[MOJOK.CO] “Berkat revisi UU MD3, saya jadi ngeh kalau Om Fadli Zon adalah lelaki kualitas terbaik yang harusnya dipilih Mbak Angel Lelga alih-alih menikah dengan Vicky Prasetyo.”
Kalau boleh mengomentari pernikahan Angel Lelga dengan Vicky Prasetyo, dengan berani saya akan bilang kalau Mbak Angel sudah terlalu gegabah, kalau bukan keliru, dalam memilih pasangan hidup.
Kualitas laki-laki tidak bisa dinilai dari aksinya terjun ke tengah laut lalu muncul hanya untuk meracau nggak jelas bawa-bawa segala konsonan langit dan apalah-apalah itu. Terjun ke laut, kebut-kebutan di jalan kayak almarhum Si Boy Anak Jalanan atau sederet aksi berani lainnya itu sebenarnya cuma pemuas ego mereka. Biar dibilang “laki banget”. Cool, calm, sama confident. Kayak iklan rokok.
Kualitas utama laki-laki itu ada tiga, Mbak Angel. Satu, selalu berusaha membahagiakan pasangannya. Dua, rela berkorban. Tiga, siap melindungi pasangannya tadi. Mencari laki-laki dengan tiga kualitas ini tentu tidak mudah, walau bukannya tidak ada. Kalau yang cuma punya satu dari tiga ini, saya punya banyak stok.
Mas Fahri van Ayat-Ayat Cinta, misalnya, punya kualitas yang pertama. Netizen, begitu tahu ada laki-laki macam Mas Fahri ini, langsung nggak keru-keruan kelakuannya. Semua minta tolong Mas Fahri, mulai dari masang gas sampai ngangkat jemurannya. “Aku mohon, Fahri,” semua pada bilang gitu.
Laki-laki dengan kualitas kedua juga gampang dicari. Dek Dilan contohnya. Bukan cuma beratnya rindu yang bisa dia tanggung, mungkin cicilan KPR sama kredit FIF juga sanggup beliau tangani.
Nah, kalau yang punya ketiga kualitas ini, daripada Mas Vicky (maaf-maaf ini, Mas Vicky), saya cuma bisa mengusulkan satu nama, sahabat kita semua seluruh rakyat Indonesia: Om Fadli Zon, tanpa o di akhir nama. Tapi, mengingat beliau sudah punya pasangan, anggaplah ini saran dari saya untuk Mbak Angel: kalau cari suami, minimal yang kualitasnya mirip-miriplah sama Om Zon ini.
Coba kita bisa bahas satu-satu kelakuan—eh, maksud saya, kehebatannya, yang kalau diterima redaktur Mojok, mungkin seminggu penuh artikel Mojok isinya melulu tentang Om Zon. Saya, karena kebagian tugas untuk mengawali, cuma akan membahas tiga kualitas laki-laki idaman yang hanya dipunyai Om Fadli Zon seorang.
Kita mulai dari kualitas yang pertama, membahagiakan.
Kata orang, bahagia itu sederhana. Orang yang antikapitalisme mungkin bahagia kalau teman terdekatnya juga antikapitalis. Cara membuktikannya sederhana, berfoto di makam dedengkot penentang kapitalisme, Mbah Jenggot Karl Marx. Bukan Om Fadli Zon namanya kalau tidak menambahkan bumbu pada aksinya, beberapa kuntum bunga cukuplah. Sungguh sebuah prestasi yang membanggakan. Bahkan Sri Mulyani yang baru dapat penghargaan itu mana pernah berfoto di sana. Dasar menteri yang nggak pro-rakyat!
Di sisi sebelah sana, orang yang anti-Komunisme mungkin bahagia kalau sahabatnya juga punya fobia sama. Sekali lagi, foto bicara lebih banyak daripada kata. Senyum Om Zon waktu berfoto di sebelah Donald Trump juga. Susi Pudjiastuti, menteri yang katanya tegas sama kapal asing yang mencuri ikan itu, nggak ada seujung kukunya Donald Trump yang punya rencana mau bikin tembok di perbatasan Meksiko. Kalau Bu Susi hebat, daripada nangkep-nangkepin kapal asing dan membakarnya, kan lebih baik beliau bikin Giant Sea Wall di Samudera Hindia biar kapal asing nggak bisa masuk.
Yang kedua, rela berkorban.
Menjadi pejabat negara itu berat, Mbak Angel. Mbak Angel nggak akan mampu. Biar Om Fadli Zon saja. Salah satu tugas berat pejabat negara apalagi plt. ketua DPR seperti Om Zon adalah mengkritik pemerintah. Itu memang, kalau pinjam bahasanya Raja Minyak dari Medan Ruhut Sitompul, tupoksinya semua anggota DPR. Kritik ke Bu Sri Mulyani dan Bu Susi itu cuma contoh kecil saja. Mulai dari harga bensin, impor beras, sampai berapa kali presiden mantu selama masa jabatannya yang baru sebentar, semua beliau kritik… lewat Twitter.
Mantengin layar jumbo di kantor seharian cuma buat Twitteran nggak semua orang bisa, Mbak Angel. Belum lagi kalau pendukung garis keras Pak Jokowi yang IQ-nya cuma 200 sekolam itu membalas cuitan beliau. Kalau saya sih lebih memilih nonton Angling Dharma. Tapi, beliau bisa. Dan mau. Sungguh sebuah pengorbanan buat rakyat jelata kayak saya dan mungkin Mbak Angel juga. Hanya waktu dan akun Twitter yang beliau punya, tapi itu semua dikorbankannya untuk seluruh rakyat Indonesia. Mbak Angel sekarang sudah bisa mengira-ngira kan, pengorbanan apa yang akan dilakukan oleh laki-laki seperti Oom Fadli Zon demi pasangannya?
Yang terakhir adalah melindungi. Tidak perlu panjang lebar untuk yang satu ini. Buktinya terpampang nyata di depan mata. Kemarin Om Fadli Zon ketok palu mensahkan revisi Undang-Undang MD3.
Kalau Mbak Angel ragu apakah Om Fadli Zon lebih mementingkan rakyat daripada orang-orang yang dicintainya, revisi undang-undang itu jawabannya. Di sana Oom Zon tidak membiarkan rakyat jelata kayak saya mengkritik rekan-rekan sejawatnya di DPR. Padahal hiburan rakyat jelata kayak saya sekarang ini praktis tinggal dua: nonton konser dangdut sama ngetawain kekonyolan pejabat negara. Tapi, gara-gara undang-undang itu, orang kayak saya bisa ditangkap polisi.
Teman kerja saja dilindungi segitunya, apalagi pasangan, Mbak Angel.
Kalau masih kurang, berkat revisi UU MD3, bahkan menangkap anggota DPR yang terlibat kasus hukum pun tidak mudah lagi. Mesti lapor presiden dulu untuk disetujui Majelis Kehormatan Dewan, baru bisa ditangkap polisi, atau KPK-lah, karena seringnya sih mereka ditangkap KPK. Lha, yang jadi anggota MKD kan anggota DPR juga, dia-dia juga, teman-temannya sendiri. Jadi kalau punya pasangan kayak Om Fadli Zon, ibaratnya Mbak Angel aneh-aneh di luaran, polisi mesti lapor mertua dulu, ijin Om Zon dulu, baru polisi boleh nangkep Mbak Angel.
Enak, kan?