Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Mitos Rupiah: Gambar Wayang Negara bakal Geger, Gambar Presiden Dia bakal Lengser

Rupiah ternyata memiliki suatu mitos yang unik. Mitos yang rada-rada klenik.

Yosef Kelik oleh Yosef Kelik
6 November 2021
A A
Mitos Rupiah: Gambar Wayang Negara bakal Geger, Gambar Presiden Dia bakal Lengser

Mitos Rupiah: Gambar Wayang Negara bakal Geger, Gambar Presiden Dia bakal Lengser

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Terakhir kali lembar uang Rupiah bergambar presiden berkuasa itu sekitar 20-an tahun lalu. Kalau gambar wayang? Terakhir ya 60-an tahun lalu.

Sudah dari dulu, lembaran Rupiah itu bagi orang Indonesia senantiasa terlihat tak seindah aneka valas milik negeri-negeri seberang. Dibanding Dolar Amerika, Poundsterling, Euro, Riyal, Dolar Singapura, Dolar Australia, ataupun Ringgit, mata uang Rupiah Indonesia terkesan kurang menarik.

Bagi yang serius menghindari jalan riba ataupun menekuni investasi logam mulia, lembaran Rupiah pasti tampak tak segagah kepingan Dinar-Dirham. Bagi generasi kiwari pun Rupiah juga kalah seksi dari duit-duit kripto semacam Bitcoin dan semacamnya.

Namun, berhubung Rupiah masih sah dipakai untuk aneka transaksi di republik ini, mau seburuk apapun reputasinya dibanding beberapa mata uang lain, orang-orang juga masih penuh sukacita jika dompet atau dompetnya berkelimpahan Rupiah.

Setidaknya Rupiah toh tidak sampai sebapuk mata uang Zimbabwe atau Venezuela kan? Masih bisa dipakai beli beras sampai boba, bayar tukang parkir sampai nyemplungin kotak amal, atau dipakai politisi untuk kasih serangan fajar. Meski begitu—entah dengan mata uang negara lagi—Rupiah ternyata memiliki suatu mitos yang unik. Mitos yang rada-rada klenik.

Nah, klenik tersebut muncul berkaitan dengan perkembangan politik serta geger yang dihubungkan dengan sejumlah pecahan uang Gulden yang diedarkan Pemerintah Kolonial Belanda akhir 1930-an hingga awal 1940-an.

Ada sejumlah pecahan Gulden/Rupiah yang diedarkan Pemerintah Pendudukan Jepang pada 1942-1945. Ada juga sejumlah pecahan Rupiah yang diterbitkan Indonesia pada periode Perang Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 dan 1950 serta 1964, juga suatu pecahan Rupiah yang diterbitkan Indonesia pada 1993 dan 1995.

Semuanya tadi konon memiliki keterkaitan atau bahkan tuah negatif yang dibawa penggunaan gambar wayang orang dan atau gambar presiden yang berkuasa. Boleh percaya atau tidak penggunaan dua macam gambar tadi ternyata konon dapat mendatangkan petaka bagi negeri (dalam hitungan selambatnya setengah dasawarsa).

Nah, jika mengecek data numismatika, Anda akan menyadari bahwa Indonesia terakhir kali menerbitkan lembaran uang Rupiah bergambar presiden berkuasa sudah lebih dari seperempat abad lalu, dan terakhir kali menerbitkan lembaran uang bergambar kesenian wayang orang adalah hampir enam dasawarsa silam.

Oleh sejumlah orang yang percaya mitos klenik semacam itu. Bahkan, otoritas keuangan republik ini pun terkesan memilih berpantang menggunakan dua macam gambar tadi di lembaran Rupiah.

Gambar wayang orang dapat memicu bubarnya negara

Bank sentral Koloni Hindia Belanda, De Javasche Bank, menerbitkan suatu seri uang kertas Gulden bergambar tokoh-tokoh wayang orang pada 1938.

