Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Khotbah

Ketika Guru Ngaji Dimintai Tolong Angkut Karung Beras Seperti Kuli

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
30 November 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO –Sebagai guru ngaji di kampung, beberapa murid Gus Mut sudah tersebar di mana-mana. Beberapa di antara murid-muridnya sudah ikut mengajar ngaji juga.

Penampilan Gus Mut memang tidak ada potongan sosok ustaz atau guru ngaji sama sekali secara sekilas. Jika sedang tidak mengajar ngaji, putra Kiai Kholil ini biasanya hanya mengenakan sarung dan kaos singlet layaknya orang sehabis ronda.

Kalau pun sedang berkegiatan dengan warga kampung, celana panjang olahraga dan kaos hadiah toko besi adalah busana favoritnya. Benar-benar seperti potongan seorang kuli bangunan.

Pakaian model kuli itu juga yang dikenakannya usai melakukan kegiatan bersih-bersih masjid bersama warga kampung, Gus Mut masih berleha-leha sebentar. Hari sudah menjelang siang, beberapa warga sudah pulang. Sambil ditemani rokok, sendirian tampak santai menikmati masjid yang sudah bersih.

Sampai kemudian datang seseorang turun dari angkot di depan masjid sambil membawa sekarung beras. Orang yang baru turun dari angkot itu terlihat bukan warga sekitar, dari penampilannya terlihat orang jauh. Begitu mengeluarkan sekarung beras dari dalam angkot, orang ini melihat Gus Mut leyeh-leyeh sambil merokok di depan masjid.

“Mas, Mas,” panggil orang tersebut.

Gus Mut bingung clingak-clinguk, dipikirnya orang tersebut sedang memanggil orang lain.

“Iya, kamu, Mas,” katanya lagi.

“Oh, iya, Pak. Kenapa ya?” tanya Gus Mut benar-benar kebingungan.

“Sini, Mas. Sini,” panggil orang itu.

Meski bingung Gus Mut pun mendekat. Rokok dimatikan.

“Ada apa, Pak?” tanya Gus Mut.

“Ini, saya kan orang jauh. Kalau saya mau minta tolong sampeyan, bisa nggak ya?” tanya orang tersebut. Usianya terlihat sudah cukup sepuh.

“Oh, minta tolong apa ini, Pak?” tanya Gus Mut sopan.

Iklan

“Saya mau minta tolong angkutin karung beras ini. Nanti saya bayar deh sampeyan. Kan sepertinya sampeyan tadi saya perhatikan baru nggak ada kerjaan. Tapi saya tanya betul ini; sampeyan sedang nggak ada kesibukan lain kan?” tanya orang itu.

Gus Mut tentu saja agak terkejut dengan permintaan itu. Tapi karena sadar bahwa orang di hadapannya kelihatannya tidak bakal kuat mengangkut karung beras itu sendiri, Gus Mut pun mengiyakan.

“Iya, Pak. Sini saya bantuin,” kata Gus Mut langsung mengangkat beras itu lalu mengangkut di punggungnya.

“Tenang, Mas. Tidak jauh kok tempatnya,” kata orang tersebut.

Dalam pandangan orang asing ini sosok Gus Mut seperti seorang kuli bangunan yang sedang selesai mengerjakan sesuatu di masjid.

“Tenang aja, Mas. Nanti sampai tujuan, sampeyan langsung saya bayar,” kata orang tersebut.

Gus Mut cuma tersenyum mendengarnya.

“Nggak usah dibayar lah, Pak. Saya kan warga sini, ada tamu di kampung saya ya saya anggap sebagai tamu saya sendiri,” kata Gus Mut sambil berjalan.

Orang asing ini tampak gembira mendapat bantuan dari Gus Mut. Tadinya, si orang asing belum memikirkan bagaimana rencana mengangkut karung tersebut begitu turun dari angkot.

Jika naik becak kok hitungannya terlalu dekat. Apalagi di daerah itu nggak ada abang becak yang mangkal. Kalau mau diangkut sendiri kok tidak kuat. Orang itu merasa bersyukur ketemu orang yang mau membantunya.

“Alhamdulillah, Mas, ada sampeyan. Saya nggak bisa bayangin kalau saya harus nyeret karung ini,” kata orang itu ke Gus Mut.

“Nggak apa-apa, Pak. Santai saja,” kata Gus Mut.

“Memangnya ini beras buat apa, Pak?” tanya Gus Mut lagi sambil berjalanan.

