Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Kerudung di Negeri Ini dan Tafsir yang Dilekatkan Pada Kami

Kalis Mardiasih oleh Kalis Mardiasih
20 Agustus 2018
A A
Generasi Milenial yang Sensitif Terhadap Pertanyaan "Kapan Nikah?"

Generasi Milenial yang Sensitif Terhadap Pertanyaan "Kapan Nikah?"

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Agama tak pernah mengekang kami. Kerudung di negeri ini bebas bergerak ke sana kemari seperti Tari Ratoh Jaroe dari Aceh pada Pembukaan Asian Games 2018 lalu. Yang mengekang cuma tafsir-tafsirnya saja.

Ketika lulus SD, saya meminta pendapat kepada Bapak perihal pilihan seragam ketika mengisi formulir pendaftaran masuk SMP. Bapak menyarankan agar saya berjilbab. Ketika saya bertanya kenapa, Bapak menjawab, “Biar lebih kalem. Biar jadi perempuan.”

Kenyataannya, saya tidak pernah merasa lebih kalem. Suara saya sudah setelannya keras, cempreng, gaya saya tetap pencilakan, dan saya jarang pulang ke rumah karena sering berkegiatan di banyak ekstrakurikuler sekolah.

Bertahun-tahun berstatus sebagai perempuan berjilbab, saya cukup kaget ketika berjumpa dengan teman dalam sebuah acara reuni. Kala itu, saya bicara dengan suara cukup keras dan tertawa lepas di forum. Tiba-tiba, ia menegur saya secara langsung, “Kalis, perempuan kok suaranya keras betul.” Teman saya itu bekerja di sebuah lembaga penghimpun dana umat. Dengar-dengar sih, di lingkungan tempatnya bekerja, ia cukup dihormati dan dipanggil ustaz, apalagi sekarang penampilannya memang lekat dengan aksesoris “nge”-ustaz.

Protes soal volume suara itu membawa ingatan kembali kepada harapan Bapak belasan tahun lalu agar saya jadi perempuan kalem lewat selembar jilbab. Kain panjang yang membalut tubuh perempuan ini, mau tak mau memang bukan hanya soal aturan yang mengikat yang fisik, lebih jauh lagi, ia juga mengontrol identitas gender perempuan.

Jika jilbab adalah konsekuensi penghambaan muslimah, maka di dalam sebuah ruang budaya pada tempat ayat perintah itu turun, muslimah yang memakai jilbab mendapat konsekuensi tambahan mulai dari suara dan gerak-gerik tubuh, dan tentu saja aktivitas yang ia perbuat. Jika suara saja tak boleh keras, perempuan lalu percaya bahwa tafsir agama tak mengijinkan ia menjadi pemimpin, yang nilainya setara dengan tafsir perempuan tak boleh menentukan keputusannya sendiri.

Jika perempuan telah berpasangan, ia akan disambut dengan ayat kepatuhan kepada suami, yang kadang-kadang setara dengan mengikuti apa saja keputusan suami. Seorang teman perempuan saya yang muslimah taat mengikuti tafsir ini. Saya senang, sebab menurutnya, itulah definisi kemuliaan.

Sampai saat ketika akun facebooknya hobi membagikan konten-konten provokatif dan ujaran kebencian secara kelewatan, saya yakin, ia tak mungkin melakukan aktivitas semacam itu. Mungkin karena sudah amat tertekan, ia akhirnya bercerita bahwa suaminya sering memakai akun facebook miliknya dipicu oleh ambisi politik golongan yang sudah amat berlebihan.

Akun suaminya telah sering diadukan warganet akibat aktivitas provokatif itu. Namun bukannya istirahat, akun istri yang kini justru jadi korban. Padahal, teman saya selayaknya banyak hijabers lain yang hobi berdagang online, perilaku tak menyenangkan dari akunnya tentu saja membuat banyak pelanggan tak nyaman.

Peristiwa bom Surabaya beberapa waktu lalu tentu masih lekat dalam ingatan. Seorang Ibu yang menginginkan janji berkumpul kembali dengan pasangan di surga setelah mati, patuh begitu saja dengan ajakan suami untuk menjadi ekstremis, kedua orang tua ini bahkan memanipulasi kesadaran dua anak balita mereka untuk ikut menjadi pembunuh lalu mati konyol bersama.

