Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Di Negeri Kami, Beda Cara Masak Mie Instan Bisa Jadi Masalah Besar

Is Harjatno oleh Is Harjatno
23 April 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Tidak seperti keributan Pilpres di negara tetangga kayak Indonesia, negeri kami punya masalah fundamental sendiri; yakni konflik beda cara masak mie instan.

Orang dari negeri tetangga kayak Indonesia itu, apa sih yang nggak dijadikan bahan ribut? Bahas Pilpres, ribut. Bahas agama, ribut. Bahas selebriti, ribut. Bahkan bahas bubur ayam diaduk atau tidak saja pun ribut. Sampai kelahi-kelahi pula.

Sudahi sajalah keributan kalian itu. Bukan cuma berisik, tapi juga berpotensi menular ke negeri kami, Indomiesia, yang baru belakangan ini merasakan damai sejenak.

Kalian pikir soal bubur ayam itu adalah perdebatan yang paling esensial dalam kehidupan di dunia ini, heh? Kalian belum tahu saja bahwa di Indomiesia juga sedang rentan isu sektarian yang tak kalah gawat: Apakah mie instan itu harus dimakan pakai nasi atau tidak?

Perlu diketahui, bahwa semua warga Indomiesia adalah pemuja mie instan. Selama ini, kami bisa hidup rukun saling bertoleransi, apapun merek dan rasa mie yang digemari. Sebagaimana falsafah bangsa kami: Berbeda-beda tetapi tetap doyan mie juga.

Tetapi, persoalan menjadi lain ketika dihadapkan pada ihwal apakah memakan mie itu memakai nasi atau tidak.

Ini bukan main-main, karena menyangkut soal keyakinan. Dan bicara soal keyakinan terhadap mie instan ini, sebagian besar rakyat Indomiesia bisa demikian fanatik bahkan beringas. Khususnya yang bersumbu pendek.

Meskipun, jika ditanyai soal hakikat eksistensi mie instan itu juga mereka pasti tidak bisa menjawab: Apakah mie instan itu makanan pokok, lauk, sayuran, atau cemilan?

Karena, mie instan bukan semuanya itu, tetapi juga bisa menjadi semuanya.

Bisa juga menjadi semacam kerupuk jika dimakan mentahan. Bahkan, kuah atau minyak bumbunya bisa diminum! Karena itulah perlu ilmu khusus untuk bisa memahaminya.

Perdebatan soal mie ditambahi nasi atau tidak ini bisa demikian panasnya, sampai-sampai tak jarang memicu keributan. Juga bikin rumit ketika terjadi pernikahan beda keyakinan antara penganut mie ditambahi nasi dengan yang tidak.

Sejauh ini, sih, belum pernah terjadi persekusi satu sama lain. Tetapi, tentu kami tetap harus waspada agar terhindar dari jadi seperti kalian, warga Indonesia yang dulunya damai rukun tetapi belakangan hobi bergaduh itu. Kan begichu.

Apalagi, sebentar lagi kami juga akan melakukan pemilihan umum untuk memilih Presiden Indomiesia. Alangkah riskannya jika kerukunan negeri kami terganggu hanya karena isu apakah beliaunya menganut mie ditambahi nasi atau tidak. Padahal, itu kan soal privat.

Yang terpenting kan kompetensinya dalam memimpin dan merangkul segenap pemuja mie instan secara adil, tanpa pandang merek dan rasa kegemaran, baik pakai nasi ataupun tidak.

Iklan

Terlebih lagi jika mampu membangunkan infrastruktur warung-warung mie di daerah-daerah terpencil dan pelosok, yang harga sebungkus mienya bisa berkali lipat daripada di kota besar macam Surakoya ini.

Ihwal perbedaan fiqih mengonsumsi mie instan ini, sebenarnya bisa dirunut pada sejarah perbedaan fiqih dari dua kelompok besar di Indomiesia kami ini: Miehamadiyah dan Nahdatul Ulamie.

Miehamadiyah meyakini bahwa mie instan merek apapun cukup dimasak lalu dimakan tanpa perlu ditambahi nasi. Bukankah dalam gambar di bungkusnya saja tak ada nasi?

Dalam petunjuk di bungkus mie instan itu juga tidak disebutkan keharusan memakai nasi. Jangan suka menambah-nambahi amalan yang tak ada dasarnya. Terlebih, ada mitos bahwa memakan mie instan tanpa nasi berisiko tidak sempurna kenyangnya. Itu sudah menjurus takhayul dan khurafat yang harus ditanggulangi.

Sementara itu, Nahdatul Ulamie tidak mempermasalahkan memakan mie instan dengan pakai nasi atau tidak. Memakan mie rasa apapun boleh memakai nasi untuk keafdholan rasa kenyang dan kelengkapan gizi. Makan mie instan pakai nasi itu termasuk bid’ah hasanah. Asal, jangan berlebihan.

