Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Casual Date: Kenikmatan Tanpa Batas dan Berbahaya yang Tidak untuk Dirasakan Semua Orang

Elya Ra Fanani oleh Elya Ra Fanani
28 Februari 2024
A A
Casual Date: Sebuah Kenikmatan Tanpa Batas yang Berbahaya MOJOK.CO

Ilustrasi Casual Date: Sebuah Kenikmatan Tanpa Batas yang Berbahaya. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Hubungan casual date tidak bisa dilakukan semua orang. Hanya orang-orang yang nekat seperti saya yang masih memungkinkan untuk menjalaninya.

Casual date adalah istilah yang baru saya dengar awal tahun 2023. Saya kenal dengan istilah itu saat baru pindah ke Jogja untuk urusan pekerjaan. Tak pernah terbesit di dalam pikiran, bahwa di tahun itu juga saya menjalin hubungan kasual dengan seseorang yang belum lama saya kenal.

Ceritanya berawal dari riset yang saya lakukan tentang casual date untuk urusan pekerjaan. Saat itu, tidak terbesit macam-macam di pikiran saya. Sampai akhirnya di bulan Maret 2023 saya bertemu pria dari aplikasi kencan yang hanya menginginkan hubungan tersebut. 

Sebut saja Ahsya. Secara personal, saya tidak begitu tertarik dengan Ahsya. Tapi saya tertarik tentang profilnya. Dia masih muda, baru berusia 28 tahun, tapi sudah menjadi product manager di sebuah perusahaan startup di Jogja. 

Untuk usia yang masih 20an, saya pikir itu pencapaian yang besar. Apalagi Ahsya juga memiliki penampilan yang cukup baik walau tak begitu mencolok. Kompeten, banyak uang, dan mengendarai BMW. Saya yakin dengan ketiga hal itu dia memiliki modal yang cukup untuk serius dengan satu perempuan. Tapi kenapa dia memilih casual date?

Kenapa orang menyukai dan memilih casual date?

Dalam pertemuan singkat kami malam itu, saya berusaha menelisik lebih banyak tentang dirinya lewat pertanyaan-pertanyaan “intim” saya.

“Mas ada alasan khusus kenapa cuman pengin casual date? Past trauma, perhaps?” Tanya saya saat kami masih berada di sebuah coffee shop di dekat Prambanan Jazz. Jawabannya sungguh membuat saya tercengang.

“There’s no reason, An. I am just too busy to think about complicated relationships. Semua waktu dan energi sudah habis buat pekerjaan. Casual date, for me, is more like a refreshing place.”

Saya tidak akan tercengang itu jika alasan yang dia berikan adalah trauma masa lalu. Atau setidaknya konflik personal yang ada dalam dirinya. Saya sama sekali tidak berekspektasi, karier menjadi alasan seseorang memilih casual date.

Terlepas dari rasa tercengang yang saya rasakan, obrolan kami malam itu sangat menyenangkan. Malam itu juga saya menyadari obrolan kami tidak akan selesai di coffee shop. Bersama deru BMW yang membawa kami menuju “tempat lain”, saya bertekad untuk menjadikan itu pertemuan pertama dan terakhir kami.

Keputusan memiliki hubungan kasual

Satu bulan setelahnya, saya mengalami patah hati yang cukup serius setelah mendapat penolakan dari seseorang yang begitu saya inginkan. Saya menyayangi orang ini sejak beberapa bulan terakhir. 

Patah hati akibat penolakannya membuat saya merasa benar-benar tidak berdaya. Usia saya yang masih sangat muda dan karier yang belum seberapa membuat saya merasa semakin kurang. Meski alasan penolakannya adalah tentang ketetapan keluarganya, saya merasa tidak layak untuk diperjuangkan.

