Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Serius Tanya, Poinnya Ngebully Kepala Daerah Terpilih Itu Apa Sih?

Andry Waseso oleh Andry Waseso
16 Oktober 2017
A A
ANIES SANDI

ANIES SANDI

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Dukung-mendukung itu seharusnya sudah selesai setelah musim pemilihan. Setelah jagoan kita menang dan menjabat, tugas kita sama dengan pendukung jagoan yang kalah, yaitu tetap kritis dan mengawal serta menuntut janji sang pemenang direalisasikan. Bukannya malah mati-matian membela seolah tak mungkin sang pemenang membuat kebijakan yang bodoh dan merugikan rakyat.

Soal Anies-Sandi, pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta yang baru, saya percaya setiap jagoan pilihan kita tidak sempurna. Mereka tentu punya kekurangan. Tetapi, jika Anda bertanya apa yang membuat saya akhirnya condong pada Anies-Sandi, itu karena program yang mereka tawarkan, seperti: OK OCE, affordable housing, dan partisipasi publik.

Saya sih nggak berhak menikmatinya, tapi atas nama solidaritas kepada warga Jakarta yang membutuhkan, saya turut bahagia kalau itu terlaksana.

Di sisi lain ada tiga hal yang membuat saya tidak bisa mendukung kepemimpinan Ahok-Djarot. Pasangan ini menggusur semena-mena, pro-reklamasi, dan punya kecenderungan untuk bikin teknokrasi. Saya berharap tiga hal itu bisa benar-benar Anies-Sandi perjuangkan agar kemudian dihilangkan. Jangan sampai mereka takut dengan sosok Luhut Binsar Panjaitan yang terakhir mendesak mereka untuk melanjutkan reklamasi.

Hari ini, Senin, 16 Oktober 2017, Anies-Sandi akan dilantik. Belum juga pelantikan diselenggarakan, sudah ada banyak ancang-ancang untuk mencerca mereka. Setelah foto Sandi berpose jurus bangau lagi, semalam saya melihat di media sosial banyak orang ramai membahas meme dan video viral Anies yang sedang berfoto di sebelah gerobak sampah. Ini jadi bulan-bulanan sejumlah pendukung Ahok yang menggambarkan betapa Anies juga mabuk pencitraan. Plus segudang cercaan-cercaan lainnya.

Dalam beberapa hal, kritik dan cerca yang dialamatkan kepada Anies-Sandi ada yang beralasan. JJ Rizal, sejarawan Jakarta yang kritis kepada Ahok di pilgub kemarin, misalnya, mengkhawatirkan pernyataan-pernyataan Anies dan Sandi yang begitu normatif akhir-akhir ini dan menyebutkan sebagai “cari aman”. Rizal menduga, bisa saja nanti gubernur baru ini cuma menjalankan program-program yang biasa-biasa saja dan takut membuat terobosan yang diperlukan untuk mengelola Jakarta.

Sampai di sini, pembaca sekalian harus tahu posisi dan relasi saya dengan Anies Baswedan. Sebelumnya saya memiliki pengalaman terlibat dalam program realisasi visi partisipasi publik Anies Baswedan ketika menjadi menteri pendidikan dan kebudayaan.

Mungkin yang saya lakukan hanya bagian kecil, yaitu memfasilitasi sejumlah staf Kemendikbud untuk bergerak bersama memberi ruang pada keterlibatan pro-aktif masyarakat membangun pendidikan dan kebudayaan nasional. Inisiatif itu membuat saya terkesan dengan adanya kepemimpinan yang mengedepankan partisipasi publik dalam pembangunan yang biasanya sarat dengan peran birokrasi yang menyebalkan.

Maka, ketika Anies berjanji dalam kampanye-kampanyenya di pilgub DKI untuk mengedepankan partisipasi publik, saya tentu dukung sekali. Soalnya, di Kemendikbud saya banyak mendapat cerita positif dari para staf kementerian tentang bagaimana mereka berubah dan mulai berinteraksi dengan masyarakat secara aktif dan transparan berkat kebijakan Anies. Ternyata, ketika salurannya terbuka dan wadahnya bersahabat, interaksi antara “kaki tangan” Kemendikbud dengan masyarakat membuat banyak urusan selesai lebih cepat dan lebih tepat. Buat saya, itu sudah bisa menjadi indikasi bahwa saat gagasan itu diterapkan, ada banyak feedback positif dan hasil-hasil yang bagus.

