MOJOK.CO – Sinetron Suara Hati Istri: Zahra, jatuhnya seperti kampanye pedofilia dan glorifikasi poligami. Jelas jauh beda dengan Agnes Monica di Pernikahan Dini.
Mega seri Suara Hati Istri: Zahra yang ditayangkan Indosiar menuai polemik karena menyajikan adegan ranjang yang disebut meromantisisasi pedofilia. Jangan-jangan Indosiar terinspirasi film 50 Shades of Grey yang meromantisisasi BDSM dan laku keras di pasaran? Ada lagi yang menyamakan Zahra dengan Agnes Monica. Ngawur banget, dong.
Sinetron Zahra ini bercerita tentang seorang suami beristri tiga bernama Pak Tirta. Yang menjadi sorotan, istri ketiganya yang bernama Zahra diperankan oleh artis belia (Lea Ciarachel) yang masih berumur 15 tahun.
Penonton setia sinetronnya sih mengaku gemas dengan plot cerita yang romantis dan karakteristik yang amis manis. Namun, setinggi-tingginya rating sinetron Suara Hati Istri, tetap saja yang menentukan kelangsungan programnya adalah “Suara Hati Netizen”. Menurut warganet dan influencer, sinetron Zahra berupaya menormalisasi perkawinan anak. Layak dipetisi untuk dihentikan tayangannya.
Memang sih di dunia nyata, praktik perkawinan anak masih dilanggengkan oleh kalangan masyakarat tertentu. Namun, menangkap fenomena itu dengan angle kamera yang tidak pas dan dipromosikan di akun media sosial sebagai adegan romantis, malah jadi seperti kampanye pedofilia dan glorifikasi poligami.
Padahal KPAI masih berjuang dengan isu perkawinan anak yang sebagian besar dilakukan secara non-konstitusional di negeri ini. Ditambah para istri sebumi pertiwi pun masih berjuang untuk menjadi seperti Siti Fatimah az-Zahra yang menolak dimadu.
Zahra bukan Agnes Monica
Pemeran Zahra disebut seusia dengan Agnes Monica di sinetron Pernikahan Dini dan Shireen Sungkar di sinetron Cinta Fitri. Ketiganya sama-sama berumur 15 tahun ketika memerankan tokoh seorang istri. Namun, kenapa Zahra di Suara Hati Istri dipermasalahkan, sementara sinetron-sinteron terdahulu tidak ada huru-hara?
Apakah karena dulu belum ada medsos dengan segala SJW-nya?
Mungkin bedanya, Shireen Sungkar di situ tidak jadi istri ketiga. Sudah begitu, Fitri menikahi Farrel bukan karena terpaksa. Berbeda dengan Zahra yang menikah dengan Pak Tirta karena himpitan ekonomi keluarga. Padahal Zahra ingin kuliah kedokteran, eh, malah dinikahi Tirta yang bukan dokter.
Nah, kalau karakter Dini yang diperankan oleh Agnes Monica menikah dini karena ‘kecelakaan’ bersama Syahrul Gunawan. Jatuhnya ke sex education, bukan mempromosikan pernikahan dini. Apalagi mengajak melakukan pergaulan bebas. Sebab lirik lagu tema yang dinyanyikan Agnes Monica sendiri bunyinya gini :
Pernikahan dini bukan cintanya yang terlarang
Hanya waktu saja belum tepat merasakan semua
Pernikahan dini sebaiknya janganlah terjadi
Zara Adhisty pun masih 15 tahun ketika memerankan tokoh Dara di film Dua Garis Biru. Di situ, Dara hamil di luar nikah dan akhirnya dinikahkan dengan teman lelaki yang menghamilinya. Sama seperti sinetron Pernikahan Dini, Dua Garis Biru memakai sudut pandang yang kita butuhkan. Diceritakan bahwa akibat pergaulan bebas bisa merepotkan remaja yang harusnya masih menikmati masa muda dan fokus meraih impian.
Harusnya masih sibuk nangkepin Pikachu, malah bikin orang tua nimang cucu.
Zara Adhisty dan Agnes Monica memang melakukan hubungan yang kelewat batas di sinetron masing-masing, tetapi ada konsensual di sana. Kurangnya kematangan cara berpikir yang menjadikan mereka belum benar-benar siap menghadapi kehamilan yang tak diinginkan.
Nah, di sinilah penulis skenarionya mengambil celah untuk memberikan edukasi kepada para penonton. Bahwa ada konsekuensi besar yang mesti ditanggung di balik kenakalan remaja yang kebetulan remnya blong.
Sementara sinetron Suara Hati Istri: Zahra justru mempertontonkan adegan yang menyesatkan, di mana Pak Tirta dan Zahra melangsungkan malam pertama. Namun, Zahra menangis ketakutan ketika didatangi oleh Pak Tirta. Kendati istrinya melas, Pak Tirta tetap ngegas. Nah, hubungan suami-istri yang dilakukan tanpa konsensual, jatuhnya marital rape (pemerkosaan dalam rumah tangga).
Jika ingin memotret kisah nyata yang terjadi di masyarakat sekaligus menjadi pembelajaran, mungkin alur cerita mega seri Suara Hati Istri: Zahra ini perlu dirombak. Selain memang perlu mengganti pemeran Zahra yang telah diminta oleh KPI (Komisi Penyiaran Indonesia).
Begini sinopsisnya:
Diceritakan tokoh Tirta yang dikenal sebagai juragan kampung belum bisa mendamaikan kedua istrinya yang saling seteru di dalam rumah tangga. Sudah tahu tidak ahli poligami, beliau malah pengin tambah istri lagi. Belakangan diketahui bahwa lagu kesukaannya adalah “Madu Tiga” yang dinyanyikan oleh Ahmad Dhani.
“Istri tua merajuk, balik ke rumah istri muda. Kalau dua-dua merajuk, ana kawin tiga.” Itulah lirik yang menginspirasi Tirta.
Ketika Tirta menikahi perempuan di bawah umur, dua istri tuanya berkonspirasi untuk melaporkan Tirta ke KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia). Sebab kedua istrinya itu iri dengan rencana Tirta yang ingin menjadikan istri ketiganya sebagai pimpinan di toko kelontong yang dirintis Tirta. Sementara dua istri tuanya hanya menjabat sebagai “polda” alias polisi dapur.
Belum sempat malam pertama dengan istri barunya, Tirta yang masih sarungan harus dijemput paksa oleh “polda” dan polisi beneran. Sebab Tirta melanggar pasal tentang perlindungan anak.
Ketika Tirta resmi dipenjara, istri ketiganya dikembalikan ke orang tuanya. Sementara istri pertama dan istri kedua akhirnya bisa berdamai setelah menguasai harta sang suami dan membaginya secara rata.
Judul sinetronnya ganti kayak gini: Suara Hati Istri: Zahra yang Dikembalikan ke Orang Tuanya karena Masih di Bawah Umur dan 2 Istri Tua yang Membagi Rata Harta Suami yang Hobi Poligami.
Tamat.
BACA JUGA Zahra di Sinetron ‘Suara Hati Istri’ Tunjukkan Indosiar sedang Naik Level dan ulasan menarik lainnya di rubrik ESAI.