ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai Kolom

Wawancara Singkat Bersama Wafer Khong Guan: Menjadi Pilihan Utama Tak Selalu Menyenangkan

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
21 April 2021
0
A A
wafer khong guan
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Rasanya semua orang sepakat bahwa wafer Khong Guan adalah pilihan utama yang selalu menjadi rebutan di antara sekian banyak jenis isi dalam kaleng biskuit Khong Guan. Ia, selalu menjadi yang pertama untuk diambil. Kehadirannya kerap menimbulkan konflik horizontal antar sesama anggota keluarga, ia kerap menjadi sebab utama perkelahian antara sepupu satu dengan sepupu yang lain saat lebaran karena masing-masing tak ada yang mau mengalah untuk memilihnya.

Sebagai salah satu orang yang juga terbawa arus untuk ikut memperebutkan wafer Khong Guan sejak kalengnya dibuka untuk pertama kalinya, saya mencoba mencari tahu, bagaimana kehidupan wafer ini, dan perjuangannya dalam mengarungi kehidupan perbiskuitan yang semakin lama semakin keras saja.

Berkat salah satu koneksi Mojok yang bekerja di bagian distribusi, saya berhasil menemui wafer Khong Guan dan bercakap-cakap agak lumayan dengannya. Wawancara yang hanya 18 menit tersebut saya rasakan cukup intim, ia membagikan banyak informasi penting, dan tak ketinggalan, ia juga membeberkan curahan-curahan perasaannya sebagai seorang wafer Khong Guan.

Dari sembilan jenis isi di dalam Khong Guan, Bung adalah primadona yang selalu menjadi pilihan pertama untuk diambil, bagaimana perasaan Bung?

Banyak orang mengira bahwa menjadi yang utama adalah hal yang menyenangkan, itu tak sepenuhnya salah. Namun khusus untuk wafer Khong Guan, orang harus mulai berpikir lebih jauh. Menjadi wafer Khong Guan adalah pertaruhan besar. Ada beban dan tekanan batin yang amat kuat yang harus senantiasa saya pikul, utamanya di masa jelang-jelang lebaran seperti sekarang ini.

Sebentar, beban seperti apa yang Bung maksud?

Ya beban personal. Menjadi pilihan utama, maka ekspektasinya pun pasti utama pula. Sebagai yang selalu diambil pertama, orang-orang selalu berharap saya mampu memberikan rasa wafer yang luar biasa serta kerenyahan yang kriuk paripurna. Hal tersebut tentu tak selalu bisa saya berikan. Selera orang tak pernah bisa sama. Ada kalanya, orang tak suka dengan jenis rasa yang saya punya, tentu saja itu bukan salah saya, namun pastilah kesalahan itu kemudian ditimpakan kepada saya.

Hanya itu? Receh itu, Bung.

Tentu saja tidak. Saya selalu dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kerusakan keharmonisan keluarga karena kehadiran saya kadang membuat kakak-adik atau paman-keponakan saling baku hantam, mereka berebut untuk mendapatkan saya. Kalau hanya satu atau dua keluarga, saya masih bisa berbesar hati, namun kalau ada ribuan keluarga, itu tentu lain perkara.

Ah, kalau itu, memang berat, Bung. Saya turut prihatin.

Tapi itu sebenarnya masih belum seberapa. Ada yang lebih membuat saya merasa sangat frustrasi menjadi wafer Khong Guan.

Apa itu, Bung?

Pandangan sinis dari saudara-saudara saya sekandung dan sekaleng. Bayangkan, kami sembilan bersaudara, namun selalu saya yang menjadi pilihan utama. Tak sekalipun mereka menjadi pilihan yang pertama. Memang ada beberapa momen saya hanya menjadi pilihan kedua atau ketiga, namun itu hanya terjadi pada keluarga yang ganjil, keluarga yang anak-anaknya tidak terlalu suka wafer, dan kita tahu, keluarga ganjil macam ini tentu saja sedikit sekali jumlahnya.

Dalam satu lingkungan kaleng itu, saya merasa seperti dikucilkan. Tatapan saudara-saudara saya kepada saya selalu tak berubah, sejenis tatapan seorang pemburu kepada mangsanya.

Pernah kakak kedua saya, Marie Susu dan adik pertama saya, Rose Cream, secara terang-terangan menyebut saya sebagai anak haram dan tidak layak mendapatkan penghormatan selayaknya saudara sekandung. Itu sakit sekali.

Dan Bung percaya apa kata Marie Susu dan Rose Cream?

Awalnya saya tak mau percaya begitu saya, namun tatapan kakak tertua saya, Chocolate Cream ternyata juga menunjukkan hal yang sama. Kak Choco saya anggap sebagai saudara saya yang paling bijak, maka, kalau ia saja bersikap antipati kepada saya, maka mau tak mau, saya terpaksa harus mulai mempercayai apa kata Marie dan Rose.

