Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kepala Suku

Berebut Punya Urusan yang Panjang dengan Tuhan

Puthut EA oleh Puthut EA
29 Agustus 2018
A A
KEPALA SUKU-MOJOK

KEPALA SUKU-MOJOK

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Semua orang akan dituntut pertanggungjawabannya di hadapan Tuhan. Berat, namun tetap banyak orang di luar sana yang ingin punya urusan panjang dengan Tuhan.

Saya dekat sekali dengan ibu dan bapak saya. Banyak cara pandang dalam hidup ini yang dipengaruhi oleh mereka berdua.

Bapak, sejak saya kecil, mendidik saya untuk tidak salah mikir. Kelak, ajaran ini sangat berguna dalam hidup saya. Sampai sekarang.

Misal, seorang manusia itu tidak tahu apakah akan masuk surga atau neraka. Karena belum tahu, maka dia salah mikir kalau sampai memikirkan orang lain bakal masuk neraka. Kalau itu dipraktikkan dan ditanamkan sejak kecil, yang ada adalah upaya memperbaiki diri, bukan memikirkan nasib orang, apalagi nyukurin agar orang lain masuk neraka.

Contoh lain, kalau orang punya sepeda motor atau mobil, kita tidak boleh mikir kenapa mereka punya, dari mana uangnya, dan lain sebagainya. Kalau kita ingin punya sepeda motor atau mobil, pikirkan cara untuk mendapatkannya. Tentu dengan cara yang baik.

Cara berpikir seperti itu, ditanamkan betul oleh Bapak. Saya ingat persis waktu remaja, Bapak bilang, “Ini kelihatannya sederhana, Thut. Tapi kalau kamu sampai salah mikir, hidup ini bakal berat.”

Kita boleh mikir orang lain kalau konteksnya dalam menolong. Ada orang tidak bisa makan, maka harus dipikirkan. Tidak punya pekerjaan, harus dipikirkan. Sedang sakit, wajib ditolong. Kalau ada orang sedang sedih, wajib dihibur.

Bapak saya ini boleh dibilang pejabat kecil-kecilan. Sebelum pensiun, dia kepala guru kecamatan. Jadi dia membawahkan puluhan sekolah dan ratusan guru. Ketika Bapak pensiun, saya tidak melihat sedikit pun mental post power syndrome. Kalau waktu ibu saya pensiun (ibu saya juga pejabat kecil-kecilan sebagai penilik TK/SD tingkat kecamatan), saya masih melihat dia mengalami itu. Walaupun tidak lama. Mungkin setahunan.

Bapak saya mau pensiun malah terlihat bahagia. Dia bilang, pensiun itu enak. Pertama, karena dia sudah merasa cukup mengabdi pada negara dan masyarakat. Kedua, harus ada sirkulasi kepemimpinan. Dan yang ketiga ini yang menarik, dia punya makin banyak waktu untuk memperdalam agama, beribadah, dan aktif di masjid.

Bapak saya juga mengajarkan saya untuk hormat pada pemimpin. Beban pemimpin itu berat. Bapak saya selalu terlihat sedih kalau ngomong, “Panjang urusan saya nanti sama Gusti Allah, Thut. Karena saya pernah jadi pemimpin dari mulai enam sampai ratusan orang. Semua akan di-hisab. Dihitung. Dimintai pertanggungjawaban.”

Jadi kalau misalnya saya mengkritik pemimpin, baik bupati, gubernur, sampai menteri atau presiden, ya saya kritik seperlunya. Karena masyarakat sipil itu bukan hanya punya hak mengkritik, bahkan punya kewajiban mengkritik. Tapi kritik itu ya seperlunya saja. Secukupnya. Sesuai kadar kepentingannya. Sebab di kepala saya, perhitungan mereka itu kepada Tuhan berat sekali. Presiden Indonesia akan di-hisab pertanggunjawabannya atas 240 juta orang. Apa nggak ngeri itu…

Saya ini juga punya anak buah atau lebih enak bagi bagi saya, disebut rekan kerja. Jumlahnya tidak banyak, hanya 50an orang saja. Tapi itu sudah membuat saya ngeri kalau nanti harus tiba saatnya saya pertanggungjawabkan di depan Tuhan.

Saya kayaknya bingung juga kalau nanti ditanya, “Thut, kamu dulu memimpin Agus Mulyadi. Bagaimana tanggungjawabmu?” Pasti ruwet itu nanti. Apalagi kalau Tuhan tanya soal Nody. Tambah ruwet.

Jauh di dalam hati saya, sebetulnya mirip dengan Bapak. Bapak saya paling susah mengerti bagaimana bisa orang berebut jadi kepala desa, bupati, anggota dewan, sampai presiden. “Orang kok berebut punya urusan yang panjang dengan Gusti Allah…”

Terakhir diperbarui pada 29 Agustus 2018 oleh

Tags: Agus Mulyadiberbuat baikHisabkepala sukuKepala Suku MojokMasjidmenolongpensiunPuthut EASDTuhan
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Menemukan kedamaian batin dari rebahan karpet masjid MOJOK.CO
Catatan

Rebahan di Karpet Masjid: Sepele tapi Beri Kedamaian Batin dari Dunia yang Penuh Standar, Tuntutan, dan Mengasingkan

12 November 2025
Kenangan mahasiswa di Jogja dengan pensiun dokter. MOJOK.CO
Sosok

Kebaikan Seorang Pensiunan Dokter yang Dikenang Mahasiswa Jogja, Berikan Tempat Inap Gratis hingga Dianggap Seperti Keluarga

25 Oktober 2025
Bukan Cuma Masjid, Jogokariyan Jogja Ternyata Punya ATM Beras & Wakaf Produktif
Video

Bukan Cuma Masjid, Jogokariyan Jogja Ternyata Punya ATM Beras dan Wakaf Produktif

19 April 2025
Menjadi penulis jika ingin sejahtera maka jangan hanya fokus menulis MOJOK.CO
Ragam

Panduan untuk Calon Penulis agar Hidup Sejahtera, Karena Tak Cukup kalau Andalkan Royalti Saja

19 Januari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.