“Oh, ini. Ini tanda terima kasih saya sama seorang guru ngaji di kampung sini. Kebetulan anak saya belajar ngaji sama beliau. Yah, namanya juga bukan orang kaya, Mas. Saya ingin menghadiahi sesuatu sama beliau, tapi karena kalau dalam bentuk uang, nanti jadinya dikit. Saya takut malah kesannya menghina. Jadi ya saya bawa beras saja,” kata orang itu.

Gus Mut cuma manggut-manggut. Rasanya girang bukan kepalang tentu saja. Gus Mut tahu betul bahwa murid-muridnya memang sudah mulai mengajar ngaji di kampung halamannya masing-masing.

Termasuk di kampung tempat Gus Mut mengajar ngaji juga ada satu dua murid Gus Mut yang menetap lalu mengajar ngaji. Hal ini semakin membuat Gus Mut bersemangat. Ternyata ilmunya selama ini benar-benar dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh murid-muridnya.

Meski begitu, melihat rute jalan yang ditunjukkan orang asing itu, Gus Mut merasa ada sesuatu yang aneh.

“Ini kita mau ke rumah siapa sih, Pak? Kalau boleh saya tahu,” tanya Gus Mut.

“Anu, Mas. Saya juga belum pernah tahu rumahnya yang mana. Saya cuma dikasih tahu kisaran rute sama anak saya. Tapi karena saya ingin menyerahkan sendiri hadiah ini ke guru ngaji anak saya, saya nggak ingin anak saya tahu. Biar saya bisa ketemu langsung untuk mengucapkan terima kasih,” kata orang itu.

“Oh, jadi Bapak belum pernah ketemu sama guru ngaji ini?” tanya Gus Mut.

“Benar, Mas,” tanya orang asing ini.

“Namanya siapa ya, Pak? Siapa tahu saya malah bisa antarkan ke guru ngaji ini,” kata Gus Mut.

“Wah, itu juga saya nggak tahu betul nama lengkapnya si guru ngaji ini siapa. Nama panggilannya saya juga tidak tahu. Hanya saja, anak saya suka menyebutnya ‘Gus Mut’ gitu,” kata orang asing tersebut.

Hampir saja Gus Mut mau menjatuhkan karung beras yang sedang diangkutnya karena terkejut luar biasa. Melihat Gus Mut hampir sempoyongan, orang asing itu merasa heran.

“Lho kenapa, Mas? Udah capek ya, Mas? Ya udah, Mas, sini sambil saya bantuin,” kata orang asing itu.

Gus Mut jadi salah tingkah sendiri. Melihat gelagat yang aneh dari Gus Mut, orang asing ini jadi penasaran.

“Jangan-jangan sampeyan ini kenal sama guru ngaji anak saya, Gus Mut itu ya?” tanya orang itu polos.

Gus Mut tercekat semakin bingung. Bingung menjelaskan bagaimana agar si tamu ini tidak merasa bersalah kalau nanti sudah sampai rumahnya.


*) Diinspirasi dari kisah nyata KH. Abdul Karim, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.

 

Terakhir diperbarui pada 29 November 2018 oleh

Tags: guru ngajiGus MutkediriKH. Abdul KarimKiai KholilLirboyomuridngajiPondok Pesantren
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Hal-hal di Luar Nalar yang Dilakukan Gus Yayan untuk LKSA Daarul Muthola'ah dan Keluarga MOJOK.CO
Ragam

Hal-hal di Luar Nalar yang Dilakukan Gus Yayan untuk LKSA Daarul Muthola’ah dan Keluarga

25 November 2025
lksa darussalamah.MOJOK.CO
Ragam

Asrama Kecil di Kudus yang Menumbuhkan Mimpi Besar Anak-Anak

24 November 2025
Al Akrom: pondok pesantren sekaligus LKSA di tengah pedesaan Pati yang menempa anak-anak tak bertuntung jadi tahfiz Al Qur'an melek zaman MOJOK.CO
Ragam

Sebuah Tempat di Tengah Pedesaan Pati yang Menempa Anak-anak Jadi Penghafal Al-Qur’an nan Melek Zaman

24 November 2025
Tayangan Trans7 tentang pesantren memang salah kaprah. Tapi santri juga tetap perlu berbenah MOJOK.CO
Aktual

Trans7 Memang Salah Kaprah, Tapi Polemik Ini Bisa Jadi Momentum Santri untuk “Berbenah”

17 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.