Tak tanggung-tanggung, seri tersebut terdiri atas 8 pecahan duit Gulden, yakni 5, 10, 25, 50, 100, 200, 500, serta 1000. Empat tahun dari penerbitan seri Gulden bergambar wayang orang tadi, yakni 1942, Hindia Belanda runtuh ditaklukkan Bala Tentara Kekaisaran Jepang.

Pemerintah Pendudukan Jepang sebagai pengganti Kolonial Belanda menerbitkan sejumlah uang Gulden/Rupiah sebagai pengganti uang-uang Gulden Belanda. Dua di antara pecahan uang terbitan Pemerintah Pendudukan Jepang itu ternyata juga memuat gambar wayang orang.

Pecahan 10 Rupiah bergambar Gatotkaca, sedangkan pecahan 100 Rupiah bergambar jata makutha supit urang yang memang lazim dikenakan sebagai penutup kepala sejumlah pemeran dalam pertunjukan wayang orang. Masa pendudukan Jepang pun ternyata hanya bertahan 3,5 tahun.

Iklan

Pemerintah Indonesia pada 1961 dan 1964 menerbitkan juga dua pecahan Rupiah bergambar wayang orang, yakni Rp1 dan Rp2 ½.

Nyatanya Indonesia dilanda geger politik besar pada 1965-1966. Sukarno yang pada awal 1960-an tampak begitu perkasa, mencetuskan dua kampanye militer besar terhadap Belanda di Papua, juga terhadap Inggris di Malaya dan Kalimantan Utara, ternyata mengalami kemerosotan kekuasaan, lalu kehilangan jabatan pada 1967.

Pengalaman buruk yang dialami Hindia Belanda, Pemerintah Pendudukan Jepang, maupun Rezim Demokrasi Terpimpinnya Sukarno pada medio 1960-an, rupanya membuat jeri para penguasa Indonesia pada tahun-tahun setelahnya.

Toh sampai sekarang tidak ada yang berani menerbitkan duit Rupiah memakai gambar wayang orang kan?

Gambar presiden bikin yang bersangkutan lengser

Sepanjang menjabat Presiden pada 1940-an hingga medio 1960-an, Sukarno merasakan pengalaman bahwa wajahnya digunakan untuk menghiasi lembaran Rupiah yang diterbitkan Republik. Selama Revolusi Kemerdekaan 1945-1947, ada banyak pecahan Rupiah yang diterbitkan Pemerintah Pusat maupun oleh Daerah memakai wajah Sukarno.

Pada tahun-tahun tersebut stabilitas negara jauh dari kata baik. Belanda tercatat dua kali meluncurkan kampanye militer besar—Agresi I dan Agresi II—yang merebut banyak wilayah Republik. Dalam Agresi II, Sukarno dan Hatta bahkan sampai ditawan pasukan penyerbu Belanda yang berhasil merebut ibukota Indonesia.

Masuk era Republik Indonesia Serikat, Rupiah kembali memiliki pecahan 5 dan 10 yang bergambar Presiden Sukarno.

Negara yang baru saja mendapat pengakuan kedaulatan dari Belanda dan berhasil masuk jadi anggota PBB ini diguncang beberapa pemberontakan besar sekaligus: APRA di Bandung, DI/TII yang terutama membakar Jawa Barat, Peristiwa Andi Aziz di Makassar, juga Republik Maluku Selatan di Maluku.

Indonesia kembali menerbitkan pecahan-pecahan Rupiah yang bergambar sang presiden petahana, Sukarno, sejak 1960.

Nah, tadi saya sudah cerita tentang uang-uang Rupiah terbitan 1961 dan 1964 yang bergambar wayang orang. Lembaran uang tersebut juga sekaligus bergambar wajah Presiden Sukarno.

Jadi Sukarno kehilangan jabatan Presiden hanya berselang 3-6 tahun dari penerbitan seri uang Rupiah yang dalam lembarannya memuat secara sekaligus gambar potret dirinya serta gambar tokoh wayang orang.

