Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Surat Curhat yang Tidak Dibalas oleh Agus Mulyadi

Puthut EA oleh Puthut EA
18 Januari 2018
A A
agus-mulyadi-melamun-berpangku-tangan-MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

[MOJOK.CO] “Pantes nggak Agus Mulyadi jawab. Kalau sampai dia balas, paling yang keluar makian semua.”

Sebagai Kepala Suku, tentu saja saya harus memberi tauladan kepada para kru Mojok. Saya ikut aturan main yang disepakati bersama. Kecuali dalam keadaan terdesak. Seperti kali ini.

Sebagaimana biasa, semua naskah yang dikirim ke Mojok hanya bisa dilakukan via email resmi. Bukan ke orang per orang. Tapi kadang ada yang di-cc kepada orang-orang tertentu. Salah satunya adalah surat curhat ini.

Rubrik curhat, sebagaimana Anda tahu, diampu oleh Agus Mulyadi. Iseng saya membaca surat curhat itu. Isinya menarik. Tapi saya heran, kenapa sudah sebulan lebih surat curhat itu tidak kunjung dibalas oleh Agus.

Akhirnya saya menggunakan hak adat saya sebagai Kepala Suku. Saya menyurati si pengirim dan meminta izin untuk memuatnya dalam rubrik esai. Bukan rubrik curhat. Dia mengizinkan.

Supaya tidak terlalu bertele-tele, berikut isinya.

***

Dear Mas Agus yang selalu menginspirasi dan menghibur banyak orang….

Mas Agus, perkenalkan nama saya yang juga sama dengan Anda. Hanya beda nama belakangnya. Umur kita juga sama. Bahkan tanggal lahir kita sama.

Mas, saya mau curhat, dan sangat berharap jenengan membalasnya. Sebab ini menyangkut sesuatu yang sangat penting.

Begitu lulus SMA, saya memutuskan tidak mau kuliah. Mirip dengan Mas Agus. Hanya saja kalau Mas Agus kan karena kahanan, sementara saya karena keputusan sendiri. Ibu saya seorang perawat dan bapak saya guru SMP. Saya hanya dua bersaudara. Saya anak kedua. Dari sana saja, sebetulnya jenengan tahu kalau kedua orangtua sangat menginginkan saya kuliah.

Tapi saya menolak. Bukan berarti pula saya antisekolah, Mas. Tapi saya ingin sekolah dengan biaya sendiri.

Kebetulan saya punya sedikit keahlian ngoprek hape. Saya lalu membuka kios kecil dengan menjual sepeda motor saya. Di kios itu, saya membuka jasa memperbaiki hape rusak. Tentu saja juga jualan pulsa. Alhamdulillah, bisnis itu lumayan berkembang. Belum setahun, saya sudah punya dua pegawai.

Di situlah muncul masalah. Ternyata ada sepupu saya yang iri. Dia seumuran saya, yang artinya juga seumuran jenengan. Dia memfitnah saya di seluruh keluarga besar kami. Katanya saya ini sukses bisnis karena ngingu thuyul dan suka ke dukun.

Iklan

Masyaallah. Padahal saya itu nggak pernah ke dukun. Kalau ngaji sih iya, Mas. Kadang saya ikut pengajian ke desa sebelah. Saya kan juga ingin memperdalam ilmu agama.

Namun, Allah sungguh Maha Adil, Mas. Tidak lama kemudian, sepupu saya sakit keras. Hingga dia dan orangtuanya menemui saya untuk meminta maaf atas fitnahnya. Tentu saja saya maafkan, Mas. Bahkan saya tampung dia sebagai pekerja di kios saya yang makin berkembang. Kini dia mengelola salah satu kios hape saya. O iya, saya sekarang sudah punya tiga kios hape, Mas. Ketiganya punya pegawai 6 sampai 8 orang. Lumayanlah, Mas. Saya ikut membantu pemerintah membuka lapangan pekerjaan.

Sampai di sini, saya yakin Mas Agus sudah mulai mengerti yang akan saya curhatkan….

Saya flesbek ya, Mas. Setelah kios hape saya mulai bagus, tiba-tiba saya kepikiran untuk membuka warung makan. Cuma saya tidak bisa memasak, Mas.

