Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Hanya Karena Mau Peringati Asyura Kok Langsung Dicap Syiah?

Ismail Amin oleh Ismail Amin
2 September 2020
A A
Hanya Karena Mau Peringati Asyura Kok Langsung Dicap Syiah?

Hanya Karena Mau Peringati Asyura Kok Langsung Dicap Syiah?

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Tudingan kalau memperingati Asyura bakal dianggap Syiah itu jauh panggang daripada api. Betapa absurd tudingan sembrambangan ini.

Setiap memasuki bulan Muharram, segelintir umat muslim di Indonesia mulai waswas. Mubalig-mubalig anti-Syiah memenuhi mimbar-mimbar secara provokatif menyatakan permusuhan dan kebencian pada peringatan Asyura yang disebut menyerupai ajaran Syiah.

Mereka juga menyebar secara masif tulisan-tulisan baik secara online, jurnal, sampai selebaran untuk dibaca umat muslim agar menjauhi dan mewaspadai peringatan Asyura karena berkaitan dengan ajaran Syiah.

Tudingan yang kerap kali mereka (tak perlu saya sebut nama komunitas ini, kamu bisa klik sendiri) sampaikan sebenarnya jauh panggang daripada api. Saya memiliki banyak kegelisahan mengenai absurdnya tudingan tersebut.

Pertama, peringatan Asyura merupakan cara Syiah mempromosikan ajarannya.

Perlu saya tekankan, peringatan Asyura bukan hanya milik Syiah, namun juga milik umat Islam keseluruhan, bahkan milik seluruh umat manusia yang masih memiliki naluri kemanusiaan.

Asyura diperingati untuk mengenang peristiwa tragis yang merenggut nyawa Imam Husein As., cucu Nabi Muhammad Saw., di Padang Karbala. Pada 10 Muharram 61 H, Imam Husain beserta keluarga dan para pembelanya dibantai oleh ribuan pasukan atas perintah Yazid bin Muawiyah.

Dengan terjadinya peristiwa yang mencoreng sejarah Islam ini, apa salahnya untuk kemudian diperingati? Lagipula, Al-Quran sendiri sarat dengan kisah-kisah masa lalu dengan tujuannya agar diingat dan diambil darinya ibrah dan pelajaran.

Dan tentu saja kisah-kisah umat terdahulu yang bisa diambil ibrahnya bukan hanya yang terdapat dalam Al-Quran saja, namun juga kisah-kisah umat terdahulu secara keseluruhan termasuk pasca-turunnya Al-Quran.

Kalau pesantren-pesantren meminta santri-santrinya mengadakan haul setiap tahunnya untuk memperingati wafatnya sang kiai pendiri pesantren, kalangan habaib pun tak anggap persoalan ketika memperingati haul habib-habib yang dianggap punya pengaruh besar.

Setiap keluarga juga sah-sah saja memperingati setiap tahun kematian anggota keluarga yang penting dan negara boleh-boleh saja memperingati hari Pahlawan. Lantas mengapa memperingati haul dan hari kesyahidan cucu Nabi menjadi dilarang?

Tak ada satu pun kelompok Islam yang memungkiri terjadinya tragedi Asyura. Tidak ada sejarawan Islam yang menolak memberi pengakuan bahwa memang kepala Imam Husain dipenggal, dipisahkan dari tubuhnya, diarak, dan dipersembahkan kepada Yazid bin Muawiyah.

Dengan kematian yang sedemikian tragis, salahkah jika peristiwa tersebut diperingati untuk disampaikan kepada setiap generasi muslim, bahwa sejarah Islam pernah ternoda? Kalau muncul pertanyaan kenapa diperingati, ya agar umat Islam tidak mengalaminya lagi. Sesederhana itu.

Lah wong sudah diperingati saja, masih tetap terjadi pembunuhan dan pertumpahan darah sesama muslim kok, apalagi jika kisah Asyura ini sengaja ditutup-tutupi.

Iklan

Ada beban sejarah yang harus dipikul umat Islam untuk menceritakan peristiwa tragis ini kepada umat di setiap generasi. Agar umat Islam tidak menjadi umat yang kehilangan sejarahnya.

Kedua, mengadakan peringatan Asyura tidak ada contohnya sehingga terhukumi bid’ah dhalalah, bid’ah yang sesat.

Dalil penolakannya secara umum sama dengan dalil penolakan terhadap peringatan Maulid Nabi dan peringatan hari-hari besar Islam lainnya. Karena itu, menjawab poin kedua ini sama jawabannya ketika memberikan argumen akan kebolehan mengadakan Maulid Nabi.

Peringatan Asyura tidak ada contohnya, tapi ada anjurannya. Sebab, hari Asyura adalah di antara hari-hari Allah. “Keluarkanlah kaummu dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah.” (QS. Ibrahim: 5).

Para mufasir sepakat menafsirkan hari-hari Allah adalah hari-hari agung dengan segala rangkaian peristiwa dan kejadian yang diciptakan Allah sejak penciptaan bumi dan langit hingga hari kiamat. Terdapat banyak kesamaan dari peristiwa Karbala dengan yang dialami umat-umat terdahulu yang diceritakan dalam Al-Quran.

