Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kepala Suku

Ibu Saya dan Durian

Puthut EA oleh Puthut EA
4 Oktober 2018
A A
KEPALA SUKU-MOJOK

KEPALA SUKU-MOJOK

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Hubungan saya dengan Ibu sebagaimana kebanyakan hubungan anak laki-laki pada umumnya dengan ibu mereka. Tidak ada yang lebih memahami seorang anak laki-laki dibanding ibunya.

Saya tidak termasuk anak yang berbakti terhadap Ibu. Tapi kalau Ibu sedang sakit, saya tidak bisa berpikir. Perhatian Ibu kepada saya juga lazimnya para ibu yang lain. Sudah makan, disuruh makan lagi. Kalau perlu, nasi dan lauk ditambahkan begitu saja ke piring walaupun belum habis. Mau protes, khawatir melukai hatinya. Mau diteruskan makan, perut sudah kenyang.

Di depan Ibu, diet tak ada gunanya. Di depan sosok ibu, tak ada bedanya anak laki-laki berusia 4 tahun, 14 tahun, maupun 41 tahun. Umur menua hanya hitungan waktu. Di mata seorang ibu, anak laki-laki adalah anak laki-laki. Titik.

Kata beberapa teman saya, hal yang serupa terjadi pada anak perempuan dengan bapaknya. Karena saya bukan perempuan, saya tak tahu persis. Tapi saya percaya mungkin begitu adanya.

Setelah saya punya anak, perhatian Ibu saya mulai beralih ke cucunya. Apalagi cucu laki-laki. Cucu pertama lagi. Tapi bukan berarti perhatian ke saya menipis.

Tapi ada satu hal yang membuat Ibu tak begitu perhatian dengan saya atau siapa saja, jika itu menyangkut buah satu ini: durian.

Ibu sangat menyukai durian. Sejak kecil saya tahu itu. Sebab hanya di soal durian, Ibu agak “perhitungan”. Almarhum Nenek dan Kakek pernah punya kebun durian. Sebagai pembenaran atas kesukaannya pada durian, dulu Ibu pernah bercerita kalau waktu kecil dia kejatuhan durian tepat di kepalanya. Konon, orang yang pernah kejatuhan durian, akan jatuh cinta pada durian.

Demikian juga ibu saya. Kalau dia mencium aroma durian dan tidak makan buah itu, dia langsung sakit. Minimal sakit kepala. Ini betul-betul terjadi.

Ketika saya sudah punya uang, saya selalu berusaha membelikannya durian. Kalau dia berkunjung ke Jogja, saya selalu mengajaknya ke supermarket membeli durian yang sudah dikupas. Ibu lalu akan menyimpannya, dan dimakannya sendiri. Kalaupun dibagi dengan Bapak, cuma sedikit. Kalau saya mau mencicipi, juga cuma dikasih sedikit.

Di Jogja, makin banyak orang jualan durian. Terutama durian Medan. Macam durian Ucok yang terkenal itu.

Maka ketika Ibu dolan ke Jogja, saya bisa makin menyenangkan hatinya. Saya gilir satu per satu membeli satu boks dari beberapa depot durian untuk mencicip.

Ibu memakan dengan antusias. Saya suka juga durian, tapi tak berani makan banyak. Hal itu rupanya makin menyenangkan hati Ibu. Khusus durian, tak ada yang dia paksa makan. Tidak juga istri saya, menantu kesayangannya. Tidak juga anak saya, cucu kesayangannya.

Dari situ saya tahu, kasih sayang tak pernah total. Akan tetapi, justru di situlah letak manusiawinya.

Suatu malam, saya kelaparan. Lalu membuka kulkas. Mengeluarkan durian Ibu. Saya makan pelan. Ibu yang sudah tidur ngeloni cucunya, bangun. Dia melihat saya yang sedang menikmati durian. Lalu berkata pelan, “Aja mbok entekna, wong tak uwet-uwet…” (Jangan kamu habiskan, sengaja saya makan sedikit demi sedikit biar awet).

Iklan

“Jangan khawatir, Bu. Besok beli lagi.”

Ibu tertawa kecil. Dari cara dia tertawa, pendar kesukaannya pada durian memancar kuat. Tapi saya juga senang, karena jalan membuat Ibu gembira tak terlalu mahal harganya.

Bagaimana dengan kabar ibu kalian? Apa yang paling dia sukai, yang mirip ibu saya dalam hal menyukai durian?

Terakhir diperbarui pada 4 Oktober 2018 oleh

Tags: anak laki-lakicucudurianibuJogjakesayanganmenantumertuaperempuanperhatian
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja yang Tak Banyak Orang Tahu MOJOK.CO
Esai

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

24 Desember 2025
Jogja Macet Dosa Pemerintah, tapi Mari Salahkan Wisatawan Saja MOJOK.CO
Esai

Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

23 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO
Liputan

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025
Benarkah Keturunan Keraton Jogja Sakti dan Bisa Terbang? MOJOK.CO
Esai

Benarkah Keturunan Keraton Jogja Sakti dan Bisa Terbang?

18 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Safari Christmas Joy jadi program spesial Solo Safari di masa liburan Natal dan Tahun Baru (libur Nataru) MOJOK.CO

Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

20 Desember 2025
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wali Kota Agustina Wilujeng ajak anak muda mengenal sejarah Kota Semarang lewat kartu pos MOJOK.CO

Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang

20 Desember 2025
Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan MOJOK

Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

21 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.