Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kepala Suku

Hal Pertama yang Ingin Dilakukan setelah Indonesia Bebas Corona

Puthut EA oleh Puthut EA
6 April 2020
A A
es teh es kopi reshuffle kabinet gibran rakabuming adian napitupulu erick thohir keluar dari pekerjaan utusan corona orang baik orang jahat pangan rencana pilpres 2024 kabinet kenangan sedih pelatihan prakerja bosan kebosanan belanja rindu jalan kaliurang keluar rumah mudik pekerjaan jokowi pandemi virus corona nomor satu media kompetisi Komentar Kepala Suku mojok puthut ea membaca kepribadian mojok.co kepala suku bapak kerupuk geopolitik filsafat telor investasi sukses meringankan stres
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Sejak beberapa hari lalu, banyak berseliweran pertanyaan di media sosial tentang apa yang ingin dilakukan orang jika pandemi corona ini berakhir di Indonesia.

Jawabannya bermacam-macam. Ada yang ingin memeluk teman-temannya, ada yang ingin kumpul makan-makan, ada yang ingin bersujud di kaki ibunya, ada yang ingin pergi ke mal, dan banyak lagi yang lain. Pertanyaan seperti ini selalu mengundang banyak respons. Menunjukkan bahwa banyak orang sudah bosan di rumah sekaligus berharap corona segera enyah.

Saya termasuk orang yang tidak berani menjawab pertanyaan ini, walaupun merasakan hal serupa yang dirasakan oleh banyak orang. Pertama, saya tidak terlalu mau memberi iming-iming yang berlebihan pada diri sendiri. Hal itu bisa membuat saya dalam kondisi makin tidak sabar agar masalah ini cepat berlalu. Padahal dari sekian artikel yang saya baca untuk kondisi di Indonesia, nyaris tidak ada yang bisa memberi jaminan pasti. Ada yang bilang 6 bulan lagi, ada yang bilang satu tahun lagi. Mau 6 bulan atau satu tahun, itu waktu yang nisbi lama untuk psikis yang sudah tidak cukup sehat ini.

Kedua, berlalunya pandemi bukan berarti masalah kita tuntas. Ada banyak hal secara sosial dan ekonomi yang segera harus diperbaiki dan dipulihkan. Sebagai orang yang memimpin sebuah lembaga dan punya beberapa bisnis kecil-kecilan, tentu saya lebih realistis dalam memandang hal ini. Dampak pandemi corona ini terjadi di hampir seluruh dunia. Semua negara mencoba menangani persoalan ini. Itu artinya, implikasi ekonomi yang terjadi tentu berskala dunia. Dengan begitu, secara logika, penanganan pemulihannya tidak mudah. Pasti butuh waktu. Bagi usaha kecil, tentu makin butuh waktu lagi.

Ketiga, sekalipun ini masih dalam tahap berita, belum informasi yang akurat, konon sudah muncul lagi pandemi corona gelombang kedua. Saya jujur saja tidak mau memikirkan hal ini walaupun media yang mengabarkan sangat bisa dipertanggungjawabkan. Masalahnya adalah kalau hal ini saya pikir, daya tahan psikis saya tak mampu menyangganya. Saya pada akhirnya akan melakukan sebagaimana strategi sebagian besar orang: dihadapi satu per satu. Corona dihadapi. Selesai. Dampak sosial dan ekonomi dihadapi lagi. Selesai. Jika muncul gelombang corona kedua, ya dihadapi lagi. Mau bagaimana lagi? Kalau corona bisa dihindari, kita sejak dua bulan lalu pasti mencoba menghindarinya, bukan?

Jadi saya tidak sanggup menjawab pertanyaan sederhana yang viral itu, walau mungkin bisa membuat kita sejenak melepas lelah dari keadaan melawan corona yang rasanya nggak segera selasai.

Pagi ini saya mencoba untuk berani memikirkan pertanyaan itu. Apa yang kira-kira akan saya lakukan jika pandemi corona ini berakhir? Dan ternyata, saya butuh waktu panjang untuk menjawabnya. Pertanda, pertanyaan yang sepintas tampak sederhana ini, ternyata jawabannya tidak mudah bagi saya.

