Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Pisau Ekonomi Ferry Irwandi: Kuliah Publik SBM ITB yang Ngena sampai ke Urat Nadi Kebijakan

Fahrudin Ali Akhmad oleh Fahrudin Ali Akhmad
27 Mei 2025
A A
Ferry Irwandi dan Pisau Ekonomi yang Menguliti Akal Sehat MOJOK.CO

Ilustrasi Ferry Irwandi dan Pisau Ekonomi yang Menguliti Akal Sehat. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Pisau ekonomi yang diasah Ferry Irwandi itu tajam, bukan untuk menyakiti, tapi untuk menguliti ilusi dan menyisir akal sehat. 

Kadang-kadang, pencerahan hidup datang dari tempat yang tak terduga. Bukan dari nasihat ustaz YouTube atau kutipan galau di Instagram. Sebuah pencerahan bisa datang dari kuliah publik berdurasi hampir satu jam di YouTube. 

Judulnya? “KULIAH PUBLIK Membedah Kebijakan Publik dengan Pisau Ekonomi | SBM ITB (S2)”. Diselenggarakan oleh Ferry Irwandi untuk SBM ITB program S2.

Yang bikin saya nggak bisa berhenti nonton? Adalah Ferry Irwandi yang membedah kebijakan publik layaknya kisah kejahatan ekonomi. Dia mengajak kita untuk melihat siapa yang bermain di balik layar, yang diam-diam disakiti, dan bagaimana sistem hukum cuma jadi penonton.

Ekonomi, kelangkaan, dan logika di balik pilihan publik

Ferry Irwandi membuka kuliah ini dengan premis dasar namun fundamental, yaitu ekonomi hadir karena dunia ini terbatas. Konsep kelangkaan (scarcity) menjadi alasan manusia perlu membuat pilihan. Sumber daya seperti uang, waktu, dan energi semuanya terbatas, sementara kebutuhan terus bertambah. Maka, ekonomi menjadi seni bertahan hidup. Ini tentang bagaimana membuat keputusan rasional dalam keterbatasan.

Ferry Irwandi menggarisbawahi 3 pendekatan untuk merespons kelangkaan. Yaitu, efisiensi (menghindari pemborosan), inovasi (membuka jalan dari keterbatasan), dan skala prioritas (menyusun kebutuhan secara hierarkis). Ini bukan teori semata, tetapi kerangka berpikir yang sangat krusial dalam kebijakan publik.

Setelah itu, Ferry memperkenalkan konsep opportunity cost atau biaya peluang. Dengan gaya yang membumi, dia menyentil kecenderungan para pengambil kebijakan yang terlalu sering mengandalkan “sistem berpikir cepat”, yakni pola pikir intuitif dan instan yang sering tidak rasional. 

Pemikiran ini sejalan dengan gagasan Daniel Kahneman dalam bukunya Thinking Fast and Slow. Daniel membedakan 2 sistem berpikir manusia, yaitu sistem 1 yang cepat, intuitif, dan emosional, serta sistem 2 yang lambat, logis, dan penuh pertimbangan. 

Menurut Ferry Irwandi, kebijakan publik seharusnya dibentuk melalui pendekatan sistem 2 yaitu lambat, hati-hati, dan berdasarkan data. Tanpa kesadaran akan trade-off, setiap keputusan yang diambil secara instan berisiko menjadi mahal bukan hanya secara fiskal, tetapi juga sosial dan politik.

Kebijakan di Indonesia: Antara rasionalitas dan kepentingan

Masuk ke ruang praktik, Ferry Irwandi mengulas bagaimana idealisme ekonomi sering kali tersandung oleh realitas politik. Banyak kebijakan publik di Indonesia tidak lahir dari proses rasional yang berbasis data dan analisis ekonomi, tetapi dari kepentingan jangka pendek, tekanan politik, atau kompromi antar aktor kekuasaan.

Contoh paling nyata adalah kebijakan ganjil-genap di Jakarta. Alih-alih memperkuat transportasi publik, kebijakan justru membatasi kendaraan pribadi dan membuka celah keuntungan bagi industri mobil listrik. 

Ada juga kisah tentang kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang diniatkan mulia. Namun, dalam praktiknya, membatasi akses publik terhadap produk berkualitas dan tidak adil bagi pelaku industri yang sudah taat aturan.