Pada peristiwa Karbala juga terdapat kelompok yang setia mengikuti kebenaran, kelompok yang mendengarkan dan mengikuti ajakan dan seruan Imam Husain as meski jumlahnya hanya segelintir, meski terdapat juga kelompok durhaka.

Dengan tidak ada pemungkiran bahwa hari Asyura termasuk di antara hari-hari Allah, yang dari Al-Quran ditegaskan untuk mengingatkan umat kepada hari-hari Allah, maka memperingati hari Asyura menjadi sebuah keniscayaan.

Karenanya sangat mengherankan jika ada kelompok Islam yang melarang-larang bahkan fobia terhadap peringatan Asyura. Bisa tidak sepakat terhadap diadakannya peringatan Asyura, tapi jangan sampai pada tingkat melarang apalagi mempersekusi peringatan Asyura.

Silakan tidak sepakat dengan cara Syiah memperingati Asyura, tapi jangan memprovokasi untuk jangan mengingat peristiwa tragis yang terjadi di Karbala, apalagi sampai mengidentikkan bahwa yang memperingati Asyura sudah pasti Syiah.

Silakan tidak sepakat dengan cara Syiah memperingati Asyura, tapi jangan mengatakan bahwa peringatan Asyura adalah kesia-siaan, tidak ada gunanya dan haram. Apalagi sampai membuat puisi segala, bahwa hari Asyura adalah hari kebahagiaan.

Ketiga, mengapa yang diperingati hanya syahidnya Imam Husain? Padahal ayahnya, Imam Hasan, saudaranya, juga syahid dan lebih layak diperingati, mengapa tidak diperingati?

Oke, saya jawab.

Di Iran tempat saya menetap sementara ini, hari-hari wiladah 14 maksum (Nabi Muhammad, Sayidah Fatimah, dan ke-12 imam) serta hari syahadah mereka yang telah tutup usia diperingati secara nasional bahkan pada kedua hari tersebut (wiladah dan syahadah). Pemerintah Iran pun menetapkannya secara nasional sebagai hari libur.

Begitu juga komunitas Syiah di negara lainnya, meski tidak diperingati secara nasional sebagaimana di Iran.

Jadi anggapan bahwa Syiah hanya memperingati syahidnya Imam Husain itu tidak benar. Memang peringatan syahadah lainnya tidak sesemarak peringatan Asyura sebab peristiwa syahidnya Imam Husain memberi pelajaran sedikit lebih kompleks dimensinya.

Madrasah Karbala mengajarkan bagaimana sikap muslim bersikap ketika diperhadapkan dengan tragedi dan kezaliman. Bagaimana untuk bisa tetap konsisten ketika banyak penyelewengan dari penguasa, dan bagaimana untuk tetap setia pada pemimpin meski dalam kondisi kritis.

Berbeda dengan syahadah 10 imam lainnya, syahadah Imam Husain disertai 72 orang pembelanya yang turut mereguk cawan syahadah bersama imamnya. Dengan spektrum yang lebih luas, wajar jika peringatan Asyura yang diadakan umat Islam Syiah jauh lebih ramai.

Dan hanya karena lebih ramai, bukan berarti peringatan Asyura itu berdiri sendiri. Sebab, mentang-mentang peringatan lainnya tidak disiarkan oleh media internasional, bukan berarti haul Nabi Muhammad saw, haul Sayidah Fatimah, atau haul 10 imam Syiah lainnya tidak diselenggarakan.

Di sini saya justru penasaran. Hanya dengan memperingati haulnya Imam Husain saja sudah menyebut sebagai promosi ajaran Syiah, sampai harus koar-koar mengharamkan, bagaimana kalau muslim Syiah di Indonesia juga memperingati haul Nabi Muhammad lantas peringatan itu jadi mendadak dianggap hanya punya komunitas muslim Syiah saja?

Duh.

Baru tahu saja, menjadi Syiah itu begitu mudah. Cukup mau peringati Asyura, weladalah… langsung auto-Syiah.

BACA JUGA Syiah Bukan Islam, Sunni Juga Bukan atau tulisan soal Syiah lainnya.

Terakhir diperbarui pada 2 September 2020 oleh

Tags: AgamaasyuraSyiah
Ismail Amin

Ismail Amin

Kandidat Doktor Ulumul Tarbiyat, Universitas Internasional Al Mustafa, Qom, Iran.

Artikel Terkait

Katolik Susah Jodoh Tolong Jangan Login dan Ambil Jatah Kami MOJOK.CO
Esai

Cari Pasangan Sesama Katolik itu Susah, Tolong Jangan Login dan Ambil Jatah Kami

13 November 2025
intoleransi, ormas.MOJOK.CO
Ragam

Pemda dan Ormas Agama, “Dalang” di Balik Maraknya Intoleransi di Indonesia

19 September 2025
Catatan Kritis Atas Reduksionisme Biologis Pemikiran Ryu Hasan MOJOK.CO
Esai

Catatan Kritis Atas Reduksionisme Biologis Pemikiran dr. Ryu Hasan

3 Juli 2025
Gus Baha dan Pemikiran Cerdasnya tentang Esensi Beragama | Semenjana Eps. 11
Video

Gus Baha dan Pemikiran Cerdasnya tentang Esensi Beragama | Semenjana Eps. 12

28 April 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.