Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Hanya Kiamat yang Mampu Menghapus Eksistensi Mahasiswa Geografi

Mahasiswa Geografi akan menjadi Sang Avatar, yang menguasai elemen air, tanah, udara, dan api.

Bachtiar W. Mutaqin oleh Bachtiar W. Mutaqin
18 November 2021
A A
Hanya Kiamat yang Mampu Menghapus Eksistensi Mahasiswa Geografi MOJOK.CO

Hanya Kiamat yang Mampu Menghapus Eksistensi Mahasiswa Geografi MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Mahasiswa yang sedang mendalami ilmu geografi harus bersyukur. Mereka sedang dan akan selalu dibutuhkan selama dunia belum kiamat.

Tempo hari dunia maya diramaikan oleh perdebatan antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) versus Greenpeace Indonesia terkait pidato Presiden Joko Widodo pada konferensi internasional perubahan iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia. Perdebatan yang sebetulnya bisa didamaikan mahasiwa Geografi. Kaum terpelajar yang bakal selalu dibutuhkan kecuali kiamat terjadi.

Dalam pidatonya, Pak Jokowi menyampaikan bahwa deforestasi di Indonesia pada tahun 2019-2020 (115,5 ribu ha) adalah yang terendah dalam 20 tahun terakhir. Greenpeace “menyanggah” pernyataan tersebut dan menyampaikan bahwa deforestasi di Indonesia justru meningkat dari sebelumnya, yaitu 2,45 juta ha (2003-2011) menjadi 4,8 juta ha (2011-2019).

Jadi, pernyataan mana yang benar?

Kalau Anda lihat dan amati datanya KLHK tentang tingkat deforestasi di Indonesia tahun 1990-2020, apa yang disampaikan oleh Presiden Jokowi maupun Greenpeace itu dua-duanya benar. Tidak ada yang salah, coba saja ambil kalkulator dan jumlahkan. Tapi kok warganet pada geger? Wah lha YNTKTS.

Padahal pertanyaan yang lebih penting dan seharusnya muncul alih-alih berdebat tentang pernyataan siapa yang benar adalah bagaimana cara memperoleh data tersebut dan bagaimana tingkat akurasinya?

Kalau mau contoh pertanyaan yang lebih detail, dapat dimulai dengan: data geospasial yang digunakan apa saja, tahun perekaman kapan, dan ia mempunyai resolusi spasial berapa? Citra satelitnya sudah terkoreksi atau belum? Teknik interpretasi data geospasialnya bagaimana? Atau bisa juga tanya tentang cara pemilihan sampel dan metode validasi di lapangan seperti apa? Itu baru namanya memulai diskusi, tidak hanya sekadar memancing kiamat kecil berupa keributan.

Memang sih, pertanyaan tersebut tidak bakalan muncul dari sembarang orang. Hanya kaum yang mempelajari ilmu geografi dan ilmu kebumian secara kafah yang akan menanyakan pertanyaan mendetail terkait data geospasial. Pertanyaan-pertanyaan tadi juga tidak akan keluar dari golongan yang berpendapat bahwa belajar geografi itu nggak penting karena sudah ada Google Maps.

Lho, sebentar. Jadi geografi itu nggak sekadar menghafalkan nama ibu kota negara, bencana alam yang kerap dianggap kiamat kecil, dan warna bendera? Terus kok ada data geospasial segala? Itu makanan apa?

Wah ini. Pelanggaran dan perlu diberi kartu kuning.

Gini, geografi itu mempunyai objek kajian yang lebih luas. Ia tidak hanya mempelajari aspek fisik wilayah, lingkungan, maupun keruangan saja, tapi juga mengkaji tentang interaksi manusia dengan lingkungannya. Tidak hanya di Bumi saja, tapi juga di planet lain, seperti Mars dan Venus misalnya.

Mahasiswa yang mendalami ilmu geografi sejak awal sudah dibentuk untuk menjadi manusia yang ora kagetan lan ora gumunan serta selalu diajarkan untuk berpikir mendalam ketika melihat atau menghadapi situasi maupun fenomena tertentu yang terjadi di sekitarnya. Mereka juga sangat paham akan prinsip uniformitarianisme: the present is the key to the past (and the key to the future).

