Pesan Bang Haji Rhoma Irama untuk Gubernur Ahok - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Pesan Bang Haji Rhoma Irama untuk Gubernur Ahok

Fhay Hadi oleh Fhay Hadi
26 Agustus 2015
0
A A
Pesan Bang Haji Rhoma Irama untuk Gubernur Ahok

Pesan Bang Haji Rhoma Irama untuk Gubernur Ahok

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Mungkin Ahok takut kehabisan duit jika harus mentraktir warga Kampung Pulo. Ahok tidak seperti bosnya dulu, si bapaknya Gibran Rakabuming Raka, yang rela mengeluarkan uang traktiran makan siang ketika harus merelokasi para pedagang kecil di Solo.

Ahok beda gaya dengan mantan bosnya itu. Mister Jokowi, si mantas bos, hobi sekali tertawa meski yang ditertawakannya itu bagi kebanyakan orang tidak lucu. Sementara Ahok, lebih suka main sikat. Jedar-jeder, jedar-jeder. Hasilnya, ia kembali membangunkan dan memperbanyak orang-orang yang berlawanan dengannya secara politik.

Ahok telah menciptakan banyak musuh di ibu kota. Berulang-ulang kali Ahok berulah: mulai dari membongkar dana siluman yang diselipkan DPRD Jakarta beberapa bulan silam, hingga terakhir pembongkaran pemukiman di Kampung Pulo—yang sudah ditinggali warga secara turun-temurun.

Bentrokan di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, antara warga dengan ribuan petugas pada Kamis (20/8/2015), menjadi satu pertanda bahwa musuh-musuh baru Ahok semakin bertambah. Tentunya, hal itu tak dipedulikannya lagi. Ahok sendiri pernah berikrar: jangankan dipanggil manusia, dipanggil Tuhan saja saya siap!

Ahok sepertinya sulit menerima satu pelajaran penting dari mantan bosnya, bahwa segala sesuatu bisa dirundingkan secara baik-baik dan bijaksana. Memindahkan warga bisa dilakukan dengan cara-cara yang baik, tidak perlu pakai ribut-ribut—apalagi sampai lempar-melempar batu hingga berdarah-darah.

Baca Juga:

Kereta Cepat Jakarta Bandung: Ketika Jokowi dan Indonesia (Hampir) Tak Punya Daya Tawar

Bernilai Rp 2,9 Triliun, Jokowi Resmikan Pelabuhan Terbesar di Kalimantan

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak

Tentu, kita juga tak bisa menyalahkan Ahok sepenuhnya. Sebab tanah yang ada bangunan di atasnya itu adalah tanah negara. Hanya saja, jalan yang ditempuh Ahok menuai kesan buruk dan bahkan caci-maki dari yang menyaksikannya baik secara langsung maupun lewat berita. Dan kiita juga tidak bisa menyalahkan warga yang tak mau pindah sebelum ada ganti rugi. Saya yakin, Agus Mulyadi juga akan sepakat dengan ini.

Rumah susun yang disediakan Ahok, mungkin bisa menjamin tidur nyenyak. Namun sepertinya Ahok lupa, para penghuninya tak bisa dengan mudah memejamkan mata ketika dompet kosong kantong bolong. Di Kampung Pulo, mungkin mereka masih bisa membuka usaha sembako untuk para ibu-ibu: rokok untuk para pecandunya; promag untuk yang langganan kena maag, atau bahkan salep 88. Tetapi semua itu, tentunya tidak mudah dilakukan di rumah susun.

Ketegasan Ahok memang perlu diberi jempol empat. Jika saya memiliki kembaran, maka kembaran saya itu pasti ikut angkat jempol. Tapi apalah guna ketegasan jika tidak menganggap manusia itu sebagai manusia—meski rumah susun dianggap lebih manusiawi. Apalah guna, jika tidak belajar dari Mr. Jokowi—yang menomorsatukan dialog—meski mengorek rupe dari kantong celananya yang kadang-kadang kedodoran?

Selain perlu belajar dari mantan bosnya dulu itu, Ahok juga mestinya belajar dari Bang Haji Rhoma Irama si Raja Dangdut dan petinggi Parte Idaman.

Hormati hak asasi manusia …

… Karena itu fitrah manusia …

Wejangan ini, berasal dari salah satu lagu Bang Haji berjudul “Hak Asasi Manusia”.  Bukan berarti Bang Irama pernah gabung di lembaga Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, ya. Bukan! Tidak samasekali!

Dengan dua bait lagu itu, Bang Haji seolah berpesan kepada Ahok bahwa Hak asasi  warga Kampung Pulo mestinya dihormati, sehormat-hormatnya manusia. Sebab, itu adalah fitrah mereka sebagai manusia terhormat.