Nah, saya teringat waktu SMA punya teman bernama Indah. Dia cantik. Ya, termasuk primadona sekolahlah, Mas. Kebetulan Indah itu kuliah di kota saya. Hanya saja sepertinya orangtuanya kesulitan membiayai Indah kuliah.

Saya nekat menemui Indah. Saya bilang terus terang bahwa saya mencintainya. Eh salah ding, Mas. Belum saatnya masuk ke situ. Saya bilang bagaimana kalau dia membuka warung makan. Saya yang memodali. Karena saya tahu, Indah itu pintar memasak. Tapi, jujur saja itu asumsi saya. Sebab ternyata, masakan Indah itu ya biasa saja….

Indah mau. Akhirnya kami bisnis bareng. Saya yang memodali, Indah yang menjalankan. Ternyata warung itu berkembang pesat. Salah satu rahasianya, ternyata ibu si Indah ini pintar memasak. Jadilah beliau sebagai juru masak di warung kami.

Seiring berkembangnya usaha warung kami, saya nyambi kuliah, Mas. Alhamdulillah lulus cepat. Saya meraih sarjana dalam waktu 3,5 tahun. Indah lulus terlebih dahulu.

Nah, masalah besar bermula dari sini. Ternyata saya mencintai Indah. Sebetulnya saya dulu juga suka dia sih, Mas. Tapi kan saya minder. Dulu kan yang naksie dia anak-anak orang kaya.

Saat saya lulus kuliah, saya sudah agak pede. Kios hape saya sudah tiga. Warung makan saya berkembang bagus. Saya juga punya bisnis rental mobil yang baru saya rintis.

Akhirnya, saya memberanikan diri untuk menyatakan cinta kepada Indah. Di luar dugaan, ternyata Indah mau, dan kedua orangtuanya sangat mendukung kami untuk cepat menikah.

Sampai di sini, saya yakin Mas Agus mulai memahami perasaan saya….

Kami akhirnya menikah, Mas. Setelah menikah, Alhamdulillah, rezeki mengalir baik. Rental mobil saya berkembang bagus. Saya sudah punya lima mobil rentalan: 2 Avanza, 1 Hiace, 1 Innova, dan 2 lagi Mobilio. Eh kok enam ya, Mas. Sebentar, saya hitung lagi. Iya, enam ding. Lupa saya. Maaf ya, Mas. Soalnya saya sendiri di rumah ada 3 mobil di luar kelima, eh, keenam mobil rental. Satu untuk saya, satu untuk istri, dan satu lagi untuk jika kami pergi berdua.

Karena usaha saya cukup, katakanlah, bagus ya, Mas… saya dua tahun kemarin memberangkatkan bapak dan ibu saya serta kedua mertua untuk umrah. Nah, di sini kemudian timbul masalah lagi, Mas. Ternyata saudara-saudara saya yang lain pengen umrah juga. Akhirnya saya putuskan mulai tahun ini, setiap tahun saya memberangkatkan 4 orang untuk umrah: 2 dari saudara saya, 2 dari saudara istri saya, dan 2 dari pegawai saya. Begitu, Mas. Eh sebentar, kok 6 ya? Ooo, benar ding Mas. Ya, ada 6 orang setiap tahun. Maaf ya, Mas. Saya lemah dalam soal matematika. Kalau lihat rekening, saya kadang suka bingung 20 miliar itu nolnya berapa….

Sampai di sini, saya sungguh yakin kalau Mas Agus bisa memahami isi hati saya.

Nah, informasi termutakhir ya, Mas… saya ini ditawari jadi caleg untuk pileg tahun depan. Menurut Mas Agus bagaimana?

Kalau menurut orangtua saya, tidak usah saya ambil. Karena kebetulan saya sedang merintis lagi usaha baru yakni bengkel mobil yang cukup besar, Mas. Kalau menurut istri saya, sebaiknya jangan. Karena kedua anak saya sedang butuh perhatian. Sedangkan menurut kedua mertua saya, seyogianya saya tidak berpolitik karena warung makan saya sekarang nambah lagi. Jadi saya putuskan untuk tidak, Mas. Apalagi saya yakin, Mas Agus juga bakal bilang jangan.

