Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Membaca Kebiasaan Squidward Menunda Pekerjaan Lewat Psikologi

Nia Lavinia oleh Nia Lavinia
18 Agustus 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Squidward adalah gambaran nyata bagaimana makhluk yang suka menunda pekerjaan itu nggak keren. Meski begitu ternyata kebiasaan semacam itu ada kajian ilmiahnya secara psikologi lho.

Mengerjakan sesuatu pada menit-menit akhir merupakan bagian dari kearifan lokal bangsa kita yang harus diakui justru dilestarikan dari generasi ke generasi. Selain motto rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya, ada satu lagi motto yang biasanya dipakai juga oleh Yang Mulia Squidward; “Jika bisa dilakukan besok, kenapa harus sekarang?”

Seni menunda-nunda pekerjaan seperti itu, yang bahasa keren ilmiahnya disebut prokrastinasi, merupakan seni untuk tidak melakukan pekerjaan atau aktivitas yang seharusnya bisa dilakukan di depan mata saat itu juga. Istilah ini juga merupakan pilihan sadar untuk mengerjakan hal lain yang lebih menyenangkan namun tidak relevan dengan kebutuhan. Nah, pelaku prokrastinasi suka menunda pekerjaan ini biasanya disebut dengan istilah prokrastinator. Hm, susah ya disebutnya? Namanya juga istilah ilmiah, Darling.

Prokrastinator macam Squidward, misalnya, biasanya bangga dengan diri mereka sendiri. Ujub, takabur, narsis, merasa paling hebat sendiri. Karena meskipun selalu melakukan pekerjaan di menit-menit akhir, gurita macam begini (eh, gurita apa cumi sih dia?) biasanya tetap akan bisa menyelesaikan pekerjaannya. Kasus yang terjadi, sering kali sosok prokrastinator ini mendadak memiliki banyak ide dan tingkat disiplin yang tinggi dalam waktu begitu mepet. Padahal sebelum-sebelumnya buntu mentok puter balik kayak instruksi Pringsewu Resto.

Anomali inilah yang membuat para prokrastinator sering kali jemawa dan merasa takjub dengan kemampuan dirinya.  Lalu kemudian muncul pemikiran; “Halah, kerjain mendadak begini saja bisa beres, apa salahnya menunda-nunda?”

Yang menjadi masalah bagi para prokrastinator ini adalah ia lupa diri bahwa kadang pekerjaan yang harus diselesaikan juga bisa saja tidak ada dalam perencanaan. Jika mendadak ada kebutuhan mendesak sampai jadwal harus berubah, sering kali ia akan kewalahan karena harus begadang mengerjakan banyak pekerjaan pada waktu bersamaan. Padahal pada beberapa waktu sebelumnya ia bisa mencicilnya jauh-jauh hari. Nah lho, mampus kau dikoyak-koyak pekerjaan!

Masalah lainnya muncul ketika kita telah menyelesaikan pekerjaan kita, sering kali kita tidak puas dengan hasilnya. Apalagi jika apa yang kita kerjakan adalah hal yang begitu penting dan hasil pekerjaan itu menjadi brand kita di mata klien.

Yah, misalnya saja usaha sedot WC. Karena tadi sempat leha-leha berangkat mepet dari kantor padahal jalanan bisa saja macet, akhirnya karena harus memburu septic-tank di klien yang lain juga, bikin pekerjaan jadi berantakan sampai ada tokai yang nggak jadi kesedot semua. Perasaan bahwa kita merasa bisa melakukan hal yang lebih baik dari itu jika masih punya waktu pun muncul tiba-tiba.

Dan di sinilah fase penyesalan muncul karena selama ini sudah membuang-buang waktu yang berharga. Bagaimana perasaan tokainya coba? Nggak jadi disedot begitu padahal kamu udah dibayar mahal? Nah lho, sekarang mampus kau dikoyak-koyak perasaan tokai!

Yang lebih berbahaya adalah, selama ini prokrastinasi tidak terlihat begitu genting karena dalam pekerjaan, kita sering kali ada sistem deadline yang membuat kita panik dan memaksa kita untuk menyelesaikan semuanya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Namun, tentu saja tidak semuanya ada deadlinenya, Darling. Skripsi misalnya, banyak mahasiswa yang kesulitan menyelesaikannya karena terlalu santai dan suka menunda-nunda sampai akhirnya dia baru sadar bahwa dia sudah bablas sampai semester 14,99.

Sini, saya kasih tahu ya, banyak hal besar dalam hidup kita tidak ada sistem deadline–nya. Sering kali karena kita kebanyakan menunda, dan menunggu “niat” kita melewatkan banyak hal besar itu karena tidak pernah memulai.

Ingin menjadi penulis seperti Agus Mulyadi si Pemred Mojok.co misalnya (tentu saja ini kalimat pesanan biar tulisan ini dimuat) tapi tidak pernah memulai belajar untuk menulis. Ingin sehat, tapi tidak pernah olahraga. Ingin jadian sama si dia, tapi tidak pernah memperjuangkannya. Ingin bisa mahir main klarinet, tapi nggak pernah belajar. Pada akhirnya kita tidak pernah mencapai apa-apa karena memang tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Perasaan bersalah jenis ini adalah adalah perasaan terburuk yang bisa dirasakan oleh manusia, Darling.

