Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Podium

Ganjar Pranowo Harus Memilih, Tetap Bersama PDIP Tanpa Mencapres atau Mencapres Tanpa PDIP

Jika Ganjar Pranowo memang ingin serius maju pada laga 2024, tak ada cara lain baginya selain mulai fokus pada penguatan infrastruktur politik.

Jannus TH Siahaan oleh Jannus TH Siahaan
20 September 2022
A A
Ganjar Pranowo “Menggiring Bola”, Tetap bersama PDIP Tanpa Mencapres atau Mencapres Tanpa PDIP MOJOK.CO

Ilustrasi Ganjar Pranowo “Menggiring Bola”, Tetap bersama PDIP Tanpa Mencapres atau Mencapres Tanpa PDIP. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Popularitas dan elektabilitas Ganjar Pranowo nampaknya semakin tak terbendung. Hasil survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menempatkan politikus PDIP itu di posisi teratas.

SMRC juga menyatakan bahwa PDIP berkemungkinan besar menang dalam kompetisi Pilpres 2024. Tentu syaratnya, apabila PDIP mencalonkan Ganjar sebagai calon presiden (capres).

Dalam survei yang SMRC selama Agustus 2022 bertajuk “Siapa Calon Presiden PDIP 2024?”, menemukan Ganjar paling unggul dan paling kompetitif sebagai capres PDIP. Terutama jika dibandingkan dengan Puan Maharani

Saiful Mujani menjelaskan, berdasarkan format survei semi terbuka pada Maret 2021 sampai Agustus 2022, pergerakan suara Puan ternyata tidak signifikan, dari 0,5 persen menjadi 1 persen. Sementara itu, Ganjar Pranowo bergerak dari 8,8 persen menjadi 25,5 persen. Prabowo, dari 20 persen menjadi 16,7 persen. Anies Baswedan dari 11,2 persen menjadi 14,4 persen.

Jika kondisinya seperti sekarang, kata Saiful, berat bagi PDIP untuk mencalonkan Puan. Pasalnya, bila Puan misalnya bersaing dengan Prabowo dan Anies, data survei menunjukkan Puan tertinggal jauh dan tidak kompetitif.

Namun, lagi-lagi, raihan simulasi elektoral Ganjar Pranowo tersebut tidak berbanding lurus dengan infrastruktur politik yang semestinya dimilikinya. Sejak bulan lalu, Puan sudah mulai aktif bergerak. Puan bertemu dengan Surya Paloh bulan lalu, yang membuka spekulasi bahwa dia akan berpasangan dengan Anies Baswedan. Puan juga bertamu ke kandang Prabowo Subianto. Bahkan Puan ikut menunggang kuda di Hambalang bersama Prabowo. 

Lebih dari itu, setelah pertemuan-pertemuan tersebut, Puan memperjelas pesan politiknya bahwa akan ada lagi presiden perempuan di Indonesia. Tak ada lagi makna lain dari pesan tersebut selain Puan akan menjadi calon presiden resmi PDIP untuk laga 2024 mendatang. 

Sinyal semakin kuat takala PDIP ternyata tidak mengundang Ganjar Pranowo pada acara Acara persiapan pemenangan Pemilu 2024 di Kota Semarang. Acara tersebut digelar Minggu (18/9) dan dihadiri para Ketua DPC PDIP serta para kepala daerah kader Banteng se-Jawa Tengah. Dalam acara itu, Ketua DPP Puan Maharani pun ikut memberikan pengarahan kepada para kader.

Meskipun Ganjar Pranowo mempunyai alibi untuk tidak hadir di acara tersebut karena sedang menghadiri acara Kagama di Jakarta, pesan sangat jelas disampaikan oleh Bambang Pacul saat mengomentari pertanyaan media tentang ketidakhadiran Ganjar. Menurutnya, Ganjar memang tidak diundang. 

Menjadi aneh di acara yang terkait langsung dengan laga 2024, tapi Ganjar tidak hadir. Apalagi jika Ganjar memang masih menjadi salah satu opsi capres PDIP. Komentar Bambang Pacul kemudian memperjelas sinyal tersebut bahwa nampaknya Gubernur Jawa Tengah itu memang tidak akan diusung oleh PDIP. 

Pilihan PDIP untuk tetap mendorong Puan, meskipun angka elektabilitasnya kurang menjanjikan, rasanya cukup dapat dipahami. Sebagaimana sering disampaikan Hasto, pencalonan Puan sangat bermakna bagi PDIP. Terutama secara ideologi dan soliditas. 

Maknanya tentu sudah cukup jelas bahwa regenerasi kepemimpinan PDIP dari trah Sukarno masih akan berlanjut. Selama ini, faktor Megawati dan faktor trah Sukarno yang melekat pada dirinya menjadi faktor pemersatu yang sangat fundamental bagi PDIP. 