Bagi pihak Nahdatul Ulamie, tak perlu kaku memaknai gambar ataupun teks petunjuk cara memasak di bungkus kemasan mi instan. Bukankah di gambarnya itu juga ada telur atau daging ayam namun dalam kenyataannya tak ada?

Makan mie instan itu hendaknya mudah, mempermudah, dan dipermudah. Jangan dipersulit. Namanya aja instan.

Sejatinya perbedaan pandangan dalam memakan mie instan itu tidak pernah jadi isu besar di antara kedua kelompok. Paling cuma saling ngedumel diam-diam. Misalnya, di negeri kami, jika umat Miehamadiyah menghadiri acara dari Nahdatul Ulamie, mereka biasanya menolak secara halus untuk menambahkan nasi dalam suguhan mienya.

Demikian juga jika warga Nahdatul Ulamie berkunjung ke acara yang diadakan warga Miehamadiyah, mereka akan tetap memakan suguhan mie instan tanpa nasi sampai ludes, meskipun mungkin dalam hatinya sambat karena kurang kenyang.

Kerukunan dan silaturahmie antar kelompok juga senantiasa terjaga bahkan ketika terjadi perbedaan tanggal merayakan hari pesta mie.

Tapi, semua mulai berubah sejak gerakan fundamientalis transnamieonal menyerang. Khususnya, kelompok Wahamie. Mereka ini berpandangan ekstrem: Semua mie selain mie telor adalah sesat! Apalagi mie instan! Halal untuk dihabiskan tanpa bayar!

Sebagian di antara kelompok Wahamie ini konon bahkan sudah menjelma kelompok teror di negeri nun jauh di sana: Spaghetti dan bihun sudah banyak jadi korban. Tak terhitung sudah berapa liter kuah yang tumpah sia-sia. Mereka bahkan tega mengorbankan Mie Gemez yang imut dan tidak berdosa.

Ramen, Samyang, dan mie-mie dari negeri asing lainnya tentu cemas, dan meminta tolong pemerintah di negeri kami untuk mengatasi ini semua. Bahkan di antara mereka ikut-ikutan pula Mie Sakura, yang (seharusnya) adalah mie idola para wibu itu: Produk mie instan murah meriah, tetapi namanya kejepang-jepangan.

Menanggulangi itu, pemerintahan negeri kami awalnya cukup kelabakan. Syukur lah, sejauh ini pengaruh negatif oknum Wahamie maupun dua saudara yang enggan diakuinya, yakni Miekhwanul Mieslimin dan Hizbut Tahutek yang berambisi mendirikan khilafah mie dan memformalisasi syari’at memakan mie masih dapat diredam.

Ini berkat kuatnya solidamietas rakyat negeri kami dari segala kelompok. Dalam hal ini, baik Nahdatul Ulamie, Miehamadiyah, dan organisasi lainnya sepakat untuk bahu-membahu melindungi negeri.

Sebagian dari para fundamientalis itu bisa disadarkan, bahwa satu-satunya khalifah yang layak berdiri di Indomiesia ini hanyalah Miea Khalifah: Yang mampu berdiri dan memberdirikan.

Namun bagaimanapun juga tetap harus diwaspadai pandangan-pandangan yang bakal menganggu keutuhan bangsa Indomiesia kami ini, agar tidak mengganggu kerukunan dan kekhusyukan segenap rakyat dalam menikmati mie instan di negeri kami.

Semoga kisah dari negeri Indomiesia ini bisa menginspiramie kalian para warga negara tetangga kami di Indonesia sana agar kembali damai. Tapi pesan saya, jangan terlalu banyak berkembang.

Karena, kembang itu bunga. Dan bunga itu riba. Camkan itu baek-baek.

Terakhir diperbarui pada 23 April 2019 oleh

Tags: cara masak mie instanMie Instanpilpres
Is Harjatno

Is Harjatno

Artikel Terkait

Keluarga Berkuasa: Betapa Ngerinya Jokowi Menyemai Dinasti Politik di Tingkat Daerah. MOJOK.CO
Ragam

Keluarga Berkuasa: Betapa Ngerinya Warisan Dinasti Politik Jokowi di Tingkat Daerah

26 November 2024
Kerja di Lembaga Quick Count Pemilu Ternyata Sama Capeknya dengan Anggota KPPS.mojok.co
Aktual

Cerita Petugas Quick Count Pemilu: Hasil Sering Diremehkan Meski Saat Bekerja Sama Capeknya dengan Anggota KPPS

15 Februari 2024
Memang Kenapa Kalau Prabowo Subianto Jadi Presiden? MOJOK.CO
Esai

Memang Kenapa Kalau Prabowo Subianto Jadi Presiden Indonesia?

18 Desember 2023
Peluang Yenny Wahid dan Anies Baswedan
Kotak Suara

Yenny Wahid Jadi Pendamping Anies: Tuai Penolakan hingga Polling yang Kalah Saing

16 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.