Jujur saja, saya rindu pantai. Saya bisa saja memilih pergi ke Bali, yang tentu saja masih sepi karena pasti sektor pariwisata bakal lambat pulihnya. Orang liburan butuh uang. Atau saya ke Pulau Haruku, menginap di Rumah Kewang milik Om Elly, yang letaknya persis di bibir pantai. Makan ikan sepuasnya. Memancing. Dan di sela-sela itu menulis sambil tetap mengerjakan pekerjaan kantor. Tapi kalau ke Bali, pasti anak-istri maunya ikut. Mereka bisa ngambek kalau tidak saya ajak. Padahal saya ingin sendirian. Tidak diganggu siapa pun. Sementara saya tahu, anak saya yang sebentar lagi ulang tahun ke-8, pasti memilih sekolah, bukan karena dia suka sekolah melainkan karena rindu teman-teman dan guru-gurunya.

Kalau saya pergi ke Haruku, pasti lama. Saya tidak bisa sebentar di sana. Sementara saya tahu persis, teman-teman di kantor sedang dalam proses transisi yang membutuhkan kehadiran saya. Dan bisnis kecil saya pun tidak mungkin ditinggalkan dalam situasi seperti itu, karena begitu corona pergi, pastilah teman-teman ingin segera bangkit lagi menggerakkan bisnis sekuat tenaga agar karyawan tetap gajian.

Ternyata tidak mudah bahkan untuk sekadar menjawab pertanyaan sederhana itu, karena imbas pandemi corona ini terlalu kompleks. Saya berhak melakukan apa yang saya sukai, tapi di sisi lain, saya seorang pemimpin, baik pemimpin lembaga maupun pemimpin rumah tangga. Seorang pemimpin tidak mungkin merasa nyaman bersenang-senang dalam situasi di mana orang-orang di sekitarnya tidak sedang bisa melakukan hal itu.

Akhirnya toh setelah saya berusaha menjawab pertanyaan itu, tetap saja gagal memberikan jawaban seusai dengan keinginan saya. Kalau saya teruskan mencoba menjawabnya, ternyata saya makin capek.

Makin capek lagi, ketika ingat kalau pandemi corona ini tak pernah benar-benar saya ketahui, akan berakhir seperti apa dan dengan cara bagaimana.

BACA JUGA Ketika Corona Memberi Jeda dan esai Puthut EA lainnya di KEPALA SUKU.

Terakhir diperbarui pada 6 April 2020 oleh

Tags: wabah corona
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

luhut ppkm level 3 mojok.co
Kilas

Luhut Panjaitan Ditunjuk untuk Mengawal Penanganan Pandemi di Provinsi-provinsi Rawan Corona

15 September 2020
Tugas Airlangga Hartarto Memang Mengkritik Anies Baswedan dan Menolak PSBB psbb mojok.co
Esai

Tugas Airlangga Hartarto Memang Mengkritik Anies Baswedan dan Menolak PSBB

12 September 2020
es teh es kopi reshuffle kabinet gibran rakabuming adian napitupulu erick thohir keluar dari pekerjaan utusan corona orang baik orang jahat pangan rencana pilpres 2024 kabinet kenangan sedih pelatihan prakerja bosan kebosanan belanja rindu jalan kaliurang keluar rumah mudik pekerjaan jokowi pandemi virus corona nomor satu media kompetisi Komentar Kepala Suku mojok puthut ea membaca kepribadian mojok.co kepala suku bapak kerupuk geopolitik filsafat telor investasi sukses meringankan stres
Kepala Suku

Mungkin Sekarang Saatnya Jokowi Melakukan Reshuffle Kabinet

6 Agustus 2020
jacinda ardern selandia baru melawan wabah corona keberhasilan resep tips langkah mojok.co
Pojokan

4 Hal Penentu Keberhasilan (Sementara) Selandia Baru Melawan Virus Corona

1 Juni 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.