Pencapaian besar dalam hidup kita tidak bisa ujug-ujug kita dapatkan. Sama seperti membangun rumah, tidak akan ujug-ujug langsung jadi rumah. Ada proses-proses kecil yang harus dilewati. Mulai dari menyusun satu per satu batu bata, memasang atap rumah, mengecat rumah, baru akhirnya menjadi rumah seperti yang kita inginkan. Dan kita mau tidak mau harus melakukan hal itu. Jika hanya mengkhayal menjadi sesuatu tapi tidak pernah melakukannya, sampai kapan pun khayalan itu ya tetap hanya khayalan kecuali kalau kamu lagi main SimCity.

Pada akhirnya jadi prokrastinator itu sebenarnya merupakan pilihan yang menyeramkan. Namanya saja yang keren karena ke-inggris-inggrisan. Aslinya sih jadi seorang prokrastinator adalah menjadi gurita-tapi-pake-nama-cumi macam Squidward yang secara sadar berteman dengan penyesalan, ketakutan, kecemasan, perasaan bersalah yang sering kali berujung pada perasaan membenci diri sendiri karena merasa tidak berguna. Tapi dibungkus dengan topeng agar terlihat sebagai orang paling bahagia sedunia.

Iklan

Meski begitu, saya juga tahu betul bahwa berhenti menjadi seorang prokrastinator bukanlah sebuah pilihan mudah. Rasanya mau sebesar apapun niat kita untuk tidak menunda, jauh dari lubuk hati kecil kita, kita tahu betul bahwa kita akan tetap berakhir menjadi budak-budak deadline.

Tapi masa sih mau kayak begini terus? Kita harus ingat bahwa apa yang kita lakukan adalah pilihan. Yang kita lakukan pada masa sekarang akan berpengaruh pada masa yang akan datang. Jangan sampai karena kita pasrah dan suka menunda nikahi pacar, kita bangun pada suatu pagi dan menemukan diri kita menyesal dan menangisi apa yang sudah terjadi.

Artinya, pasrah juga bukan sebuah pilihan. Kita tetap harus melawan. Setidaknya untuk tidak menjadi seorang prokrastinator akut yang merusak hidup sendiri. Coba mulai dengan mengurangi frekuensi menunda pekerjaan dulu. Yang awalnya setiap hari dalam seminggu, diganti menjadi enam hari dalam seminggu. Ganti jalan cerita hidup kita yang selalu meyakini bahwa kita akan selalu menunda. Kita harus bisa membuktikan pada diri sendiri kalau dalam satu hari dalam seminggu ternyata kita bisa tidak menunda.

Kalau perlu buat sistem alarm untuk ngakali diri kita sendiri. Misalnya, jam di rumah dipercepat jadi lebih dulu 15-30 menit. Ya walaupun kita tahu jam itu kecepatan, paling tidak waktu pertama kali bangun tidur dan masih dalam proses mengumpulkan nyawa lalu lihat jam, kita sudah lebih dulu merasa ketakutan telat lalu bisa segera memulai pekerjaan. Kalau pun akhirnya sadar jam itu kecepatan, paling tidak posisi kita sudah dalam posisi ready bekerja tho?

Trik lain, kalau perlu coba bayangkan hal terburuk apa yang akan terjadi jika kita tidak menyelesaikan pekerjaan kita sebelum menit-menit akhir? Jika perlu, bayangkan juga hal yang menyedihkan, atau yang memalukan sekalian.

Percaya atau tidak, ada anekdot yang mengatakan kalau manusia lebih takut dengan malu dibandingkan dengan kematian. Lho kok bisa? Ya bisa, soalnya manusia adalah makhluk yang sangat peduli mengenai apa yang dipikirkan orang lain terhadapnya ketimbang keselamatannya sendiri.

Terakhir, kita harus ingat bahwa kita harus punya kontrol terhadap diri kita sendiri ya, Darling. Menjadi prokrastinator adalah pertarungan dengan diri kita sendiri. Kita tidak bisa menunggu untuk dibantu atau diselamatkan oleh orang lain. Kecuali kalau kamu memang Squidward yang bisa hidup nyaman dengan karier hanya sebagai kasir Krusty Krab.

Terakhir diperbarui pada 18 Agustus 2018 oleh

Tags: Agus MulyadicumiguritakarierkasirklarinetMojok.coPringsewuprokrastinasiprokrastinatorskripsiSquidward
Nia Lavinia

Nia Lavinia

Mahasiswa S2 Kajian Terorisme, Universitas Indonesia.

Artikel Terkait

Mati-matian kejar karier sampai lupa rumah dan skip nikah demi ortu, belum jadi orang sukses dan hidup mapan ortu malah meninggal MOJOK.CO
Ragam

Sibuk Kejar Karier sampai Lupa Rumah dan Skip Nikah demi Ortu, Belum Sukses dan Hidup Mapan Ortu Keburu Meninggal

20 Oktober 2025
Pembayaran Tunai di Kasir Indomaret Lebih Ringkas daripada QRIS, Nggak Usah Sok-sokan Cashless Mojok.co
Pojokan

Pembayaran Tunai di Kasir Indomaret Lebih Ringkas daripada QRIS, Nggak Usah Sok-sokan Cashless

4 Oktober 2025
Penyesalan ikuti kata kating/senior kampus yang aktif organisasi mahasiswa. Ngopa-ngopi dan diskusi, lulus tak punya skill MOJOK.CO
Kampus

Muak sama Kating Kampus yang Suka Ajak Ngopa-ngopi, Cuma Bisa Omong Besar tapi Skill Kosong!

24 September 2025
Kuliah PTN demi kejar sarjana tanpa biaya orangtua. DO menjelang skripsi karena gagal bayar UKT MOJOK.CO
Kampus

Mati-matian Kuliah PTN Sambil Kerja hingga Makan Lauk Cabai, Malah Di-DO Pas Tinggal Skripsi Gara-gara UKT

28 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.