Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Kisah 3 Korban Petrus selama OPK Jogja 1983-1984

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
22 Juni 2020
A A
opk preman gali penembak misterius petrus jogja 1983-1984 Mengenang Tiga Preman Kebal Peluru “Korban” Penembak Misterius

opk preman gali penembak misterius petrus jogja 1983-1984 Mengenang Tiga Preman Kebal Peluru “Korban” Penembak Misterius

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Pada periode tersebut, operasi OPK pernah meneror para preman atau terduga preman di Jogja. Operasi dijalankan para petrus (penembak misterius), istilah yang menggambarkan betapa tertutupnya operasi ini.

Pada suatu malam saya sedang leyeh-leyeh di rumah Eyang. Beliau yang mengidap stroke sering butuh teman ngobrol dan sayalah partner utama beliau. Beliau suka bercerita tentang masa lalunya yang boleh dibilang hitam. Namanya juga drunken master, lingkar pertemanannya tak jauh dari dunia hitam Yogyakarta. Dari sekadar tukang copet, jambret, sampai “sindikat pengaman diskotek” adalah teman minum beliau.

Malam itu agak istimewa karena Eyang bercerita tentang teman-temannya yang tewas selama Operasi Pemberantasan Kejahatan (OPK) berlangsung di Yogyakarta pada 1983-1984.

OPK adalah operasi yang dipimpin Letkol. M. Hasbi, Komandan Kodim 0734/Yogyakarta. Menurut teori, operasi ini hanya bertujuan untuk mendata serta menindak tegas pelaku kriminal. Praktiknya, operasi ini menjadi berdarah dengan melibatkan eksekutor. Nah, pada masa inilah istilah “petrus” lahir.

Para petrus ini sangat ditakuti oleh para “gabungan anak liar” yang disingkat “gali”, istilah yang sekarang disinonimkan dengan preman. Tidak tanggung-tanggung, sekadar tukang tato pun menjadi incaran operasi ini. Maka banyak pemuda bertato masa itu yang memilih untuk menyeterika tato mereka agar selamat dari OPK.

Tapi, namanya tato bakal membekas kalau hanya diperlakukan seperti baju kusut. Mereka pun tetap harus apel untuk mendapat indoktrinasi setiap hari Senin. Jadi, rasa sakit yang sangat ketika itu hanya kesia-siaan. Dan siapa pun yang mencanangkan ide itu, haruslah dimintai pertanggung jawaban! Ide gila itu membuat tato indah bergaya tribal berakhir jadi keloid yang buruk rupa.

Tapi tato cuma “camilan” operasi ini. OPK menyasar pelaku kriminal dalam skala besar. Dan tidak hanya sekedar maling korek yang muncul di setiap kedai. Kita bicara tentang sindikat pemeras, perampok ulung, dan kejahatan serupa. Tapi kita tidak bicara kejahatan seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Kebetulan saja, pelaku KKN ini ada di puncak rantai makanan negeri saat itu.

Dan karena keterbatasan komunikasi eyang saya, akhirnya informasi yang diperoleh darinya tak banyak. Bagaimanapun, saya jadi sangat penasaran dengan para korban keganasan OPK ini. Akhirnya saya harus membujuk kedua orang tua saya untuk melengkapi informasi setengah-setengah Eyang. Akhirnya, saya dapat tiga nama teman Eyang yang menurut saya kisah eksekusi mereka perlu diceritakan kembali.

Wahyo

Wahyo adalah seorang kepala geng yang berasal dari area Ring Road Selatan. Dia adalah teman minum miras eyang saya. Perlu diingat, semua orang setara ketika sudah kumpul di warung miras. Jadi wajar saja di warung itu mereka bisa berteman tanpa melihat sisi gelap masing-masing. Yang membuat saya tertarik, Wahyo dikenal kebal peluru! Konon beliau sudah beberapa kali ditembak oleh aparat, tapi selalu lolos tanpa luka berarti. Kejahatan Wahyo adalah pemerasan. Target pemerasan beliau adalah warung dan pertokoan pinggir jalan. Dengan legenda yang membayanginya, mana ada warung yang berani menolak beliau?