Ferry Irwandi juga menyinggung kasus Garuda Indonesia, maskapai yang nyaris bangkrut karena salah kelola tapi tetap diselamatkan negara. Namun sayang, akar masalah Garuda tidak pernah diselesaikan. 

Iklan

Atau kebijakan cukai rokok, di mana kenaikan harga rokok legal justru mendorong konsumsi rokok ilegal. Dalam semua kasus ini, yang absen bukan niat baik, tapi konsistensi, pengawasan, dan keberanian menegakkan keadilan kebijakan.

Kerangka ideal menurut Ferry Irwandi dan tantangan implementasi kebijakan ekonomi

Salah satu bagian paling penting dari kuliah ini adalah ketika Ferry Irwandi memaparkan bagaimana seharusnya kebijakan publik dirumuskan. Dimulai dari identifikasi masalah berdasarkan data, lalu menetapkan tujuan kebijakan yang jelas dan terukur. 

Setelah itu, pembuat kebijakan harus merancang alternatif solusi, menganalisis biaya-manfaat (cost-benefit analysis), dan mengevaluasi kelayakan. Pembuat kebijakan harus mengevaluasinya dari tiga sisi, yaitu fiskal, politik, dan teknis.

Secara teori, framework ini sangat rasional. Tapi dalam praktiknya, proses ini sering dilangkahi atau dipolitisasi. Kebijakan menjadi reaktif, dibentuk oleh persepsi sesaat, dan minim pengujian lapangan.

Ferry menutup dengan refleksi yang kuat. Selama kebijakan hanya dinilai dari indikator makro seperti pertumbuhan ekonomi atau defisit APBN, dan bukan dari dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat, maka kita akan terus gagal menyentuh akar masalah. Dia mendorong reformasi kelembagaan, pembentukan super holding strategis, serta investasi besar dalam riset dan kebijakan berbasis bukti.

Siapa yang siap menggunakan pisau dari Ferry Irwandi ini?

Setelah mengikuti kuliah ini, saya merasa seperti baru saja selesai terapi intelektual. Pisau ekonomi yang diasah Ferry Irwandi itu tajam, bukan untuk menyakiti, tapi untuk menguliti ilusi dan menyisir akal sehat. 

Pertanyaannya tinggal siapa yang berani memakainya? Karena kebijakan publik bukan sekadar tentang angka, tapi tentang pilihan etis dan keberanian melihat realitas apa adanya.

Penulis: Fahrudin Ali Akhmad

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Rekomendasi Kanal YouTube yang Bikin Otak Auto Cerdas dan catatan menarik lainnya di rubrik ESAI.

Terakhir diperbarui pada 27 Mei 2025 oleh

Tags: Ferry IrwandiITBkuliah publik Ferry IrwandiSBM ITByoutube Ferry Irwandi
Fahrudin Ali Akhmad

Fahrudin Ali Akhmad

Kalau mikir doang bisa nyelamatin negara, ya udah gue mikir aja.

Artikel Terkait

Alumnus ITB resign kerja di Jakarta dan buka usaha sendiri di Bandung. MOJOK.CO
Sosok

Alumnus ITB Rela Tinggalkan Gaji Puluhan Juta di Jakarta demi Buka Lapangan Kerja dan Gaungkan Isu Lingkungan

12 Desember 2025
Nekat resign dari BUMN karena nggak betah kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Liputan

Nekat Resign dari BUMN karena Lelah Mental di Jakarta, Pilih “Pungut Sampah” di Kampung agar Hidup Lebih Bermakna

10 Desember 2025
Jurusan Teknik Perminyakan UPN Veteran Yogyakarta lebih unggul dari ITB. MOJOK.CO
Kampus

Dari Dulu Nggak Percaya ITB Kampus Terbaik, Masuk Jurusan Teknik Perminyakan UPN Veteran Yogyakarta adalah Keputusan Tepat

27 September 2025
Jadi siswa pintar semasa SMA, semua berubah sejak kuliah jurusan Matematik di kampus Bandung ITB MOJOK.CO
Kampus

Jadi Siswa Pintar Semasa SMA, Saat Kuliah di ITB malah Jadi Tak Ada Apa-apanya

25 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bagian terberat orang tua baru saat hadapi anak pertama (new born) bukan bergadang, tapi perasaan tak tega MOJOK.CO

Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega

18 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Raja Dirgantara “Mengudara”, Dilepasliarkan di Gunung Gede Pangrango dan Dipantau GPS

13 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat "Suami" bahkan "Nyawa" Mojok.co

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

19 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.