Sayangnya, hanya sebentar gagasan itu diwujudkan. Anies keburu dipecat sehingga pelaksanaannya jadi masih jauh dari menyeluruh. Namun, di salah satu direktorat kementerian yang mengadopsi pendekatan itu, yang mana kadang-kadang saya masih terlibat, jejak gagasan itu masih kuat terjaga. Pelibatan publik secara luas tetap dilaksanakan.

Sekarang, saya ingin lihat sejauh mana visi tersebut akan kembali menjadi visi Anies Baswedan di DKI Jakarta. Saya ingin sekali melihat bagaimana birokrasi tidak lagi menjadi segerombolan orang yang cuma ada di balik meja, tapi jadi agen aktif yang menstimulasi masyarakat untuk bekerja sama membangun kota.

Tapi, berhubung saya bukan warga Jakarta by KTP, hanya by “aktivitas di siang hari”, saya cuma bisa memprovokasi Anda yang ber-KTP Ibu Kota untuk benar-benar mengawal, mengkritik dan terlibat aktif dalam membangun Jakarta. Kemenangan Anies-Sandi jangan diposisikan sebagai hasil dari “pertolongan Allah” kepada gubernur muslim, melainkan kesempatan Anda untuk memberi “pertolongan warga” dalam mengembangkan kota.

Salah satu yang perlu dijadikan agenda prioritas Anies Sandi adalah partisipasi untuk merajut lagi tenun kebinekaan yang terkoyak oleh huru-hara pilgub kemarin. Anies-Sandi jangan abai terhadap persoalan ini. Kedepankan kesetaraan dan demokrasi yang sehat sebagai ciri masyarakat Ibu Kota. Lawan rasisme, persekusi oleh mayoritas berbasis SARA, dan segala hal yang hanya bersifat mau menang sendiri karena merasa bagian dari umat terbanyak.

Ini penting karena menurut saya, harus Anies-Sandi dan pendukungnya yang bertanggung jawab terhadap polarisasi penduduk Jakarta karena isu SARA.

Iklan

Sudahlah, kita semua tahu kemusliman Anies-Sandi digunakan sekali untuk membantu memenangkan pilgub. Luka polarisasi ini akan awet bertahun-tahun kalau tidak diatasi bersama.

Bagaimanapun, ini memang masih jadi persoalan di tataran praktis. Namun, negosiasi demi negosiasi harus dilakukan dengan semua pihak yang berseberangan. Kalau benar Anies-Sandi mau merangkul semua pihak, mulailah dengan, misalnya, menghampiri para pendukung Ahok dan ajak mereka “katarsis”, mengungkapkan unek-unek selama pilgub kemarin yang sebenarnya bukan sekadar kekecewaan jagoannya kalah, tapi lebih dari itu.

Saya percaya, mereka punya poin-poin kekuatiran (atau juga kemarahan) yang tidak bisa diabaikan terkait kepemimpinan Anies-Sandi. Kekuatiran ini rentangnya luas, dari mulai soal “penyalahgunaan agama untuk pilgub” sampai ke soal kemungkinan Anies-Sandi membawa Jakarta mundur dari titik kemajuan yang sudah dicapai Ahok-Djarot (juga Jokowi-Ahok). Jangan lupa, mereka adalah warga yang puas pada kinerja Ahok-Djarot dan juga mencintai Ibu Kota.

Untuk itu, mulai minggu ini mari mulai mengkritik, mengawasi, dan berpartisipasi dalam pembangunan Jakarta di bawah Anies-Sandi. Bersama. Berhentilah memuaskan hasrat balas dendam dengan terus-terusan nge-bully Anies yang foto di tempat sampah kek, jurus bangau Sandi kek, karangan bunga kek. Nge-bully nggak bikin mereka batal dilantik. Nge-bully nggak bikin persoalan Jakarta selesai.

Terakhir diperbarui pada 12 Mei 2021 oleh

Tags: ahokAnies BaswedanAnies-Sandigubernurjakartajokowiluhut pandjaitanSandiaga Uno
Andry Waseso

Andry Waseso

Artikel Terkait

Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO
Ragam

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO
Ragam

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Ragam

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Alumnus ITB resign kerja di Jakarta dan buka usaha sendiri di Bandung. MOJOK.CO
Sosok

Alumnus ITB Rela Tinggalkan Gaji Puluhan Juta di Jakarta demi Buka Lapangan Kerja dan Gaungkan Isu Lingkungan

12 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
bantul, korupsi politik, budaya korupsi.MOJOK.CO

Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan

16 Desember 2025
Bagian terberat orang tua baru saat hadapi anak pertama (new born) bukan bergadang, tapi perasaan tak tega MOJOK.CO

Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega

18 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.