Upacara pembukaan Asian Games 2018 meriah dengan penampilan 1.600 penari dari 18 SMA se-DKI Jakarta. Dengan koreografer dan kostum oleh Deni Malik, Tari Ratoh Jaroe dari Provinsi Aceh yang semarak menandakan semangat dan gairah yang ingin dibawa dalam perhelatan akbar Asian Games 2018.

Banyak mata terpukau sebab menyadari betapa indah budaya Indonesia dan alangkah sayang jika keindahan ini kelak tak terlihat lagi. Saya menangkap hal lain yang tiba-tiba menghadirkan keharuan lirih. Seluruh penonton di Indonesia merinding melihat ribuan perempuan bergelombang. Betapa menyenangkan ketika perempuan tidak hanya dianggap sekadar aurat, sekadar bising, atau sekadar sisi emosional, melainkan sebagai subjek yang menguasai momentum.

Simbol-simbol yang tersaji dari pementasan tari Ratoh Jaroe adalah berita sejarah perihal perempuan muslimah di negeri yang berkerudung tetapi bebas menari. Kerudung di negeri ini memerdekakan pikiran, gerak badan, tangan, dan suara. Kerudung di negeri ini bertenaga. Kerudung di negeri ini adalah keindahan dan kasih sayang, bukan anak-anak perempuan dalam berita yang berkarnaval mengangkat senjata.

Kerudung di negeri ini penuh gradasi-gradasi warna yang amat elok. Para penari dengan mahkota warna emas yang semula mengenakan kostum warna keabuan, dengan ringkas dan mengejutkan berganti rupa mengenakan kostum warna jingga, lalu warna ungu dan warna-warna ceria lainnya.

Iklan

Kerudung di negeri ini menyambut tangan lain untuk bekerja sama. Gerakannya cekatan menghentak dan bertepuk tangan penuh semangat. Kerudung di negeri ini menguatkan suara lain memekik ke udara. Perempuan di negeri ini pasti gelisah mendengar kabar perempuan lainnya menjadi korban kekerasan domestik, penggusuran lahan, sampai diskriminasi di tanah migran.

Kerudung negeri ini menangkap harmoni instrumen, nada, dan irama yang serupa isyarat masyarakat sekitarnya. Kerudung di negeri ini menyapa langsung kepada Allah dan memberi salam kepada Rasulullah dari Darussalam, tanah keselamatan, tanpa diwakilkan. Ia akan menggugat ustaz-ustaz masa kini yang merasa lebih memiliki otoritas tentang nasib surga perempuan melebihi perempuan muslimah dengan pengalamannya sendiri.

Kerudung di negeri ini setara di hadapan pencipta, punya suara yang sama kerasnya. Kerudung di negeri ini duduk tegap di panggung. Kerudung di negeri ini mencuri perhatian, bukan sebagai aurat dan aib tetapi laku yang menghasilkan kehidupan. Seperti Siti Hajar yang berlari-lari menggendong Ismail hingga menemukan sumber air suci dan seperti perawan Maria yang menjadi rahim bagi generasi penuh kasih sayang.

Kerudung di negeri ini menengok ke kanan dan ke kiri, maju dan mundur seirama panggilan hati.

Ini tradisi kerudung negeri ini… warisan budaya yang merupakan bukti nyata kekayaan bangsa sejak berabad-abad lampau. Selembar kain yang membalut tubuh perempuan tak membuatnya berhenti menyatu dalam gerak, sehingga jangan coba-coba gunakan kerudung negeriku ini sebagai alasan untuk membekukan apa saja dari tubuh dan jiwa kami apalagi semata memenangkan tafsir yang kau percayai.

Terakhir diperbarui pada 20 Agustus 2018 oleh

Tags: Acehasian gamesbom surabayaDarussalamDeni MalikJilbabkerudungpembukaan asian gamesrasulullahSiti Hajartari ratoh jaroeustaz
Kalis Mardiasih

Kalis Mardiasih

Artikel Terkait

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO
Esai

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO
Aktual

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.