MOJOK.CO – Chef Arnold Poernomo merupakan kepingan puzzle terakhir yang dibutuhkan acara MasterChef Indonesia selama ini. Bukan Juna, bukan Renata.
Saya setuju untuk tidak menyetujui apa yang dikemukakan oleh Mas Yesaya Sihombing dalam tulisan “MasterChef Indonesia Rekayasa Saja? Ya Bodo Amat yang Penting Bisa Belajar Tentang Kehidupan dari Chef Juna“.
Saya sepakat jika mengatakan Chef Juna adalah sosok yang wangun untuk ditiru para chef amatir atau yang baru merangkak ke atas, guna masuk ranah chef profesional.
Yang membuat saya keberatan dan nggak setuju, dalam urusan acara MasterChef Indonesia, Chef Juna perannya memang vital, tapi bukan penyempurna yang kompleks.
Persona Chef Juna sebagai juri galak, ngawu-ngawu, dan bikin merinding (padahal blio ini ganteng lho, nggak wingit blas) nggak perlu diragukan lagi, blio nomor satu untuk urusan itu. Tapi persona itu hanya mujarab khasiatnya untuk narik penonton MasterChef season awal-awal.
Apalagi selain di acara MasterChef Indonesia, kita nggak tahu kehidupan Chef Juna selain ngejuri dan masak. Tulisan Mas Yesaya Sihombing, ketimbang mengomentari acara MasterChef dan antipati stigma hoaks, kayaknya lebih mengedepankan acara podcast Deddy Corbuzier, bukan mengomentari peran Chef Juna dalam MasterChef.
Chef Juna dan MasterChef Indonesia adalah dua mata uang yang nggak bisa dipisahkan. Tapi kalau MasterChef hanya diisi galak-galakan doang, saya rasa acara ini nggak segayeng sekarang-sekarang ini.
Tentu, Chef Renata memberi penyeimbang sempurna sebagai pemanis tampilan juri MasterChef lainnya yang dikenal ketus dan nggatheli, namun Chef Arnold Poernomo adalah anti-tesa dari semua kepingan puzzle yang dibutuhkan acara MasterChef Indonesia selama ini.
Padahal, masuknya Chef Arnold masuk ke acara MasterChef bisa dikatakan seumur jagung, yakni di pertengahan acara pada season ke-3. Blio sebenarnya pernah menjadi juri tamu di MasterChef season ke-2. Mungkin gayanya yang nggatheli ini menjadi faktor utama mengapa blio diangkat jadi juri tetap.
Tapi nggak hanya itu saja. Chef Arnold punya beberapa alasan mengapa menjadi begitu kuat di acara MasterChef Indonesia. Dari alasan-alasan ini lah rasanya stigma settingan di MasterChef lebih baik ditertawakan saja.
Pertama, menemukan karakter galak yang beda dengan Chef Juna
Sudah, akui saja, Chef Juna itu galaknya nggak ketulungan. Saya aja yang nonton di rumah takut, apalagi sambil masak atau presentasi masakan di depan blio. Tapi, galaknya Chef Juna itu spaneng banget, nggak kayak Chef Arnold yang bikin susah nebak blio ini sedang marah atau guyon.
Melepeh makanan mungkin menjadi ciri khas Chef Juna, namun marah dengan gaya menyeringai, peleburan antara tawa, nyepelekke, intimidasi, nahan ketawa, melebur jadi satu dalam mimik Chef Arnold yang memiliki wajah Bebelac tapi bodi L-Men itu.
Peleburan beberapa elemen di atas, menjadikan kita bingung menerka, ini Chef Anold sedang marah serius atau sekadar marah-marah manja? Sebuah upaya menemukan diferensiasi produk yang brilian dari Chef Arnold di MasterChef Indonesia tentu saja.
Kedua, yak betul, guyonan Chef Arnold out of the box
Mungkin karena sering nongkrong bareng kawan-kawan MLI dan Crazy Rich Surabayan, tingkah Chef Arnold yang sering diguyoni fansnya jadi “Shrek Arnold” ini rada mbingungi.