Akhir hidupnya berakhir di tangan penembak misterius. Entah bagaimana caranya, para petrus ini mengetahui kelemahan Wahyo. Konon, ketika sukses tertangkap Wahyo diseret ke kandang babi di wilayah barat kota Jogja. Ternyata kandang babi melenyapkan kesaktian beliau dan “Dor! Dor!” Wahyo dieksekusi.

Slamet Gaplek

Slamet Gaplek punya jalan hidup serupa Wahyo. Beliau adalah kepala geng yang bergerak di bidang pemerasan. Slamet Gaplek juga dikenal sakti dan kebal peluru. Sepertinya, waktu itu kepala geng adalah orang yang sakti dan penuh keajaiban. Mungkin ini menginspirasi Eiichiro Oda menulis One Piece yang mana sang kapten bajak laut pasti seorang manusia super. Mungkin Slamet Gaplek adalah pemakan buah iblis pula. Andai saja orang-orang ini dikaryakan, mereka cocok mengabdi sebagai partner tentara untuk latihan tembak-tembakan.

Nasib Slamet Gaplek pun serupa dengan Wahyo. Beliau tewas di tangan petrus. Ada banyak spekulasi bagaimana Slamet Gaplek dieksekusi. Ada yang bilang bahwa ia diseret di kandang babi. Ada yang bilang ia ditembak dengan peluru perak. Apakah beliau keturunan vampir? Apakah Slamet Gaplek adalah Edward Cullen-nya Yogya?

Tengkorak

Tokoh satu ini dikenal dengan julukan yang cukup sangar. Tengkorak sendiri punya karakter berbeda dari dua penjahat sebelumnya. Sama-sama kepala geng, namun geng Tengkorak lebih mirip padepokan. Setiap anggotanya berlomba-lomba menjadi yang paling sakti, dengan latihan dan ritual yang rajin. Mungkin, Tengkorak bisa disamakan dengan Kaido dalam serial One Piece, sama-sama “menciptakan” pasukan sakti. Bisa jadi Tengkorak dapat berubah wujud jadi naga dan mengabulkan permohonan kita jika bisa mengumpulkan 7 kelereng bermotif bintang. Kejahatan Tengkorak pun tetap seputar pemerasan.

Saya cukup merinding mendengar cerita tentang Tengkorak. Ia pernah ingin membunuh eyang saya karena Eyang dituduh ingin membangun padepokan sendiri. Padahal jangankan menguasai ilmu pernapasan khas padepokan, bernapas biasa saja berat akibat konsumsi rokok yang tinggi. Beruntung, eyang saya bisa berdiplomasi alias memelas supaya tidak dimusuhi lagi.

Iklan

Akhir kisah Tengkorak lebih menyedihkan. Dia tidak dibunuh, tapi dipenjara. Setelah dipenjara bertahun-tahun, Tengkorak dibebaskan dalam kondisi “gila”. Tengkorak benar-benar jadi orang lain. Bahkan ia berpikir ia adalah salah satu murid di padepokan eyang saya. Imajinasinya membawa dia menjadi pengikut setia padepokan fiktif yang hanya eksis di kalbunya.

Ketiganya hanyalah secuil kisah OPK di Jogja. Terlepas dari benar salahnya, banyak orang terbunuh tanpa pengadilan tanpa sempat membela diri. Mungkin banyak yang mendukung OPK atas dasar keamanan. Banyak pula yang menolak atas dasar HAM. Yang jelas, OPK adalah operasi yang luar biasa yang pernah jadi hantu menakutkan bagi masyarakat Jogja.

BACA JUGA Pukulan Berat Jokowi Ditinggal Dua Menteri Saat Pandemi

Terakhir diperbarui pada 22 Juni 2020 oleh

Tags: galiJogjaopkpetruspreman
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Jika artikel saya menyinggung Anda, saya tidak peduli.

Artikel Terkait

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO
Liputan

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.