O ya, Mas Agus pernah jalan-jalan keluar negeri? Kalau belum, mangga saya undang ngopi-ngopi di rumah. Sambil saya kasih lihat foto-foto saya dan keluarga waktu jalan-jalan ke Singapura, Thailand, Vietnam, Australia, Jepang, Korea Selatan. Belum banyak sih, Mas. Maklum, saya sibuk. Tapi sudah saya rencanakan, mulai tahun 2018 nanti (surat curhat ini dikirim akhir Desember 2017, PEA) saya akan usahakan agar bisa liburan keluar negeri 2 kali dalam setahun. Sedangkan liburan dalam negeri cukup 2 kali juga. Jadi total bisa lima 5 kali liburan dalam setahun. Eh kok 5 kali sih… sebentar, Mas. Harusnya kan 4 ya? Tapi kok di catatan saya ada 5 ya…. Oalah, yang di dalam negeri ada 1 yang wajib ada: ke Bali. Benar, jadi setahun bisa 5 kali liburan, Mas.

Sampai di sini, saya kira Mas Agus bisa agak tuntas menyelami problematika hidup saya. Tolong direspons ya, Mas….

Saya kira cukup dulu, Mas. Karena besok pagi, saya sudah janjian sama sales mobil Toyota. Nggak enak kalau nggak ditemui, Mas. Sama ada janjian makan siang dengan Pak Bupati. Dia lho, Mas, yang ngajak makan. Tapi, pasti nanti saya yang membayari. Dia sukanya kepiting, Mas. Kalau saya sih sukanya udang, Mas. Kalau Mas Agus suka Indomie kan? Indomie itu enak kok, Mas. Apalagi jika dimakan di tepi kolam renang pribadi.

Baik, begitu dulu ya Mas Agus…. O ya, salam buat Mbak Kalis. Mas Agus beruntung lho punya pacar Mbak Kalis. Istri saya kebetulan jadi follower Mbak Kalis di Twitter. Kata istri saya, kok mau ya Mbak Kalis sama Mas Agus? Tapi, itu kan kata istri saya, Mas. Saya tidak bilang begitu kok.

Salam juga buat Mas Puthut. Saya secara pribadi tidak kenal beliau. Tapi pengin suatu saat ketemu beliau. Orangnya terlihat sederhana, santun, tapi smart dan karismatik gitu. Kok bisa begitu rahasianya apa ya, Mas?

Makaten nggih, Mas Agus…. Sugeng enjang. Selamat bekerja keras, Mas. Saya tak nyantai dulu sambil browsing-browsing hotel yang agak mahal untuk saya inapi saat tahun baru nanti. O ya, saya tahun baruan di Surabaya, Mas. Sambil lihat-lihat harga properti di sana. Sambil jalan-jalan beli rumahlah, Mas. Supaya nggak terlalu mubazir.

Salam….

Terakhir diperbarui pada 18 Januari 2018 oleh

Tags: Agus MulyadiceritacurhatMojok
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Mempertanyakan ‘Marriage is Scary’ Bersama Lya Fahmi dan Agus Mulyadi di Festival Mojok 2024
Video

Mempertanyakan ‘Marriage is Scary’ Bersama Lya Fahmi dan Agus Mulyadi di Festival Mojok 2024

26 Oktober 2024
Katharina Stögmüller Belajar Sirkus Pernikahan dari Agus Mulyadi
Video

Katharina Stögmüller Belajar Seni Memahami Kekasih dan Sirkus Pernikahan dari Agus Mulyadi

3 September 2024
Purwokerto Tidak Istimewa, tapi Nyaman Melebihi Jogja MOJOK.CO
Esai

Pandji Benar. Purwokerto Memang Tidak Istimewa, Tapi Lebih Nyaman Ketimbang Jogja

21 Juni 2024
Kantin FBSB UNY, Saksi Perubahan Gaya Hidup Mahasiswa: Dulu Mirip Suzuran, Kini Isinya Mahasiswa Sopan
Kampus

Kantin FBSB UNY, Saksi Perubahan Gaya Hidup Mahasiswa: Dulu Mirip Suzuran, Kini Isinya Mahasiswa Sopan

5 Juni 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.