MOJOK.CO – Usulan Arief Poyuono emang beyond kelas makrifat. Di saat pemerintah pusing soal risiko resesi ekonomi, blio malah punya ide legalisasi kasino dan judi.
Satu pekan belakangan nama Arief Poyuono kembali mencuat ke permukaan, lengkap dengan peran dan fungsinya meluruskan segala problem di Nusantara. Tak seperti polisi dalam sinema India atau petuah bijak para ustaz dalam tontonan Azab, saya rasa sosok Airef Poyuono memang selalu datang di waktu yang tepat.
Pertama-tama blio mengurai simpang siur beredarnya video Tiktok Hanna Hanifah dengan latar logo BIN—yang belakangan membuat nama institusi ini agak tercemar.
Anda bayangkan, sementara para Intel yang memiliki segudang informasi dan ribuan mata-mata tengah ketar-ketir mencari sanggahan yang masuk akal, Arief Poyuono yang bermodal bakat alamiah dan dua pasang mata langsung memantapkan sangkalan bahwa video itu tak di ambil di kantor BIN, melainkan di Velox Et Exactus Shooting Klub.
“Jadi tidak benar Hana Hanifah melakukan goyang TikTok itu di kantor BIN. Ini ada cara-cara untuk mendiskreditkan BIN dengan cara-cara kampungan,” katanya.
Ajaib…
Intel 0-1 Arief Poyuono.
Dengan kemampuan menebak yang hampir setara dengan ilmu cenayang, blio juga—dengan hati yang tulus dan legawa—menyumbang satu gagasan besar untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi yang tengah dihantui oleh resesi. Yang tak akan terlintas dalam benak Sri Mulyani, tidak juga terpikir oleh Chatib Basri.
Jika Garry Becker, beberapa dekade silam, menjadi harum namanya dan meraih predikat Nobel Ekonomi setelah berhasil mengembangkan area analisis ekonomi mikro ke arah berbagai interaksi dan perilaku manusia—termasuk perilaku non-pasar.
Arief Poyuono membuat tesis yang akan memecah problem dunia; melegalkan judi kasino dan togel sebagai usaha menyelamatkan perekonomian dari ancaman wabah.
Saya kira, atas sumbangsih ide nan inovatif ini, Indonesia akan menyumbangkan satu nama penerima Nobel Ekonomi, dan membuat bungah pihak akademi Swedia.
Gokil…
Ekonom 0-1 Arief Poyuono.
Menurut Arief, inilah satu-satunya cara ((saya tekankan, satu-satunya)) yang paling mungkin kita tempuh. Sebab, ia punya potensi untuk menyerap tenaga kerja lebih banyak dari sekadar pabrik dengan skala produksi jor-joran, lebih jauh lagi, ia bisa membuka gerbang rezeki dengan dibangunnya jenis usaha penunjang.
“Banyak penelitian internasional tentang hubungannya antara kasino, penyelenggaraan judi di negara-negara seperti Singapura, Malaysia, Amerika, di mana ajalah gitu ya, itu ternyata memberikan dampak kepada pertumbuhan ekonomi di negara tersebut, juga banyak membuka lapangan kerja, mendapatkan pajak,” kata blio.
Ide Arief Poyuono jelas riskan diberi nyinyiran oleh netizen dari pelbagai golongan. Tetapi, blio sudah barang tentu membangun tameng yang kokoh untuk menghalau urusan ini.
Untuk mewanti-wanti serangan datang dari kubu orang-orang saleh, Arief Poyuono terlebih dahulu mengingatkan bahwa sejarah pernah mencatat judi sebagai praktik yang dihalalkan oleh umara, contohnya ketika Gubernur Jakarta zaman Ali Sadikin malahan.
Namun pada gilirannya, PKI laknat kemudian mengubah kebijakan itu dengan menganggap judi sebagai upaya yang “merusak moral bangsa” karena sepaket dengan pelarangan The Beatles, Elvis, dan merebaknya sentimen terhadap budaya Barat.
Arief Poyuono pun cukup cerdas memahami logika biner bahwa; seluruh yang ditolak oleh PKI adalah rahmat, entah judi atau apa pun. Dan, setiap rahmat mesti ditegakkan, apalagi yang ditolak PKI.
Dengan cara itu, orang-orang saleh akan merasa takut dan ngeri. Sebab, menolak judi artinya duduk satu barisan dengan PKI. Arief jelas paham, mana yang lebih pedih antara dikurung di neraka selama satu tahun, atau mendengar lagu genjer-genjer selama dua putaran.
Apalagi usul ini hanya diperuntukkan untuk orang asing dan tetap tidak diperbolehkan bagi muslim netizen saleh di Indonesia. Blio pun memberi contoh kasino di Malaysia.
“Malaysia buka kasino tapi di sana dibatasi kok. Misal yang paspor Malaysia yang bukan orang muslim nggak boleh masuk. Tinggal bagaimana sistemnya aja. Yang main hanya orang asing, kan bisa,” kata Poyuono.
Netizen Saleh 0-1 Arief Poyuono.
Untuk barisan Netizen parnoan, yang dengan logika awam akan memberi pertanyaan teruk semacam, “lho, kan sedang wabah nggak boleh main-main keluar, apalagi Kasino?”
Arief jelas punya alibi yang lebih canggih, dan tak akan mampu digugat oleh ahli berdebat sekelas Arthur Schopenhauer sekali pun.
Ingat, Sanak! Sejak mula, yang disasar oleh Arief Puyono adalah pertumbuhan ekonomi, bukan bagaimana selamat dari wabah. Itu dua hal yang berbeda, dan memerlukan penyelesaian yang berbeda pula. Masa begini saja tidak paham, hadeh~
Netizen Parno 1-0 Arief Puyuono
Saya kira, tak ada alasan untuk menolak saran dari Lord Arief Puyuono. Kita mungkin telah dan akan kehilangan banyak hal, tetapi roda ekonomi mesti terus berjalan. Ia menjadi satu-satunya harapan kita untuk tetap hidup, dan jika pun—naudzubillah—kita mati, yang penting kita dijauhkan dari perilaku PKI yang mengharamkan judi, kasino, dan budaya Barat.
Begitu kan, Pak Arief Puyuono?
BACA JUGA Soal Wiranto, Hanum Rais Harus Belajar dari Poyuono atau tulisan Muhammad Nanda Fauzan lainnya.