Rasa tidak layak itu membuat saya memutuskan untuk berhenti mengejar cinta. Saya bertekad untuk memperbaiki segala aspek dalam hidup, sebelum mengejar cinta pada seseorang. Saya pun mulai menyibukkan diri dengan banyak urusan. Namun di antara banyaknya kesibukan, ada ruangan kosong yang membuat saya sering merasa kesepian. Kehampaan itu terkadang muncul begitu saja seperti mimpi buruk.

Di bulan Me 2023, saya mengenal seorang laki-laki lewat komunitas. Sebut saja Joseph. Untuk alasan yang sangat konyol, saya tertarik padanya. Yaitu karena dia paling “senior” di komunitas. Usianya awal 40-an, tapi dia suka berbaur dengan anak-anak komunitas yang rata-rata berusia 20an atau awal 30an. 

Iklan

Entah mengapa, keberadaan Joseph mulai mengisi kekosongan yang saya rasakan, meski kami hanya terlibat dalam interaksi yang sangat terbatas. Di momen itu saya teringat pada jawaban Ahsya tentang alasannya menjalani casual date. Saya mulai bisa merasakan apa yang dia rasakan. 

Saya mulai melihat casual date sebagai sebuah opsi

Penolakan yang pernah saya rasakan masih membawa rasa takut menjadi seseorang yang tidak layak diperjuangkan. Casual date menjadi pilihan menarik supaya saya tetap bisa fokus pada karier, tanpa harus merasakan kekosongan yang mengerikan. Pada dasarnya, yang saya butuhkan adalah support system. Mendapat support dari pasangan kasual atau pasangan serius, itu tidak masalah bagi saya.

Setelah memikirkan itu semua saya mulai mendekati Joseph secara intens. Biasanya saya tidak bersikap agresif ketika mendekati laki-laki. Tapi dengan Joseph saya bisa lebih agresif supaya dia lebih mudah menangkap intensi saya. Dan saya tahu, Joseph akan menyukainya. 

Sama seperti saya, Joseph rupanya juga tidak memiliki intensi pada hubungan yang serius. Beberapa hari kemudian, hubungan kasual kami pun dimulai.

Bagaimana hubungan kasual harusnya berjalan

Meski menjalani casual date, saya tidak menyarankan orang lain untuk merasakannya. Bukan karena alasan moral maupun sosial. Tetapi karena memang tidak semua orang bisa menjalani hubungan kasual. Apalagi alasan yang saya miliki sangat personal dan mungkin tidak relete dengan banyak orang.

Dalam menjalani hubungan kasual, ada beberapa hal yang harus benar-benar diperhatikan. Pertama, soal kesepakatan. Kedua belah pihak harus paham bahwa ini adalah hubungan kasual. Atau setidaknya paham bahwa hubungan ini tidak akan seperti hubungan serius pada umumnya. 

Kedua, mengenai batasan. Saya harus tegaskan bahwa batasan adalah hal yang sangat krusial dalam menjalani casual date. Banyak orang, bahkan saya sendiri, sering “kebablasan” soal batasan yang seharusnya dijaga baik-baik. Inti dari hubungan kasual adalah hubungan yang ringan, menyenangkan, dan tidak memberatkan satu sama lain. Tapi yang namanya manusia, kadang suka teledor. 

Status casual date bukanlah antitoksin dari segala permasalahan yang bisa dialami seseorang dalam menjalin hubungan. Jangan anggap mentang-mentang kasual, hubungan bisa bebas dari perbedaan pendapat. Dengan orang asing yang sama sekali tidak dikenal saja kita bisa berkonflik. Entah karena perbedaan paham politik atau beda kubu capres. Konflik tidak bisa dihindari dari setiap aspek kehidupan. Apalagi dalam hubungan, meskipun itu hubungan kasual.

Kesadaran akan batasan

Satu-satunya hal yang bisa meredam setiap konflik dalam hubungan casual date adalah kesadaran akan batasan. Lewat kesadaran soal batasan, hubungan kasual bisa kembali berada di “jalur yang seharusnya”. Yaitu jalur yang ringan, menyenangkan, dan tanpa beban.