… Kita semua bebas memilih … Jalan hidup yang disukai … kata Bang Irama dalam bait selanjutnya. Artinya, Ahok harus legawa atas pilihan warga Kampung Pulo, untuk bebas memilih tinggal di mana. Atau setidaknya, memilih untuk meminta ganti rugi dulu—meski tanah negara—baru akan pindah.  Pada akhirnya, warga Kampung Pulo sendiri yang berhak menentukan pilihannya masing-masing dengan segala konsekuensinya di kemudian hari. Bukan ditentukan Mr. Presiden, bukan Ahok, bukan pula Obama.

… Tuhan pun tidak memaksakan … kata Bang Irama selanjutnya. Lantas, kenapa Ahok harus memaksakan, membenturkan warga dan Satpol pe-pe dan juga police?

Nah, langkah yang diambil Ahok di Kampung Pulo telah mendapatkan perlawanan dari banyak kalangan. Ormas-ormas, sejarawan, budayawan, dan para pemerhati perkotaan pun ramai-ramai mengecamnya. Umumnya mereka bilang, merombak kota sebesar Jakarta bukan dengan melanggar HAM.

Di sisi lain, Ahok yang memakai cara-cara demikian itu juga mendapat simpati bagi sebagian orang—termasuk mertua saya. Mereka percaya yang dilakukan Ahok itu sudah betul, dan untuk mengubah Jakarte memang diperlukan langkah yang berani agar tertib

Semoga ke depannya, Jakarte lebih manusiawi, beradab, dan berlandaskan lagu Bang Haji Rhoma Irama: Hak Asasi Manusia.

Tags: ahokjokowiKampung Pulo
Fhay Hadi

Fhay Hadi

Artikel Terkait

Kereta Cepat Jakarta Bandung: Ketika Jokowi dan Indonesia (Hampir) Tak Punya Daya Tawar MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung: Ketika Jokowi dan Indonesia (Hampir) Tak Punya Daya Tawar

15 Agustus 2022
Pelabuhan terbesar di kalimantan mojok.co

Bernilai Rp 2,9 Triliun, Jokowi Resmikan Pelabuhan Terbesar di Kalimantan

9 Agustus 2022
Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak

8 Agustus 2022
9 Fakta Kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina, Datangi Reruntuhan Apartemen hingga Bawa Pesan untuk Putin

9 Fakta Kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina, Datangi Reruntuhan Apartemen hingga Bawa Pesan untuk Putin

30 Juni 2022
Selain Paspampres, Jokowi Perlu Membawa 4 Benda Ini ke Rusia dan Ukraina MOJOK.CO

Selain Paspampres, Jokowi Perlu Membawa 4 Benda Ini ke Rusia dan Ukraina

27 Juni 2022
Klaim Abal-abal Program Kartu Prakerja ala Menteri Airlangga MOJOK.CO

Klaim Abal-abal Program Kartu Prakerja ala Menteri Airlangga

23 Juni 2022
Pos Selanjutnya
Tuhan yang Jadi Lelucon

Tuhan yang Jadi Lelucon

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak

8 Agustus 2022
Pesan Bang Haji Rhoma Irama untuk Gubernur Ahok

Pesan Bang Haji Rhoma Irama untuk Gubernur Ahok

26 Agustus 2015
Asrama mahasiswa Sumatra Selatan, Pondok Mesudji dalam sengketa di pengadilan. Mahasiswa menilai ada campur tangan mafia tanah.

Mahasiswa Sumsel di Asrama Pondok Mesudji Jogja Terancam Pergi karena Mafia Tanah

11 Agustus 2022
Lampu merah terlama di Jogja. (Ilustrasi Ega Fansuri/Mojok.co)

Menghitung Lampu Merah Terlama di Jogja, Apakah Simpang Empat Pingit Tetap Juara?

9 Agustus 2022
pola pengasuhan anak mojok.co

Psikolog UGM Jelaskan Tipe Pola Asuh yang Bisa Berdampak pada Hasil Akademik Anak

5 Agustus 2022
Kisah Bagaimana Gus Dur “Membela” Karya Salman Rushdie MOJOK.CO

Kisah Bagaimana Gus Dur “Membela” Karya Salman Rushdie

14 Agustus 2022
Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Perguruan Tinggi Favorit MOJOK.CO

Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Masuk Perguruan Tinggi Favorit

5 Agustus 2022

Terbaru

alfamart mojok.co

Karyawan Diancam UU ITE, Alfamart Tunjuk Hotman Paris sebagai Pengacara

15 Agustus 2022
Kiki Ucup: Pestapora, Lagu 2000an, hingga Musisi Reunian

Kiki Ucup: Pestapora, Lagu 2000an, hingga Musisi Reunian

15 Agustus 2022
Es Putr Pak Sumijan Lasem

Warung Es Puter Pak Sumijan Lasem: Kemewahan di Balik Uang Rp5 Ribu

15 Agustus 2022
parpol peserta pemilu mojok.co

40 Parpol Resmi Daftar Jadi Peserta Pemilu, Siapa Saja?

15 Agustus 2022
penembakan brigadir j mojok.co

Timsus Polri ke Magelang, Telusuri Pemicu Penembakan Brigadir J

15 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In