Dengan memperjuangkan Puan berpindah ke istana alias menjadi presiden, tentu legitimasi dan kekuasaan sebagai penerus Megawati akan semakin kuat di satu sisi dan di sisi lain, keberlanjutan trah Sukarno di pucuk kepemimpinan partai juga tetap terjaga di sisi lain. 

Tentu akan sangat berbeda hasilnya jika Ganjar Pranowo menjadi capres dari PDIP, lalu menang dan menjadi presiden. Dia adalah kader aktif partai yang maju menjadi anggota DPR dan gubernur bersama PDIP. Dengan latar itu, jika menjadi presiden, peluangnya untuk ikut kontestasi kepemimpinan PDIP setelah jadi presiden tentu akan semakin besar. 

Iklan

Saya menduga, kemungkinan itu tentu menjadi salah satu pertimbangan penting Megawati dalam menentukan capres untuk 2024. Risikonya tidak saja pada keberlanjutan kader PDIP di istana, tapi juga keberlanjutan trah Sukarno di pucuk pimpinan partai. Oleh karena itu pula, menurut saya, Ganjar Pranowo sangat perlu memahami konteks yang satu itu. 

Kini, semuanya akan kembali kepada Ganjar Pranowo. Apa gunanya elektabilitas tinggi, jika pada ujungnya tidak memiliki partai untuk maju sebagai capres. Dia bisa saja gagal menjadi capres jika tetap bertahan untuk berharap dimajukan oleh PDIP, meskipun semua lembaga survei menempatkannya di posisi teratas. 

Situasi berbeda tentu dialami Puan. Meskipun hasil survei Puan terbilang sangat kecil, dia tetap bisa maju menjadi capres atau cawapres, karena sudah mengantongi dukungan partai sebagaimana amanat UU Pemilihan Umum. Dengan kata lain, secara politik praktis, Puan sudah berada di depan Ganjar satu langkah. 

Untuk mengimbangi itu, jika Ganjar Pranowo memang ingin serius maju pada laga Pilpres 2024, tak ada cara lain baginya selain mulai fokus pada penguatan infrastruktur politik. Pilihan tersisa hanya dua saat ini. Pertama, batal maju sebagai capres dan tetap menjadi kader PDIP yang baik dengan mendukung Puan. Jika Puan menang, minimal satu kursi menteri akan di tangan. Kedua, tetap maju sebagai capres tanpa PDIP. Ini berarti Ganjar Pranowo harus mulai mengikuti langkah Puan Maharani, yakni mulai membuka silaturahmi dengan partai-partai di luar PDIP, mencari celah berpasangan dengan calon-calon yang mempunyai infrastruktur politik yang cukup.

Dengan kata lain, Dia harus siap untuk berhadapan dengan Puan. Sungguh tidak mudah. Bahkan sangat tidak mudah bagi Ganjar. Jadi, apapun itu, semuanya kembali kepada Ganjar. 

BACA JUGA Ganjar Pranowo: Dihindari Partai, Disayang Publik dan Lembaga Survei dan analisis panasnya Pilpres 2024 lainnya di rubrik ESAI.

Penulis: Jannus TH Siahaan

Editor: Yamadipati Seno

Terakhir diperbarui pada 5 Desember 2022 oleh

Tags: ganjar pranowopdipPemilu 2024Pilpres 2024puan
Jannus TH Siahaan

Jannus TH Siahaan

Doktor Sosiologi yang sudah jarang membaca buku Sosiologi.

Artikel Terkait

Pakar UGM nilai, ikap Megawati atas retret: menjaga kewibawaan PDIP MOJOK.CO
Aktual

Ketundukan Kepala Daerah pada Megawati: Marwah PDIP hingga Efek Retret yang Belum Tampak Hasilnya

22 Februari 2025
Hasto Wardoyo pilih urus sampah di Kota Jogja di tengah ketidakpastian instruksi retret Megawati untuk kader PDIP MOJOK.CO
Aktual

Urus 1.600 Ton Sampah Kota Jogja di Tengah “Drama”

21 Februari 2025
Menanti keputusan Megawati yang belum pasti di DPD PDIP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) MOJOK.CO
Aktual

Suasana Serba Tak Pasti di Kantor DPD PDIP DIY Menanti Kepastian Megawati

21 Februari 2025
Solo Fighter PDIP vs Keroyokan di Kandang Banteng, Pilkada 2024.MOJOK.CO
Aktual

Solo Fighter vs Keroyokan di Kandang Banteng, Benarkah Jateng Tak “Merah” Lagi? 

29 November 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.