Nggak lucu blas, tapi lucu. Piye ya bilangnya, pokoknya apa yang dia lakukan kalau bukan Chef Arnold yang ngelakuin ya bakal krispi, bakal kriuk, bakal garing.
Contohnya ya yang satu ini. Ketika hendak demo masak, dari dalam studio blio keluar dengan cara berlari macak pemain-pemain SmackDown.
Jika bukan blio. Pasti nggak lucu. Tapi kalau yang melakukan Chef Arnold, ya masih nggak lucu sih, tapi bikin geli dan mbatin, “Ngapain, sih, Chef? Ndadi po? Kesurupan po?”
Siaaap cheefff ?? pic.twitter.com/eztqwI6QjV
— . (@matchalovaab) November 7, 2020
Bukan hanya guyonan, tapi tingkahnya juga suka bikin geli. Demo masakan yang seharusnya serius diperagakan di MasterChef Indonesia, malah disisipi hal-hal lucu yang dilakukan secara spontan uhuy.
Pada salah satu episode, blio sedang membuka cangkang lobster, lalu ketika mematahkan antara ekor dengan kepala lobster Chef Arnold bilang, “Ini nanti diputer, ya. Lalu…. Dijilat…. Dicelupin.”
Baik, Chef!
Bukan, bukan, yang lucu bukan lawakan basic itu. Yang bikin kemekelen itu ya kesadaran kita kalau acara MasterChef Indonesia itu disponsori SaSa, bukan Oreo. Sponsor acaranya dikerjain dooong.
Nggak ada akhlak emang chef satu ini.
Ketiga, punya cara buat berinteraksi dengan fans MasterChef Indonesia
Barangkali ini yang nggak dipunyai oleh chef yang lain sebagai juri. Chef Juna menarik bagi golongan perempuan dan ibu-ibu muda maupun setengah tua, Chef Renata merangkul garis keras pria-pria mbois. Oke, segmentasi keduanya cukup masuk akal.
Sedangkan Chef Arnold? Hooo, blio lebih masif. Merasuk ke segala lini.
Chef Arnold itu merangkul rakyat jelata, konglomerat, Crazy Rich Asian, hingga Melvin. Ya, karena di atas langit masih ada Melvin. Mbak-mbak “mall mevvah”? Hanya remahan peyek jika dihadapan Melvin. Dan Chef Arnold, merangkul semua golongan itu.
Belum dengan interaksi Chef Arnold di Twitter. Mulai dari ngobrol sampai war, barangkali chef yang satu ini memang hobi ngosak-ngasik dalam menghibur. Bukan hanya melalui masakan, tetapi juga melalui cangkeman di media sosial.
Itu alasan fundamental mengapa chef yang satu ini membawa basis militansi para generasi milenial dan Gen-Z yang sudah sibuk di media sosial mau balik lagi nonton acara MasterChef Indonesia di televisi. Hal yang kemudian ikut mendongkrak rating acara ini secara masif.
Tanpa bermaksud merendahkan kehadiran Chef Juna dan Chef Renata, hadirnya Chef Arnold menjadi amunisi tersendiri bagi MasterChef. Baik itu yang menyebutnya sebagai settingan atau ngapusi, pada akhirnya cara menikmati MasterChef bukan hanya pada kompetisinya saja, melainkan juga tingkah para jurinya, terutama Chef Arnold yang nggapleki dan sangat random itu.
Kalau toh ada cara lain agar acara MasterChef bisa tetap tinggi ratingnya selain keberadaan Chef Arnold, maka ya hanya ada satu, yakni…
…Yuri dimasukin lagi aja, Chef. Sekalian ajak Melodi atau Nabilah juga.
Ramai pasti. Iya, ramai yang hujat tapi.
BACA JUGA MasterChef Program Rekayasa Saja? Berikut Bagian-bagian yang Terduga Rekayasa dan tulisan Gusti Aditya lainnya.