MOJOK.CO – Sejatinya, fenomena anak orang penting yang ugal-ugalan dan jahat seperti Mario Dandy bukanlah hal baru di Indonesia.
Akar sejarah dari kejahatan Mario Dandy, tak lain dan tak bukan. adalah tatanan masyarakat feodal kita. Cirinya terlihat dengan jelas, yaitu mengagung-agungkan jabatan atau pangkat.
Jauh sebelum Mario Dandy berulah, Indonesia punya Tommy Soeharto. Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto adalah ikon anak pejabat tengil terbesar sepanjang sejarah Indonesia kontemporer. Sempat berkarier sebagai pembalap mobil, Tommy justru berakhir jadi dalang pembunuhan hakim agung Syafiuddin Kartasasmita.
Alasanya, karena sang hakim menjatuhkan hukuman penjara terhadap Tommy atas tindak pidana korupsi. Tommy, yang menolak dipenjara dan bersembunyi, mencoba menyuap Pak Kartasasmita. Namun, karena suapnya tidak diterima, Tommy lantas menyewa pembunuh bayaran untuk menembak sang hakim.
Waktu berlalu. Tommy hanya dihukum empat tahun penjara, bahkan setelah melakukan pembunuhan berencana. Ingatan kolektif masyarakat kita mungkin pendek. Tapi siapa saja setuju, tidak ada orang yang berani cari gara-gara dengan anak orang nomor satu di Indonesia ini, terlebih sebelum era reformasi. Contoh yang membuat Mario Dandy bisa seenaknya “cari-cari perkara” dengan orang lain karena merasa berkuasa.
Bahkan sampai sekarang, kira-kira siapa yang mau cari masalah sama Tommy Soeharto? Adam Schwarz, dalam bukunya yang berjudul A Nation in Waiting: Indonesia’s Search for Stability, bahkan menggambarkan Tommy sebagai anak Pak Harto yang paling “Kasar, agresif, angkuh, dan juga anak paling berbahaya bagi bapaknya. Tommy adalah anak yang paling berani menggunakan nama bapaknya untuk mendapatkan apa saja yang diinginkannya.”
Kejahatan Mario Dandy bukan hal baru
Video penganiayaan Mario Dandy terhadap David Ozora bikin publik geleng-geleng kepala. Sebelum menganiaya, Mario Dandy terlebih dulu memberikan hukuman kepada David untuk melakukan push up dan sikap tobat. Sungguh sangat entitled sekali.
Tetapi sekali lagi, ini bukan hal baru di Indonesia. Melalui karya-karyanya, Pramoedya Ananta Toer banyak menyoroti ketengilan anak-anak orang penting ini. Di novelnya Jejak Langkah, Minke, si tokoh utama, harus berhadapan dengan senior tukang bully di sekolah kedokteran STOVIA.
Minke, yang walaupun juga merupakan anak seorang priyayi, begitu syok mendapati kenyataan bahwa para putra priyayi yang belajar di STOVIA, justru banyak melakukan perbuatan nista. Salah satunya adalah melakukan perundungan di luar batas terhadap dirinya. Sungguh hal yang tidak pantas dilakukan oleh kaum priyayi sekaligus intelektual. Bahkan mereka pun tidak terima ketika Minke mencoba mengingatkan hal ini kepada mereka.
Baca halaman selanjutnya….