Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Kisah Seorang Pengelana dari Pakistan yang Menemukan Indahnya Toleransi di Universitas Sanata Dharma

Waleed Ahmad Loun oleh Waleed Ahmad Loun
19 November 2025
A A
Dari Pakistan, Menemukan Cinta di Universitas Sanata Dharma MOJOK.CO

Ilustrasi Dari Pakistan, Menemukan Cinta di Universitas Sanata Dharma. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Saya dari Pakistan dan saya menemukan bahwa toleransi bukan cuma kata indah di buku teks. Di Universitas Sanata Dharma, toleransi benar-benar hidup.

Ada pepatah dalam bahasa saya yang bisa diterjemahkan sebagai “Berlian di antara batu.” Artinya, kalau semua orang adalah superhero, maka tidak ada yang benar-benar istimewa. 

Di Pakistan, saya hanyalah orang biasa. Tapi ketika datang ke Indonesia, saya mendadak jadi “spesial”. Setidaknya di mata orang-orang yang melihat saya sebagai “bule berjanggut dan bermisai”.

Ya, saya orang asing di Jogja. Nama saya Wali dan saya berasal dari kota Sialkot, sekitar enam jam dari Islamabad, ibu kota Pakistan. 

Kota saya terkenal karena memproduksi bola sepak untuk Piala Dunia. Jadi, kalau kamu pernah menonton pertandingan bola internasional, kemungkinan besar bola yang dipakai itu buatan kota saya. 

Tapi yang lucu, orang Pakistan justru lebih ramai menonton kriket daripada sepak bola. Jadi, kadang saya merasa seperti datang dari kota yang membuat bolanya, lalu pindah ke negara yang benar-benar main bolanya.

Rencana Awalnya UGM, Takdirnya Universitas Sanata Dharma

Saya sudah tinggal di Indonesia lebih dari dua tahun. Banyak orang bertanya kenapa saya memilih Indonesia. Lalu, kenapa Jogja. Terakhir, kenapa orang Pakistan kuliah di Universitas Sanata Dharma. Sudah begitu, kampus Katolik pula.

Jawabannya panjang, tapi sederhana. Saya punya gelar magister di bidang Sastra Urdu, dan saya ingin memperluas karya sastra itu ke bahasa lain. Saya ingin menjadi penerjemah antara Bahasa Urdu dan Bahasa Indonesia. Menurut saya, dua bahasa ini jarang dijembatani, padahal keduanya sama-sama kaya dengan nilai budaya dan sastra.

Saya memilih Jogja karena dikenal sebagai kota pelajar dan budaya. Ia tempat yang tenang untuk belajar dan menulis.

Awalnya, sebenarnya, saya ingin masuk Universitas Gadjah Mada. Sebelumnya, saya pernah belajar Bahasa Indonesia di sana. Jadi, saya sudah akrab dengan suasananya. 

Tapi karena ada batas usia pendaftaran di universitas negeri, saya tidak bisa mendaftar ke sana. Akhirnya, saya mencari kampus swasta yang punya jurusan Sastra Indonesia. Pilihan saya jatuh pada Universitas Sanata Dharma karena programnya bagus dan saya diterima dengan tangan terbuka.

Beberapa orang Indonesia sempat heran, “Kok kuliah di kampus Katolik?” Tapi bagi saya, itu bukan masalah. Saya justru merasa nyaman. Sebagai seorang Muslim Ahmadi Pakistan, saya tahu bagaimana rasanya menjadi minoritas. 

Dan di Sanata Dharma, saya belajar bahwa toleransi bukan cuma kata indah di buku teks. Toleransi di kampus ini benar-benar hidup di ruang kelas, di kantin, dan di antara teman-teman.

Baca halaman selanjutnya: Stigma yang melekat kepada orang Pakistan di luar negeri.

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 19 November 2025 oleh

Tags: bahasa urduislam ahmadiIslamabadJogjaPakistansanata dharmaSastra IndonesiaSialkotToleransiUGMUniversitas Sanata Dharmausd
Waleed Ahmad Loun

Waleed Ahmad Loun

Seorang mahasiswa dari Pakistan yang sedang belajar Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma. Suka bahasa dan sastra dan bercita-cita menjadi penerjemah.

Artikel Terkait

Berantas topeng monyet. MOJOK.CO
Liputan

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO
Bidikan

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025
Harga Paha Atas Olive Chicken Naik, Warga Jogja Resah (Unsplash)
Pojokan

Keresahan Warga Jogja di Balik Kabar Kenaikan Harga Menu Paha Atas Olive Chicken

12 Desember 2025
UMK Jogja bikin perantau Jawa Tengah menderita. MOJOK.CO
Ragam

Penyesalan Orang Jawa Tengah Merantau ke Jogja: Biaya Hidup Makin Tinggi, Boncos karena Kebiasaan Ngopi di Kafe, dan Gaji yang “Seuprit”

11 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
UMK Jogja bikin perantau Jawa Tengah menderita. MOJOK.CO

Penyesalan Orang Jawa Tengah Merantau ke Jogja: Biaya Hidup Makin Tinggi, Boncos karena Kebiasaan Ngopi di Kafe, dan Gaji yang “Seuprit”

11 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Wali Kota Semarang uji coba teknologi bola GPS untuk mitigasi banjir Semarang MOJOK.CO

Bola GPS Jadi Teknologi Mitigasi Sumbatan Air Penyebab Banjir di Simpang Lima Semarang

13 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

11 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.