Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

LMKN Kalah Telak sama Panitia Kurban Masjid Jogokariyan: Kalah Kelas dan Penuh Tanda Tanya

Galih Setiawan oleh Galih Setiawan
18 Agustus 2025
A A
LMKN Memalukan, Kalah Telak sama Masjid Jogokariyan MOJOK.CO

Ilustrasi LMKN Memalukan, Kalah Telak sama Masjid Jogokariyan. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – LMKN, lembaga resmi negara dengan anggaran besar, justru kalah telak dalam hal kejelasan dibanding Masjid Jogokariyan.

Ribut-ribut soal royalti musik mengingatkan saya pada cuitan penyanyi Kunto Aji beberapa waktu yang lalu. LMKN kalah sama Masjid Jogokariyan. “Pembagian daging di Masjid Jogokariyan udah pake web. Bisa dipantau online, real time. Kaya gini kok royalti musik bertahun-tahun gak bisa. Duit segitu banyak buat apaan?”

Pembagian daging kurban dan royalti musik sama-sama butuh keadilan. Bedanya, kalau urusan daging kurban, panitia Masjid Jogokariyan di Yogyakarta sudah bisa bikin sistem distribusi yang rapi, transparan, bahkan bisa dipantau online. Sementara urusan royalti musik yang dikelola Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) justru penuh drama, misteri, dan bikin banyak musisi ngelus dada.

Lucunya, LMKN yang mengelola ratusan miliar justru kalah telak dari panitia kurban di masjid kampung.

Masjid Jogokariyan: teknologi untuk daging kurban

Setiap Idul Adha, Masjid Jogokariyan menjadi sorotan. Bukan cuma karena jumlah sapinya banyak, tapi juga karena caranya membagi daging. Mereka sudah pakai sistem digital. Data penerima manfaat jelas, distribusi terpantau, bahkan warga bisa cek real time siapa yang sudah dapat, siapa yang belum.

Tidak ada drama “jatah habis duluan”, atau “si A dapat dua kali, si B nggak kebagian”. Semuanya terbuka dan bisa dipertanggungjawabkan.

Bandingkan dengan LMKN. Lembaga ini punya tugas mulia: membagi royalti musik ke pencipta lagu, penyanyi, dan musisi. Harusnya gampang: data lagu yang diputar, data pendapatan, lalu dibagi sesuai aturan. 

Tapi yang terjadi? Ribet, ruwet, dan penuh tanda tanya. Transparansi ala Masjid Jogokariyan sepertinya masih jauh dari jangkauan.

LMKN: Royalti ala pulsa sebulan

Belum lama ini Ari Lasso cerita kalau dia hanya menerima royalti Rp700 ribu. Lucunya, dalam surat elektronik yang diterima Ari Lasso, nomor rekening dan nama penerima justru bukan atas nama Ari Lasso. 

Untuk sekelas LMKN, kesalahan macam ini sangat fatal. Jauh sebelum kasus ini, Piyu, gitaris Padi Reborn, bahkan pernah dapat Rp150 ribu dari lagu “Penjaga Hati”, lagu ciptaannya yang kebetulan juga dinyanyikan Ari Lasso.

Kalau musisi sekelas Ari Lasso dan Piyu aja hasilnya segitu, kebayang gimana nasib musisi indie yang lagunya cuma diputar di kafe pinggir jalan. Bisa jadi royaltinya cuma cukup buat bayar kuota seminggu. Royalti, yang seharusnya jadi bentuk penghargaan atas karya, malah lebih mirip uang transport rapat RT.

Pengusaha ikut pusing, band kafe takut nyanyikan lagu orang lain

Yang bikin tambah absurd, LMKN ini rajin banget nagih royalti ke pengusaha. Kafe, restoran, hotel, semua kena. Ada kasus hotel yang nggak pernah memutar musik tapi tetap ditagih, alasannya karena di kamar ada TV yang bisa nyetel lagu.

Lebih gila lagi, kabarnya suara burung, gemericik air, sampai lagu nasional pun ikut ditarik royalti. Rasanya tinggal tunggu waktu saja sampai suara hujan atau dering WA juga kena pungutan. Ada pula hotel yang dikirimi tagihan royalti karena memutar suara burung. Padahal suara burung tersebut adalah hasil rekaman kicauan burung peliharaan pemilik hotel sendiri.

LMKN kalah kelas

Ironinya, panitia masjid yang “cuma” ngurus daging kurban bisa bikin sistem distribusi modern dan dipercaya semua orang. Sementara LMKN, lembaga resmi negara dengan anggaran besar, justru kalah telak dalam hal kejelasan.

Iklan

Bayangin, urusan sapi bisa lebih rapi daripada urusan musik. LMKN harusnya malu. Transparansi itu nggak butuh gedung mewah atau jargon panjang. Cukup niat baik, keterbukaan, dan teknologi sederhana.

Belajar antre di Masjid Jogokariyan

Kalau LMKN mau belajar, datanglah ke Masjid Jogokariyan pas Idul Adha. Rasakan bagaimana ribuan kantong daging bisa terbagi adil tanpa ribut. Dari situ bisa dipahami: inti pembagian bukan sekadar angka di laporan, tapi soal keterbukaan dan kepercayaan.

Karena kalau bicara soal transparansi, panitia kurban sudah juara. Sementara LMKN? Masih terjebak di level yang bahkan nggak layak disebut juara harapan tiga.

Pada akhirnya, pembagian royalti musik memang lebih ruwet daripada pembagian daging kurban. Tapi bukan berarti mustahil dibenahi. Tinggal butuh satu hal sederhana: keberanian untuk jujur.

Dan kalau keberanian itu masih sulit dicari, ya sudah, paling tidak LMKN bisa mulai dari antre dulu di Masjid Jogokariyan. Siapa tahu dapat inspirasi. Minimal, pulang bawa daging, eh ide ding.

Penulis: Galih Setiawan

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Tolong WAMI Kaji Ulang Kembali. Bulan Depan Saya Mau Menikah, tapi Malah Pusing Mikirin Biaya Royalti Musik Pengiring dan catatan menarik lainnya di rubrik ESAI.

Terakhir diperbarui pada 18 Agustus 2025 oleh

Tags: ari lassoLembaga Manajemen Kolektif NasionalLMKNMasjid Jogokariyanpiyu padiroyalti musik
Galih Setiawan

Galih Setiawan

Tukang scroll medsos.

Artikel Terkait

Bukan Cuma Masjid, Jogokariyan Jogja Ternyata Punya ATM Beras & Wakaf Produktif
Video

Bukan Cuma Masjid, Jogokariyan Jogja Ternyata Punya ATM Beras dan Wakaf Produktif

19 April 2025
Cerita di Balik 3.000 Porsi Takjil di Masjid Jogokariyan: “Masak yang Masuk Surga yang Kaya-kaya Doang” MOJOK.CO
Geliat Warga

Cerita di Balik 3.000 Porsi Takjil Masjid Jogokariyan: “Masak yang Masuk Surga yang Kaya-kaya Doang”

28 Maret 2023
pasar ramadan jogja mojok.co
Sosial

4 Pasar Ramadan yang Melegenda di Jogja

28 Maret 2023
Analisis Buruknya Crowd Management Konser Dewa 19 di JIS MOJOK.CO
Esai

Analisis Buruknya Crowd Management Konser Dewa 19 di JIS

6 Februari 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.