Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Jahatkah Kaum Berjenggot, Bercelana Cingkrang, dan Berjidat Hitam?

Puthut EA oleh Puthut EA
23 Agustus 2017
A A
170823 ESAI kaum BERJENGGOT DAN CADAR

170823 ESAI kaum BERJENGGOT DAN CADAR

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Di dekat kantor Mojok ada perkampungan apa yang sering disebut sebagai kaum cingkrang dan bercadar. Kru Mojok terbiasa berinteraksi dengan mereka.

Setiap sore, anak-anak perempuan kecil berjilbab panjang dan kadang bercadar sering mengetuk pintu kantor kami. Mereka menawarkan penganan. Kami sering membeli, dan jika kami sedang punya penganan, kami juga berbagi kepada mereka. Bahasa mereka santun. Tahu adab. Sebagai anak-anak, mereka juga terlihat riang.

Saat bulan puasa kemarin, anak-anak yang biasanya berjualan di sore hari (bakda Asar), beralih di pagi hari sekira jam 9. Itu artinya mereka menjual penganan dengan asumsi untuk mereka yang tidak berpuasa.

Belakangan ini, kita sering melihat berbagai agenda untuk menangkal ekstremisme agama, atau apa pun namanya. Saya tentu saja setuju.

Tapi saya selalu merasa keberatan jika hal itu selalu diarahkan kepada kaum berjenggot dan bercadar. Bagi saya, setiap orang berhak mengekspresikan dirinya. Termasuk pandangan hidup dan keagamaan yang dianutnya. Mereka saya hargai sebagaimana saya tetap menghargai perempuan bersanggul dan berkebaya, laki-laki berpeci dan berblangkon.

Saya tidak pernah menemukan relasi antara celana cingkrang, jidat hitam dan jenggotan, dengan tindak kekerasan beragama. Sebab yang sering saya lihat melakukan berbagai pembubaran acara, penutupan warung makan dan tempat hiburan, juga foto-foto pelaku pemboman justru banyak yang tidak memiliki ciri seperti itu.

Saya tidak pernah bisa mengerti kalau ada orang yang merasa membela demokrasi dan kebebasan berekspresi, tapi sekaligus suka menghina orang bercadar, bercelana cingkrang, jenggotan, dan berjidat hitam.

Ketika saya mengutarakan pendapat di atas, banyak orang berusaha membantah. Salah satunya bilang, “Mas Puthut pernah nggak dikafir-kafirin orang berjenggot?”

“Secara langsung tidak pernah. Tapi kalau menonton di YouTube terus merasa menjadi bagian dari orang yang dikafir-kafirkan, pernah.”

“Ya jelas kan, itu kelakuan kaum berjenggot.”

“Sandal saya pernah hilang di masjid kaum Nahdliyin. Tapi saya nggak pernah menganggap orang Nahdliyin pencuri sandal. Saya pernah ditipu anak HMI, tapi sedikit pun saya tak pernah berpikir bahwa anak-anak HMI itu penipu. Saya pernah dibohongi seorang dokter. Tapi kalau saya sakit parah ya tetap pergi ke dokter dan tidak punya pikiran akan dibohongi lagi.”

“Mas, lihat video anak-anak kecil yang teriak-teriak: gantung Ahok?”

“Lihat. Terus kenapa? Apakah kamu mau menyalahkan anak-anak kecil itu? Apakah kamu menganggap bahwa semua orang tua dengan ciri fisik dan fesyen tertentu mendidik anak-anak dengan cara yang sama sehingga punya kelakuan seperti itu?”

Dia diam, saat mau mengucapkan sesuatu, saya memotongnya. “Kalau begitu caramu berpikir, repot hidup kita. Pabrik kopiah, kerudung, dan tasbih, tutup semua ….”

Iklan

“Kok bisa, Mas?”

“Lha koruptor yang disidang, kalau laki-laki kebanyakan berkopiah, kalau perempuan kebanyakan berkerudung. Sudah gitu bawa tasbih, lagi.”

“Ya nggak gitu juga, Mas…”

“Maaf ya, Dik, cara berpikir sepertimu ini tidak baik. Sewaktu Gus Dur menjadi Presiden, ada beberapa kebijakannya yang saya tidak setuju. Tapi tidak pernah membuat rasa hormat saya kepada beliau memudar. Ada banyak pikiran Cak Nun yang saya tidak setuju. Tapi tak pernah menghalangi apresiasi saya atas kerja-kerja dan tulisan-tulisannya. Masak semua hal harus kita setujui. Tapi juga masak hanya karena satu dua hal yang tidak kita setujui lalu semua jadi jelek?”

“Ya nggak gitu juga sih, Mas.”

“Memang kamu tahu beda kening hitam antara orang HTI, Jamaah Tabligh, Salafi, Muhammadiyah dll?”

“Nggak tahu sih, Mas ….”

“Terus kenapa kamu hina mereka? Kalau jidat mereka hitam karena tulus dan ikhlas bersujud kepada Tuhan, kamu berani menghadapi kemarahan Tuhan?”

“Nggak, Mas ….”

“Ya sudah. Mari makan dulu.”

Laki-laki muda itu makan lahap sekali.

Terakhir diperbarui pada 23 Agustus 2017 oleh

Tags: Cak NunGus DurHTIJamaah TablighMuhammadiyahNahdlatul UlamaSalafi
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Keindahan Semu di Kaki Gunung Semeru, Lumajang saat erupsi. MOJOK.CO
Aktual

Keindahan Semu di Kaki Gunung Semeru

21 November 2025
wisuda, tuli.MOJOK.CO
Kampus

Sering Dibilang Bodoh karena Tuli, Kini Membuktikan Diri dengan Menjadi Wisudawan Tunarungu Pertama di Kampusnya

24 Oktober 2025
Apa yang Terjadi Jika Muhammadiyah Tidak Pernah Ada? MOJOK.CO
Esai

Fakta Menyeramkan Jika Muhammadiyah Tidak Pernah Lahir di Indonesia

5 Oktober 2025
Anggota PSHT Iri dengan Perguruan Tapak Suci yang Dianakemaskan Muhammadiyah karena Merasa Dikucilkan di UMM. MOJOK.CO
Ragam

PSHT Tetap di Hati meski Belajar di Lingkungan Muhammadiyah yang Punya Tapak Suci

16 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Lagu Sendu yang Mengiringi Banjir Bandang Sumatera Barat MOJOK.CO

Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat

6 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.