MOJOK.CO – Rumah tangga Nuri Bey terancam karena sebuah peti rahasia. Istrinya bersikeras tidak mau membuka peti yang ia bawa. Ketika akhirnya ia mengalah dan Nuri Bey hendak membukanya, istrinya tiba-tiba menangis keras.
Dahulu kala, di suatu masa yang tak terlalu diingat tahun dan abad kejadiannya, hiduplah seorang laki-laki bernama Nuri Bey. Ia oleh masyarakatnya dikenal sebagai tokoh yang sangat dihormati dan disegani di Kota Albania. Nuri, selain kaya dan tampan, juga dipandang sosok sangat berwibawa dan penuh pertimbangan.
Setelah menduda lama, Nuri dikabarkan baru saja menikahi seorang wanita cantik yang umurnya lebih muda beberapa tahun darinya. Meskipun demikian, para tetangganya memuji pasangan baru ini. Selain dianggap pasangan yang serasi, dalam hubungan rumah tangga mereka memang tak pernah mengalami sebuah perselisihan yang berarti selama beberapa tahun yang telah berjalan.
Hingga sebuah pagi yang mendung, rumah tangga yang semenjak awal pernikahan tanpa gejolak itu ternyata sedang dikuntit sebuah masalah besar yang bisa saja meretakkan bahtera rumah tangga mereka.
Pagi itu Nuri memutuskan bergegas untuk pulang lebih awal dari biasanya dari tempat pekerjaannya karena alasan tertentu. Baru saja ia memasuki pintu depan rumahnya yang memang luas, ia dihentikan oleh seorang pembantu wanitanya yang tiba-tiba telah berada di depannya.
“Tuan… istri Anda, Tuan… ya, istri Anda… saya melihat barusan ia bertingkah mencurigakan,” kata pelayannya tergagap-gagap.
“Kenapa dengan istriku?”
“Tadi saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, ia dengan langkah sembunyi-sembunyi membawa sebuah peti yang cukup besar. Mungkin peti tersebut milik nenek Anda yang diambil oleh istri Anda. Peti tersebut terlihat sangat antik dan kuno serta banyak dihiasi sulaman-sulaman kain indah di bagian luarnya. Saya yakin di dalamnya terdapat banyak barang berharga. Mungkin perhiasan, mungkin berlian, atau benda-benda peninggalan kuno yang bernilai tinggi.”
“Apa kamu sudah melihat sendiri isinya,” sela Nuri.
“Belum, Tuan. Saya penasaran ingin memasuki ruangan istri Anda dan melihat sendiri. Tapi, pelayan istri Tuan mencegat saya dan mengancam akan melaporkanke pada Tuan jika saya berani memasuki lagi ruangan istri Anda. Saya ingin melaporkan hal ini kepada Tuan. Saya melakukan ini semua sungguh untuk kebaikan rumah tangga Tuan. Tolong, Tuan, jangan pecat saya.”
Mendengar cerita pelayannya, Nuri Bey bergegas melangkahkan kakinya menuju kamar istrinya dan meninggalkan pelayannya begitu saja. Ia kemudian mengetuk pintu kamar dan memanggil istrinya. Beberapa kali tak mendapat sahutan, ia membuka pintu kamar istrinya yang ternyata tak terkunci.
Saat pintu terbuka, Nuri melihat dengan jelas ternyata istrinya di dalam kamar. Sang istri baru membenarkan posisi duduknya di atas kasur berdampingan dengan peti kayu besar yang juga berada di atas tempat tidurnya. Masih terlihat betapa gugup dan cemas raut muka istrinya. Ia seolah sedang menyembunyikan sesuatu.
“Apakah kamu mau menunjukkan kepadaku isi peti ini, istriku?” Nuri mulai menginterogasi.
“Kamu menyuruhku membuka peti ini karena kecurigaan pelayan kita atau karena kamu tidak lagi mempercayaiku?” timpal sang istri.
“Sudahlah. Lebih enak jika kamu cukup segera membukanya saja daripada melontarkan pertanyaan semacam itu.”
“Tapi, aku tak bisa dan tak mau membukanya.”
Melihat istrinya ngotot, Nuri berkata pelan, “Apakah kotak ini terkunci?” Tangan nuri berusaha meraih dan meraba-raba bagian gembok di peti kotak tersebut. Ia melihat memang kotak tersebut terkunci.
“Mana kuncinya, istriku. Berikan kepadaku, cepat!” Nuri menaikkan nada bicaranya.
“Aku akan memberikan kunci ini jika kau memecat pelayan perempuan kita,” jawab sang istri.
“Baiklah. Aku pecat pelayan itu sekarang juga. Sekarang berikan kunci itu,” sambut Nuri sembari menyodorkan tangannya. Sang Istri tak punya pilihan. Ia dengan berat mengulurkan tangannya dan memberikan kunci peti tersebut kepada suaminya.
Saat Nuri mulai berusaha membuka peti kotak tersebut, tiba-tiba istrinya menangis sekeras-kerasnya, seolah ada sesuatu yang mengancam dan akan mengakhiri hidupnya. Melihat tingkah istrinya, Nuri menghentikan usahanya, tak jadi membuka kotak tersebut. Ia lalu duduk terpaku menatap istrinya menangis. Dengan perasaan iba ia lalu memanggil dua tukang kebunnya. Ia memerintah dua pelayan tersebut membawa peti kotak tersebut.
“Kubur peti ini di tengah hutan yang tidak ada orang yang mengetahui keberadaannya, termasuk saya dan istri saya,” suruh Nuri. Dua tukang kebun tersebut segera menjalankan perintah majikannya.
Melihat peristiwa tersebut sang istri segera memeluk suaminya. Masalah mereka kini telah terselesaikan. Kehidupan rumah tangga mereka pun berjalan tenang kembali.
Dinukil dan disadur serta dikembangkan dari Idries Shah Tale of Dervish, 1969.
Baca edisi sebelumnya: Tiga Nasihat untuk Manusia dan artikel kolom Hikayat lainnya.