nama pembangunan, tak hanya satu per satu, dalam sekejap gubuk-gubuk itu digusur, digantikan keindahan artifisial yang diciptakan demi kepentingan pemilik modal.

Dan, Bung, bukannya saya mengkhawatirkan turut tergusurnya Tuhan yang bersemayam di sana. Sama sekali bukan. Tuhan Mahakuasa. Tak mungkin Tuhan ikut-ikutan lenyap bersama gubuk yang dihuni orang-orang tersebut. Saya lebih berempati pada penghuni-penghuni di dalamnya, Bung, karena tak sedikit yang menjadi korban penggusuran.

Ah, bicara soal pembangunan, Bung, saya jadi ingat apa yang dikatakan Bli Jerinx dari SID di media sosialnya. Apa? Bung tak tahu Jerinx itu siapa? Waduh, saya lupa… Bung kan tak punya Twitter.

Jerinx bilang, Bung, bahwa saat ini tindakan yang merusak fasilitas disebut sebagai vandalisme, namun tindakan yang merusak alam justru disebut pembangunan. Betapa kuatnya hegemoni bahasa pada kata pembangunan ini, Bung, sehingga kini menjadi sebuah tameng untuk melancarkan penggusuran-penggusuran di berbagai tempat dan tak jarang pula disertai aksi kekerasan oleh aparat.

Perjuangan warga Bali tak kalah gencarnya, Bung. Pulau yang terkenal dengan keindahannya itu kini terancam direklamasi, lagi-lagi dengan dalih pembangunan. Padahal, di balik kata pembangunan ini banyak rakyat dirugikan. Banyak rakyat yang kehilangan mata pencaharian dan lingkungan yang telah berpuluh tahun menghidupi mereka akan rusak, ditimbun pasir dan hilang dalam sekejap. Itu tak hanya terjadi di Bali, pulau tempat Jerinx berdiam, melainkan pula di berbagai tempat di Indonesia.

Sementara rakyat di berbagai tempat sedang menderita, penerus Bung kini, Presiden Indonesia yang ketujuh sedang gencar-gencarnya melakukan silaturahmi di istana tempat dulu Bung berdiam. Duduk di atas sofa krem dan ditemani secangkir teh manis, seminggu lalu Bung Joko dan Bung Bowo, mantan rivalnya, mengadakan konferensi pers, setelah sebelumnya melakukan makan siang bersama.

Konon, kegiatan silaturahmi ini dalam rangka untuk mengembalikan stabilitas negara yang beberapa waktu lalu terguncang karena demo para umat muslim, 4 November lalu. Ah, saya pun belum cerita kepada Bung soal demo ini. Di tanggal tersebut, ratusan ribu umat muslim turun ke jalan-jalan Jakarta untuk meminta pemerintah memproses secara hukum Gubernur DKI Jakarta yang dituduh menista agama Islam: Bung Ahok.

Tak sia-sia umat muslim membanjiri Ibu Kota, menjelang hari H, beberapa perwakilan dari mereka ditemui oleh wakil Bung Joko—yang kabarnya tak bisa hadir karena akses jalan yang tidak memungkinkan, dan digantikan oleh Wakil Presiden, Bung JK. Ah, beruntung sekali umat muslim ini dibanding para keluarga korban pelanggaran HAM yang setiap hari mengadakan Aksi Kamisan di depan Istana Negara.

Bayangkan, Bung, sejak hari Kamis tanggal 18 Januari 2007 silam, setiap minggu mereka mengadakan aksi diam di depan Istana Negara untuk menuntut keadilan atas kerabat mereka yang hilang diculik. Hingga saat ini sudah lebih dari 450 kali Aksi Kamisan dilakukan, tapi tak pernah satu kali pun para presiden yang silih ganti tersebut memperhatikan mereka, bahkan sekadar mengirim perwakilan.

Ah, Bung, padahal masih hangat apa yang kemarin Bung Joko katakan sesaat setelah bersilaturahmi dengan ketua PPP, Bung Romi, bahwa negara ini negara hukum yang harus berjalan berdasarkan hukum, bukan atas dasar pemaksaan kehendak, apalagi menggunakan kekuatan massa. Bung Joko pun menambahkan bahwa hukum harus menjadi panglima di negara kita.

Apa arti kata-kata itu di hadapan keluarga Aksi Kamisan, Bung? Penghias bibir belaka? Mengapa begitu sulit baginya yang dikenal sebagai tukang blusukan, sosok yang rela bepergian hanya untuk menjumpai rakyatnya, untuk sekadar melangkah keluar istananya dan menghampiri barisan berpayung hitam itu?

Dan kini, Bung, rezim Bung Joko ini kian hari menjadi semakin represif. Di kota saya saja, di Bandung, kota yang dulu Bung pernah mengais ilmu di sana, membaca buku di atas pukul 10 malam mesti kena gebuk aparat. Duh, Bung, kalo saja rekan Bung yang satu itu mengetahui hal ini, tidak mungkin tidak beliau akan naik pitam. Beliau yang paham betul bagaimana pentingnya buku sebagai jendela pengetahuan.

Iklan

Dan yang terakhir ini masih hangat, Bung: delapan petani penduduk Desa Sukamulya di Majalengka ditangkap aparat dan tiga di antara mereka ditetapkan sebagai tersangka karena dituduh melawan petugas kemanan setelah sebelumnya mereka dikeroyok aparat. Salah satu dari tiga orang tersebut adalah Carsiman. Ia luka-luka demi mempertahankan lahan pertanian yang akan digusur untuk pembangunan bandara internasional baru.

Bung, lihatlah potret Indonesia kini. Penerus Bung menikmati manisnya teh hangat di Istana Negara bersama tamu, sementara si miskin sendiri membalur diri dengan amisnya luka untuk mempertahankan gubuk dan tanah penghidupannya. Benarkah Tuhan masih bersemayam di sana, Bung?

Terakhir diperbarui pada 10 Agustus 2021 oleh

Tags: BalijakartajokowipenggusuranreklamasiSukarno
Faris Fakhriansyah

Faris Fakhriansyah

Artikel Terkait

UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Ragam

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Alumnus ITB resign kerja di Jakarta dan buka usaha sendiri di Bandung. MOJOK.CO
Sosok

Alumnus ITB Rela Tinggalkan Gaji Puluhan Juta di Jakarta demi Buka Lapangan Kerja dan Gaungkan Isu Lingkungan

12 Desember 2025
Nekat resign dari BUMN karena nggak betah kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Liputan

Nekat Resign dari BUMN karena Lelah Mental di Jakarta, Pilih “Pungut Sampah” di Kampung agar Hidup Lebih Bermakna

10 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO
Ragam

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
Jadi omongan saudara karena sarjana nganggur. MOJOK.CO

Putus Asa usai Ditolak Kerja Ratusan Kali, Sampai Dihina Saudara karena Hanya Jadi Sarjana Nganggur

12 Desember 2025
bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025
Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025

Video Terbaru

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

10 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.