Bung pernah mencoba melawan saudara-saudara Bung?

Tak pernah. Saya, dengan segala sikap buruk yang saya terima, masih tetap berusaha menganggap delapan saudara saya satu kaleng itu sebagai saudara kandung. Sejujurnya, saya iri dengan kawan-kawan lain yang punya nasib yang jauh lebih beruntung seperti Superco atau Saltcheese. Mereka berdua, menjalani kehidupan sebagai malkist dan krekers dengan lingkungan yang sehat. Tanpa persaingan.

Tunggu, bukankah kehidupan yang sehat itu justru adalah hidup yang penuh dengan persaingan?

Ya, tapi bukan persaingan yang Anda selalu menjadi pemenangnya. Jika persaingan itu membuat Anda selalu menjadi pemenang, itu bukan sehat, justru itu racun. Dan saya sudah menghirup racun jenis itu, puluhan tahun lamanya.

Bung menyesal menjadi wafer Khong Guan?

Kadang. Tapi bukankah penyesalan tak pernah bisa mengubah keadaan? Ia hanya bisa mengolah penerimaan atas keadaan.

Kalau begitu, kenapa Bung tidak mencoba untuk meminta agar dikemas sebagai kemasan mandiri?

Saya tak perlu meminta sebenarnya, Hal itu sudah dilakukan oleh Khong Guan. Khong Guan sudah punya kemasan khusus wafer Khong Guan. Kemasan yang saya anggap memang diperuntukkan untuk keluarga-keluarga yang tak punya jiwa dan gairah berkompetisi. Hanya saja, Khong Guan tak mau sepenuhnya melepas saya sebagai kemasan kaleng sendiri. Khong Guan masih tetap menginginkan saya ada di kemasan kaleng besar dengan aneka jenis isi itu.

Kalau begitu, berarti tak ada yang bisa Bung lakukan?

Memang. Saya hanya bisa menerima keadaan yang getir ini. Berusaha menjadi anak yang manis dan patuh. Berharap agar saya bisa segera lepas dari situasi yang menyebalkan ini, walau hal tersebut tampak sangat mustahil.

Apa harapan Bung kedepannya?

Saya hanya ingin cepat mati, dan kemudian dilahirkan kembali sebagai wafer Tango atau wafer Nabati.

Terakhir diperbarui pada 21 April 2021 oleh

Tags: khong guanSotar Satirwafer khong guan
Iklan
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

jokowi
Kolom

Perintah Jokowi Memang Sebaiknya Tidak Selalu Dituruti oleh Anak Buahnya

27 Agustus 2021
stiker
Kolom

Penempelan Stiker pada Rumah Warga yang Belum Divaksin Adalah Langkah yang Brilian dan Harus Diapresiasi

13 Agustus 2021
meminta maaf
Kolom

Permintaan Maaf Kapolda Sumsel Terkait Donasi 2 Triliun Seharusnya Memancing Pejabat-Pejabat Lain untuk Ikut Meminta Maaf

5 Agustus 2021
jokowi mojok.co
Kolom

Maksud Mulia di Balik Pernyataan “Bukan Mudik tapi Pulang kampung”, “Bukan Kolaps tapi Overcapacity”, dan “Bukan Kelangkaan tapi Keterbatasan”

10 Juli 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

KA Airlangga, kereta murah, surabaya.MOJOK.CO

Coba-coba Naik KA Airlangga Jakarta-Surabaya: Bahagia Tiketnya Cuma Seharga 2 Porsi Pecel Lele, tapi Berujung Tak Tega sama Penumpangnya

12 Juni 2025
Menyaksikan Kegilaan dari Dalam Bus Bagong dan Harapan Jaya MOJOK.CO

Menyaksikan Kegilaan Sopir Harapan Jaya dan Bus Bagong dari Dalam Bus, Menjadi Saksi Kehidupan Bus yang Selalu Dianggap Biang Masalah Jalanan

13 Juni 2025
Innova Zenix Tidak Otentik, Kalah Populer dari Innova Reborn MOJOK.CO

Innova Zenix Bisa Menjadi Penyesalan Toyota karena Melahirkan Mobil Tidak Otentik dan Ternyata Innova Reborn Belum Habis

16 Juni 2025
down for life, kalatidha.MOJOK.CO

Kalatidha: “Syair Macapat” dalam Kemasan Musik Cadas, Album Baru sekaligus Penanda Perjalanan Spiritual Down For Life

11 Juni 2025
Pertama kali naik kereta api (KA) ekonomi setalah bertahun-tahun naik bus ekonomi. Rasanya seperti mimpi meski tak pernah pakai KAI Access MOJOK.CO

Orang Desa Pertama Kali Naik Kereta Api Ekonomi: Banyak Gaya karena Bosan Naik Bus Ekonomi, Berujung Nelangsa Beli Nasgor di KAI

11 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.