Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Laki-laki Boleh Pakai Pembalut dan Kehormatan Mereka Tidak Bakal Runtuh

Masa iya, sebagai pria, lelananging jagat, alpha male, puncak hierarki gender, harus membeli pembalut.

Arman Dhani oleh Arman Dhani
19 April 2022
A A
Laki-laki Boleh Pakai Pembalut MOJOK.CO

Ilustrasi laki-laki membeli pembalut. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Ada banyak hal yang bisa jadi patokan kehormatan atau marwah seorang laki-laki. Menolak membelikan pembalut bukan salah satunya.

Twitter sedang ramai dengan komentar-komentar agung tentang betapa kehormatan lelaki jadi hancur jika mereka bersedia membeli pembalut. Menurut para alpha male itu, membeli pembalut berarti merendahkan diri, membuat mereka jadi subordinat, lebih dari itu, mereka merasa tak punya kehormatan. Lho, kok, bisa?

Perkara menjadi lelaki ini rumit. Kalau diusut, barangkali doktrin semasa kecil jadi biang keroknya. Sejak lahir dan bisa bicara, lelaki diajarkan, nggak boleh nangis, nggak boleh main boneka, harus gagah, harus kuat, dan menganggap bahwa perempuan itu makhluk lemah yang perlu dilindungi. Ya, produk sisa peradaban yang berpikir dengan kalau suka perempuan, maka kita perlu mengganggunya, bodo amat jika mereka tidak nyaman.

Ini yang membuat lelaki berpikir mereka makhluk mulia. Apalagi kalau ditambah embel-embel ayat-ayat arkaik yang menggambarkan mereka sebagai pemimpin, khalifah di muka Bumi tanpa mau melihat teladan para pemimpin agama di masa dulu. Lelaki nggak boleh ada di dapur, lelaki nggak boleh terlalu ngemong anak, nggak boleh beli pembalut, mereka harus jadi figur keras yang tak tergoyahkan.

Kalau dipikir-pikir, ini menggelikan. Saya ingat, dulu ada selebriti mualaf, yang mengaku takut dengan perempuan perkasa. Dia nggak mau punya pasangan perempuan yang mandiri karena dianggap bukan kodratnya. Padahal ya banyak banget cerita bahwa Kanjeng Nabi itu sosok yang nggak sungkan membantu kerja-kerja domestik. Salah satu istrinya bekerja sebagai penyamak kulit untuk bisa bersedekah.

Ini alasan “diskursus memalukan” bagi laki-laki untuk beli pembalut agaknya lahir dari sikap kerdil, bukan perkara kehormatan. Pembalut dianggap sebagai satu benda yang paling privat dari perempuan. Laki-laki bisa bikin lelucon soal vagina, oh jangan salah, saya juga pernah bikin lelucon bodoh (yang tak perlu) tentang bagian privat itu. Cuma beruntung ada banyak orang yang mengingatkan dan mengajarkan soal sikap menghargai sesama.

Ribut-ribut ini sebenarnya akan mudah diatasi kalau kita paham bahwa pembalut itu ya sekadar benda. Ia tak punya atribusi selain membantu seseorang, sanitary products, yang punya fungsi beragam. Lelaki bisa menggunakannya jika mereka ingin, tergantung kebutuhan, tapi ya jangan dipakai mabuk juga.

Benar, ada laki-laki yang demikian gagah merebus pembalut dan menjadikan benda itu sebagai ramuan minuman. Mereka ini tentu bukannya bodoh, tapi ya karena alkohol mahal saja. Tapi itu untuk pembahasan lain kali, sikap ogah atau bahkan anti membelikan pembalut untuk perempuan ini punya problem lain. Laki-laki ini bisa jadi tak peduli pada pasangan mereka. Dan itu berbahaya.

Kalau kamu, misalnya, sebagai laki-laki takut beli pembalut karena dianggap gay, karena thread lelaki gay beli pembalut, ya aneh. Emangnya kalian lelaki nggak pernah takut dikira pemerkosa karena beli obat tetes mata? Atau tidak takut dikira begal karena beli motor RX King? Benda-benda itu tidak punya label dan atribusi, manusia yang memberinya, dan lebih bermanfaat jika kita tak peduli padanya.

Beberapa komentar tentang diskursus pembalut ini masih berkisar bahwa sebagai llaki-laki mereka punya marwah untuk dijaga. Masa iya, sebagai pria, lelananging jagat, alpha male, puncak hierarki gender, harus membeli pembalut. Lha kalau beli pembalut saja nggak mau, gimana nanti jika pasangan/kerabat/saudaranya melahirkan? Apakah mereka akan membiarkan pasangannya mencuci sendiri bekas darah usai persalinan?