Makanya, mereka adalah orang yang tidak mudah tergoda saat membeli tanah atau rumah. Banyak pertimbangan yang mereka gunakan selain faktor uang, seperti kenampakan fisik lahan, sejarah dan potensi bencana, kandungan airtanah, toponimi, atau jarak dari sungai. Golongan terpelajar yang akan selalu dibutuhkan kecuali terjadi kiamat di Bumi ini.

Mereka adalah golongan yang tidak mudah terkena hoaks di grup WhatsApp keluarga tentang prediksi gempa bumi, gunung meletus, atau tsunami. Mereka sudah sangat tahu bahwa hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi dengan tepat dan akurat tentang kapan dan di mana peristiwa alam tersebut akan terjadi.

Iklan

Mereka juga tahu kalau sebenarnya nggak ada masalah pergi ke pantai selatan Jawa memakai baju hijau selama tidak berada di dekat lokasi arus retas (rip current). Mereka pula yang ketika ditanyai alamat oleh orang akan menjawab dengan membagikan data dan informasi geospasial berupa koordinat XYZ dan tidak hanya sekadar memberikan ancer-ancer: setelah pasar ada pertigaan lalu ke timur mentok, rumah pagar hijau… kesuweeeeen….

Mahasiswa geografi memang sudah sangat akrab dengan yang namanya data geospasial alias data yang berisi lokasi geografis, dimensi atau ukuran, dan/atau karakteristik objek alam maupun buatan manusia yang ada di Bumi dan alam semesta ini. Jape methe lah kalau kata orang Jogja.

Data, termasuk data geospasial, tanpa kita sadari sudah menjadi kekuatan baru, baik saat ini maupun di masa yang akan datang. Definisi negara yang kuat dan maju saat ini tidak lagi hanya didasarkan pada siapa yang mempunyai anggaran militer paling banyak, misalnya. Tetapi negara yang kuat adalah ia yang menguasai data, informasi, dan teknologi geospasial atau aspek keruangan.

Informasi geospasial saat ini telah menjadi ladang bisnis yang besar, seperti kehadiran Google Maps dan Google Earth, serta telah memicu tumbuhnya banyak bisnis baru yang berbasis peta dan daring, seperti Gojek, Grab, Shopee Food.

Presiden Jokowi juga pernah menyampaikan dalam pidatonya di puncak peringatan Hari Informasi Geospasial ke-52 tentang pentingnya pengetahuan Sistem Informasi Geografis, Geospatial Artificial Intelligence, dan Geo-Big Data kaitannya dengan pemetaan sumber daya alam dan kondisi lingkungan yang dimiliki oleh Indonesia. Salah satu contohnya tentu saja terkait pemetaan dan analisis tingkat deforestasi di Indonesia.

Presiden juga mendorong dan menekankan pentingnya kedaulatan data dan informasi geospasial yang lengkap, berkualitas, dan akurat untuk membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih akurat, mudah, cepat, dan efisien melalui gerakan satu peta, satu data, satu Nusantara. Tentu saja untuk mencapai semua itu dibutuhkan sumber daya manusia yang andal dan kompeten dalam bidang ilmu geografi.

Makanya, bersyukurlah kalian wahai para mahasiswa yang sedang, akan, dan sudah menekuni ilmu geografi secara kafah, karena kalian akan menjadi Sang Avatar yang menguasai empat elemen: air, tanah, udara, dan api. Percayalah, selama belum terjadi kiamat di Bumi, dunia masih membutuhkan geograf.

Maka hal itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Wallahu’alam.

BACA JUGA Pentingnya Ilmu Geografi untuk Tentukan Lokasi Rumah Saat Akan Membelinya dan tulisan menarik lainnya di rubrik ESAI.

Terakhir diperbarui pada 18 November 2021 oleh

Tags: deforestasigeografgreenpeaceilmu geografijokowikiamat
Bachtiar W. Mutaqin

Bachtiar W. Mutaqin

Bapak-bapak yang jadi guru Geografi di Bulaksumur.

Artikel Terkait

Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi.MOJOK.CO
Aktual

Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi

7 Maret 2025
3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini MOJOK.CO
Esai

3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini

26 Februari 2025
Afnan Malay: Membedah Hubungan Prabowo-Jokowi Setelah Pemilu dan Janji Program MBG
Video

Afnan Malay: Membedah Hubungan Prabowo-Jokowi Setelah Pemilu dan Janji Program MBG

18 Februari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.