Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Khotbah

Kenapa Enggan Doakan Umat yang Mau Berangkat Haji atau Umrah, Pak?

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
14 Februari 2020
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kiai Kholil belakangan mulai jarang diminta doa untuk melepas jamaah haji atau umrah. Wajar kalau Gus Mut merasa aneh dengan hal itu.

Gus Mut penasaran setengah mati, sudah bertahun-tahun bapaknya, Kiai Kholil, tidak lagi diundang oleh orang yang berangkat haji atau umrah. Dari beberapa cerita tetangga, Gus Mut tahu kalau Kiai Kholil melepas orang haji atau umrah itu justru tidak fokus mendoakan orang yang mau haji.

“Memang bener ya? Bapak suka kayak gitu?” tanya Gus Mut ketika sowan ke kediaman bapaknya.

“Gitu gimana maksudnya, Mut?” tanya Kiai Kholil bingung.

“Ya itu, kalau diundang melepas haji atau umrah, Bapak sering malah nggak doain yang mau berangkat,” kata Gus Mut.

“Wah, ya tergantung, Mut,” kata Kiai Kholil.

“Tergantung gimana, Pak?”

“Ya tergantung orang yang ngundang itu haji ke berapa. Kalau haji pertama ya pasti Bapak doain, tapi kalau yang udah ke sekian kali ya nggak perlu lah. Doain seperlunya aja,” kata Kiai Kholil.

“Memang apa bedanya, Pak?” tanya Gus Mut.

“Ya beda. Kalau haji pertama itu kan wajib, sedangkan haji kedua dan ketiga itu kan udah nggak wajib. Kalau di lingkungannya, tetangga-tetangganya nggak makmur, nggak pada bisa berangkat haji, wah itu kan ya kasihan kalau bapakmu ini malah doain yang bisa berangkat haji,” kata Kiai Kholil.

“Oh, makanya Bapak nggak pernah lagi diundang buat ngisi ngelepas jamaah haji atau umrah ya?” tanya Gus Mut sambil terkekeh.

“Iya, orang-orang yang mau berangkat haji atau umrah itu pada sebel paling sama bapakmu ini,” kata Kiai Kholil ikut terkekeh.

“Kok malah jadi sebel, Pak?” tanya Gus Mut.

“Lah bapakmu ini mendoakan yang haji semoga mabrur, balasannya surga. Yang tidak mampu haji doakan salatnya diterima ya masuk surga. Yang cuma bisa merawat anak, semoga bisa terus ikhlas balasannya surga. Yang miskin juga bisa dapat surga. Yang syukur karena punya tetangga bisa berangkat haji atau umrah, meski dirinya tidak mampu, tapi ikut senang seperti senangnya orang yang bisa berangkat semoga juga dapat surga.”

Iklan

Kiai Kholil melanjutkan.

“Akhirnya yang mau berangkat haji atau umrah itu nggak suka. Perkaranya bapakmu ini jadi nggak fokus muji-muji dia,” kata Kiai Kholil.

Gus Mut tertawa mendengar penjelasan bapaknya.

“Pantesan nggak pada ngundang lagi, Pak. Bapak frontal gitu. Kan malah Bapak jadi jarang doain dan ceramah dong kalau kayak gitu caranya,” kata Gus Mut sambil terkekeh.

“Ya nggak apa-apa, hisabnya bapakmu ini kan jadi ringan. Ketimbang bapakmu ini jadi kayak mubalig. Yang model bilang haji fadhilahnya begini-begini, di multazam nanti bla-bla-bla masya Allah. Di hajar aswad, bilang masya Allah terus-terusan karena biar dikasih uang tambahan dari orang yang ngundang.”

Gus Mut mendengarkan.

“Tapi mubalig model begini nggak mikir kalau di belakang, ada tetangga yang nangis sesunggukan. Sedih. Merasa iri. Karena nggak punya duit untuk berangkat haji atau umrah. Membuat sedih mukmin yang miskin itu juga dosa lho, Mut. Hati-hati itu,” kata Kiai Kholil.