Berjarak sekitar tiga dasawarsa dari penerbitan terakhir uang Rupiah yang dihiasi gambar presiden petahana, Pemerintah Indonesia era Orde Baru menyusul menerbitkan lembaran Rp50.000 bergambar Presiden Soeharto. Pecahan bergambar Soeharto itu sekaligus memuat gelar “Bapak Pembangunan Indonesia”.

Pecahan tersebut boleh dibilang merepresentasikan kepercayaan diri Soeharto pada paruh pertama 1990-an sebagai sosok penguasa besar Indonesia. Kala itu, sebuah media Luar Negeri bahkan sempat menyebutnya sebagai Pemimpin Terkuat di Asia.

Namun, siapa sangka (sebenarnya nyangka juga sih) berselang lima tahun sejak terbitnya lembaran Rupiah berpotret dirinya, Soeharto dipaksa mundur dari jabatannya, terhempas badai krisis ekonomi dan gelombang reformasi.

Hal inilah yang kemudian oleh beberapa orang dibaca sebagai salah satu mitos rupiah. Kalau gambar wayang negara bakal geger, kalau gambar presiden petahana, maka yang bersangkutan bakal segera lengser.

Oleh sebab itu, buat Anda-anda yang ingin melakukan kudeta, monggo, ini salah satu langkah kecil yang bisa dicoba. Ketimbang otran-otran kudeta lewat militer, mungkin bisa dibuka jalur baru dalam bentuk kudeta tapi dari jalur otoritas penentu gambar di lembar mata uang negara.

Dari sana lalu bikin dua lembar mata uang Rupiah, gambar presiden yang lagi menjabat dan wayang. Dalangnya sih nggak perlu. Coba aja dulu bikin kebijakan dadakan begitu. Bener nggak mitosnya. Soal hasil tinggal pikir belakangan.

Kan lumayan. Kalau berhasil bisa menguasai negara dan melahirkan salah satu cabang kudeta terbarukan. Kalau gagal? Yah, setidaknya nggak bakal kelewat malu karena nggak banyak juga orang di republik ini yang tahu.

BACA JUGA Ramalan Jayabaya Tidak Dibuat oleh Raja Jayabaya dan artikel menarik lainnya di rubrik ESAI.

Terakhir diperbarui pada 8 November 2021 oleh

Tags: APRAbelandakudetamitospresidenRepublikRupiahSoehartoSukarnoWayang
Yosef Kelik

Yosef Kelik

Periset di suatu museum swasta sejak 2013, juga peracik nama bayi dan jenama usaha sejak 2019.

Artikel Terkait

Nasib buruh usai Marsinah jadi pahlawan nasional. MOJOK.CO
Ragam

Suara Hati Buruh: Semoga Gelar Pahlawan kepada Marsinah Bukan Simbol Semata, tapi Kemenangan bagi Kami agar Bebas Bersuara Tanpa Disiksa

12 November 2025
Kami Berdoa Setiap Hari agar Soeharto Jadi Pahlawan Nasional MOJOK.CO
Ragam

Kami Berdoa Setiap Hari agar Soeharto Jadi Pahlawan Nasional. Sejarawan: Pragmatis dan Keliru

11 November 2025
Suara Marsinah dari Dalam Kubur: 'Lucu! Aku Disandingkan dengan Pemimpin Rezim yang Membunuhku'.MOJOK.CO
Ragam

Suara Marsinah dari Dalam Kubur: ‘Lucu! Aku Disandingkan dengan Pemimpin Rezim yang Membunuhku’

10 November 2025
Doktor termuda di UGM, Jogja ingin jadi presiden. MOJOK.CO
Sosok

Doktor Termuda UGM Usia 25 Tahun Ingin Jadi Presiden RI, Meneruskan Sepak Terjang BJ Habibie di Bidang Eksakta

6 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.