Beberapa bulan yang lalu, istri salah satu teman saya melahirkan. Sedihnya, anak mereka sudah meninggal di dalam kandungan istrinya.

Selama masa nifas, darah dari rahim akan terus keluar. Masa nifas adalah masa sejak melahirkan sampai pulihnya organ produksi perempuan. Lamanya antara 40 sampai 60 hari.

Selama periode itu, teman saya harus siaga di samping istrinya yang baru saja melahirkan. Dia harus cekatan menyiapkan pembalut ganti. Termasuk mengganti dan menyingkirkan pembalut yang sudah penuh dengan darah nifas. Dia juga rutin mengganti underpad, semacam alas untuk menyerap cairan secara cepat. Biar darah dari sisa masa nifas tidak rembes ke tempat tidur.

Sesekali, dia pergi ke apotik untuk membeli underpad dan pembalut cadangan. Dia melakukannya dengan bahagia. Apoteker di apotik tidak menertawakannya. Semua berjalan biasa saja. Dia pulang dengan riang. Kehormatannya tidak runtuh. Dia tidak ditertawakan dan dituduh gay.

Iklan

Ketika istrinya merintih karena rasa sakit di vaginanya masih terasa, dia menenangkan dengan cara yang dia tahu. Membuatkan istrinya minuman hangat. Mengajaknya menonton video-video lucu. Dia memahami rasa sakit perempuan dan itu tidak membuat kehormatannya ambruk.

Saya bukan perempuan, tak pernah melahirkan, apalagi datang bulan. Tapi dari banyak literatur, saya tahu bahwa menstruasi itu sakit. Ia setara serangan jantung dan perempuan mengalami hal itu rutin setiap bulan. Hal paling sepele yang bisa dilakukan untuk membantu mereka adalah membelikan pembalut, memeluk atau menyiapkan minuman hangat saat haid pertama datang.

Ada banyak hal yang bisa jadi patokan kehormatan atau marwah seorang laki-laki. Menolak membelikan pembalut bukan salah satunya. Ia hanya menunjukkan bahwa kalian tidak benar-benar peduli pada kesehatan pasangan ketika masa datang bulan.

Tentu memberikan nafkah, melindungi, memberikan rumah, atau hal-hal lain bisa jadi ukuran. Tapi jika hal sepele, bare minimum, semacam membeli pembalut aja ogah, bagaimana kamu bisa memahami penderitaan perempuan saat datang bulan?

BACA JUGA Proses Menemukan Pembalut Paling Nyaman, Sebuah Jalan Terjal yang Panjang dan cerita menarik lainnya di rubrik ESAI.

Penulis: Arman Dhani

Editor: Yamadipati Seno

Terakhir diperbarui pada 19 April 2022 oleh

Tags: Gaykehormatan laki-lakimasa nifaspembalut
Arman Dhani

Arman Dhani

Arman Dhani masih berusaha jadi penulis. Saat ini bisa ditemui di IG @armndhani dan Twitter @arman_dhani. Sesekali, racauan, juga kegelisahannya, bisa ditemukan di https://medium.com/@arman-dhani

Artikel Terkait

Gym di Malang Jadi Incaran Cowok Gay MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Ngeri Nge-Gym di Malang, Jadi Incaran Cowok Gay Agresif hingga Dapat DM Membagongkan

7 Maret 2024
Arsenal, Mesut Ozil, dan Kita Semua Selalu Punya Sisi Munafik MOJOK.CO
Balbalan

Arsenal, Mesut Ozil, dan Kita Semua Selalu Punya Sisi Munafik

29 Oktober 2021
ilustrasi Proses Menemukan Pembalut Paling Nyaman, Sebuah Jalan Terjal yang Panjang mojok.co
Pojokan

Proses Menemukan Pembalut Paling Nyaman, Sebuah Jalan Terjal yang Panjang

26 Agustus 2021
Pondok Pesantren yang Dilingkupi Kisah Mistis Pemakan Daging Mentah dan Pengisap Darah Pembalut MOJOK.CO
Malam Jumat

Pondok Pesantren yang Dilingkupi Kisah Mistis Pemakan Daging Mentah dan Pengisap Darah Pembalut

27 Agustus 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

elang jawa.MOJOK.CO

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Atlet panahan asal Semarang bertanding di Kota Kudus saat hujan. MOJOK.CO

Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

19 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Kegigihan bocah 11 tahun dalam kejuaraan panahan di Kudus MOJOK.CO

Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

16 Desember 2025
Wali Kota Semarang uji coba teknologi bola GPS untuk mitigasi banjir Semarang MOJOK.CO

Bola GPS Jadi Teknologi Mitigasi Sumbatan Air Penyebab Banjir di Simpang Lima Semarang

13 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.