Ketiga, aturan tidak tertulis dalam casual date. Secara status, masing-masing pihak yang menjalani casual date bisa dikatakan masih single. Sehingga tidak ada larangan untuk seseorang dalam hubungan kasual, jalan dengan orang lain, siapa saja dan untuk alasan apapun.

Selanjutnya, yang tidak kalah penting adalah mengenai kerentanan. Casual date memiliki dua kerentanan. Jika dalam hubungan serius masing-masing pihak bisa merasa terikat secara fisik maupun emosional, juga bisa bergantung satu sama lain, tidak dengan hubungan kasual ini. Dua individu dalam hubungan kasual tetaplah menjadi individu yang berdiri sendiri-sendiri, dan hanya bersama untuk alasan yang sangat privat dan personal.

Realita yang tidak banyak orang tahu

Seperti yang saya katakan sebelumnya. Saya tidak menyarankan hubungan ini untuk dilakukan orang-orang dengan hati yang lentur. Orang-orang yang mudah “terbawa suasana”.

Saya harus akui bahwa kesenangan yang datang dari hubungan kasual kadang tak sebanding dengan konsekuensi yang juga besar. Konsekuensi lingkungan/sosial soal dua orang yang menjalin hubungan ini, apalagi jika keduanya masih terhubung dalam satu komunitas, tak sesederhana yang terlihat. Ada lapisan-lapisan yang harus tetap “dikencangkan” supaya hubungan itu tak membawa situasi pelik bagi komunitas.

Bahkan jika 2 belah pihak tak terhubung dalam 1 komunitas, yang artinya konsekuensi lingkungan tak lagi jadi soal. Juga bukan berarti hubungan kasual mudah dilakukan. Konsekuensi paling berat dari hubungan kasual adalah soal kelenturan perasaan. 

Soal baper-baperan mungkin bisa diantisipasi dari awal. Tapi tidak baper bukan berarti tidak peduli satu sama lain. Tidak punya “perasaan” pada pasangan kasual, bukan berarti tidak memiliki empati. Sebab manusia dibentuk oleh struktur psikologis yang unik. Hal-hal sepele bisa membuat kita berempati. 

Kerentanan-kerentanan yang mulai terlihat dari diri pasangan, bisa membangkitkan rasa peduli. Ada beberapa tipikal manusia dewasa yang tidak bisa melepaskan diri dari rasa bertanggung jawab atas keputusan yang diambil. Belum lagi jika mulai muncul rasa sayang as human being (meski bukan cinta/sayang yang romantis).

Empat hal tersebut bisa mengendurkan batasan yang seharusnya dijaga dengan baik. Tetapi jika batasan itu dijaga dengan terlalu ketat, kita juga akan mengkhianati insting manusiawi sebagai human being yang bisa merasa empati, peduli, bertanggung jawab, dan menyayangi sebagai sesama manusia. 

Maju salah, mundur juga salah

Yang sering terjadi dalam hubungan casual date, segala pilihan menjadi serba salah. Kompleksitas yang ada dalam hubungan kasual itu sama seperti hubungan pada umumnya. Konflik-konflik yang ada di dalamnya juga kurang lebih sama. Bedanya, casual date membuka lebih banyak kemungkinan untuk seseorang tetap mencari the one miliknya sembari menjalin hubungan kasual itu.

Menjalani casual date itu ribet. Dipikirkan dari sudut pandang mana saja; kognitif, emosi, maupun sosial; itu adalah jenis hubungan paling ribet dan nyeleneh yang dilakukan manusia dengan sadar. Tapi, bukannya manusia kadang-kadang lebih suka melakukan sesuatu yang ribet dan aneh daripada gabut nggak ngapa-ngapain? Untuk sekadar mengatasi rasa kesepian, manusia bisa melakukan apa saja. Dan itulah yang saya lakukan.

Jadi, apa hubungan kasual selalu buruk?