Gus Mut manggut-manggut.

“Lagian, berangkat haji itu bukan syarat seorang mukmin masuk surga juga sih ya, Pak. Masih ada amalan lain kalau memang tidak mampu berangkat,” kata Gus Mut mendukung cara berpikir bapaknya.

“Makanya itu. Haji dan umrah itu kan satu-satunya ibadah yang punya ikatan geografis. Harus datang secara fisik. Nggak kayak salat, puasa, zakat yang bisa dilakukan di manapun. Haji atau umrah itu punya konsekuensi yang nggak main-main.”

Kiai Kholil lalu melanjutkan.

“Dulu, sebelum zaman pesawat terbang dan kapal laut, orang berangkat haji itu udah kayak mau berangkat ke medan perang. Karena perjalanannya jauh dan berbahaya. Kadang bisa balik, kadang mati di jalan, kadang mati di Mekah, kadang mati waktu balik ke kampung halaman. Macem-macem.”

“Makanya orang haji itu secara sosial punya pengakuan yang cukup tinggi. Soalnya kayak orang baru balik dari perang. Veteran gitu. Sayangnya, karena status yang tinggi itu, haji dan umrah malah bisa buat gaya-gayaan segala. Apalagi yang mampu berkali-kali,” kata Kiai Kholil.

“Tapi kalau memang mampu kan ya nggak apa-apa to, Pak. Ibadah juga kok. Ketimbang malah buat maksiat itu duitnya,” kata Gus Mut.

“Ya jangan dibandingkan dengan maksiat. Maksudnya ya kalau mau haji ke berapa gitu, ajak lah saudara, atau tetangga. Biar mereka juga punya kesempatan haji juga. Kayak jalan ke surga itu cuma lewat haji atau umrah aja kesannya.”

“Padahal ngerawat anak biar jadi anak saleh itu juga baik, salat jamaah terus ke masjid itu juga baik, ngerawat banyak anak yatim juga baik, amalan-amalan sepele tapi istikamah itu juga bisa sama baiknya ketimbang ngejar haji atau umrah berkali-kali,” kata Kiai Kholil mengakhiri percakapan.


*) Diolah dari penjelasan Gus Baha’

BACA JUGA Pedoman Menabung Bagi Milenial Yang Pengin Haji atau tulisan rubrik KHOTBAH lainnya.

Terakhir diperbarui pada 14 Februari 2020 oleh

Tags: Gus Baha'Hajiumrah
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Sisi gelap kurban (Idul Adha) di desa. Orang miskin nelangsa, tapi orang kaya pesta daging MOJOK.CO
Ragam

Ironi Kurban di Desa: Saling Jegal demi Raup Keuntungan, Orang Miskin Tak Kebagian Daging sementara Orang Mampu Berpesta

6 Juni 2025
Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika UMRAH. MOJOK.CO
Kampus

Rela Kuliah di Kampus Kurang Terkenal, meski Usai Lulus Belum Jadi “Apa-apa” Setidaknya Bisa Bikin Bangga Ayah yang Telah Tiada

26 Mei 2025
Gus Baha dan Pemikiran Cerdasnya tentang Esensi Beragama | Semenjana Eps. 11
Video

Gus Baha dan Pemikiran Cerdasnya tentang Esensi Beragama | Semenjana Eps. 12

28 April 2025
Metode Santri Nalar Gus Baha di LP3IA MOJOK.CO
Sosok

Metode Santri Nalar di LP3IA Rembang, Cara “Tak Umum” Gus Baha Mendidik Santrinya

14 April 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
ILUNI UI gelar konser untuk bencana Sumatra. MOJOK.CO

ILUNI UI Gelar Penggalangan Dana untuk Sumatra lewat 100 Musisi Heal Sumatra Charity Concert

6 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.