Kesan saya pribadi menjalani casual date memang tidak buruk-buruk amat. Dan mungkin kesan ini akan berbeda jika saya menjalani hubungan kasual dengan orang yang berbeda. Ada banyak situasi dalam hubungan ini yang membuat saya merasa telah melakukan sesuatu “yang benar” berdasarkan apa yang saya butuhkan; companionship.

Memiliki support seperti yang saya singgung di awal, maupun perasaan sekadar memiliki “pasangan”. Pada dasarnya keputusan saya menjalin hubungan kasual adalah untuk companionship. Agar saya memiliki setidaknya satu orang yang bisa hadir secara “nyata” dalam hidup saya. 

Entah untuk sekadar sharing opini, ide, atau rencana masa depan. Untuk saya bisa menyalurkan sisi paling liar dari dalam diri saya, atau ketika saya membutuhkan nasehat bijaksana dari seseorang yang jaaauuuhhh lebih dewasa dan berpengalaman soal hidup daripada saya.

Sebanding dengan konsekuensinya

Tentu saja, semua keuntungan yang saya dapat dari hubungan kasual itu sebanding dengan konsekuensi psikologis maupun psikososial yang harus saya tanggung. Sebagai perempuan yang masih sering dianggap “terlalu muda” oleh orang-orang yang lebih tua, tentu pilihan ini terlihat sembrono. 

Tapi, hal-hal yang terjadi di hidup telah membentuk diri saya menjadi seseorang yang nekat dan perhitungan. Perhitungan dalam menentukan setiap langkah yang saya ambil dalam hidup. Dan nekat menjalaninya tanpa mendengar atau melihat apa yang terjadi di sekeliling saya.

Intinya adalah, hubungan casual date tidak bisa dilakukan semua orang. Hanya orang-orang yang nekat seperti saya yang masih memungkinkan untuk menjalaninya. Atau orang-orang yang memang brengsek saja yang menjadikan hubungan kasual sebagai sumber kenikmatan tanpa batas. Menjadi nekat ataupun brengsek, dua-duanya sama saja. Tiap individu harus paham bahwa hubungan apa pun pasti ada enak dan tidak enaknya.

Hal paling penting dari keputusan menjalin hubungan kasual adalah dengan siapa kita menjalaninya. Seperti hubungan pada umumnya. Dengan siapa kamu berhubungan juga menentukan apakah kamu akan lebih banyak merasa senang atau menderita.

Penulis: Elya Ra Fanani

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Punya Pengalaman Pacaran Itu Penting, Tolong Sempatkanlah! dan pengalaman menggairahkan lainnya di rubrik ESAI.

Terakhir diperbarui pada 28 Februari 2024 oleh

Tags: casual datehubungan kasualjenis-jenis pacaranpacaran
Elya Ra Fanani

Elya Ra Fanani

Pengarang novel, redaktur, editor.

Artikel Terkait

Mereka yang Disuruh Putus Orang Tua Pacar karena Bukan Mahasiswa: Sakit, tapi Tak Perlu Repot-repot Kasih Pembuktian MOJOK.CO lebaran
Liputan

Cerita Pilu 2 Pria yang Hubungannya Kandas Menjelang Lebaran, Ada yang Bawa-bawa Agama dan Dianggap Tak Punya Masa Depan!

9 April 2024
Beratnya Menjalin Hubungan Romansa dengan Cowok Beda Agama MOJOK.CO
Kilas

Beratnya Menjalin Hubungan Romansa dengan Cowok Beda Agama

28 September 2023
Cinlok KKN sering terja
Geliat Warga

Cerita Cinlok KKN, Jadian Sama Anak Pak RT hingga Putus Karena Beda Aliran

22 November 2022
Menemukan Diri yang Hilang Usai Lepas dari Toxic Relationship
Liputan

Menemukan Diri yang Hilang Usai Lepas dari Toxic Relationship

23 Oktober 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.