Perdana Menteri Belanda Mark Rutte secara resmi telah meminta maaf atas keterlibatan negaranya dalam perbudakan selama 250 tahun. Pemintaan maaf atas aksi yang ia sebut sebagai “kejahatan terhadap kemanusiaan” itu diucapkan setelah hampir 150 tahun berakhirnya perbudakan di sejumlah negara, seperti Suriname, Karibia, hingga Indonesia.
Reaksi negara-negara tersebut kepada Belanda beragam. Ada yang menerima, ada yang nggak. Sebagai warga dunia, jelas, dong, kita mengutuk segala bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan, termasuk apa yang sudah terjadi ratusan tahun silam. Saya rasa, para pelaku aksi tersebut akan merasa malu bukan main saat mengetahui kenyataan bahwa bertahun-tahun kemudian, negara tempat mereka berasal mampu menjalin hubungan positif dengan pihak-pihak yang mereka jajah.
Secara sederhana, para penjajah Belanda—saya yakin—bakal malu banget sama Bobo.
Bobo adalah nama majalah asli Belanda yang terbit pertama kali pada tahun 1968. Dengan karakter utama bernama sama dengan judul, Bobo menggambarkan kehidupan tokohnya yang masih anak-anak, berusia sepuluh tahun, dan berwujud kelinci. Di Indonesia, Bobo diadaptasi sejak tahun 1973.
Edisi Indonesia mengalami beberapa penyesuaian yang dilakukan oleh tim redaksi, termasuk pada cerita-cerita bergambar lain yang ada di dalam majalah, seperti Bona dan Rong Rong. Namun, ada pula versi saduran asli dari Belanda, yaitu majalah yang terbit setiap dua pekan dengan nama Bobo Junior.
Bobo Junior telah menjadi kawan bermain sekaligus belajar bagi anak-anak berusia 3 hingga 7 tahun sejak 2002 lalu. Namun, sepertinya waktu bermain sudah habis. Kini, Bobo Junior hanya berfokus mengajak pembaca belajar. Bukan belajar membuat prakarya atau menggambar seperti yang selama ini ia lakukan, Bobo Junior rupanya berniat mengajari pembaca untuk belajar merelakan.
Ya, Bobo Junior telah mengabarkan berhenti terbit. Edisi terakhirnya akan terbit hari ini, tanggal 21 Desember 2022. Kabar ini seperti yang diinfokan oleh Kompas Gramedia (KG Media) yang suratnya sudah beredar di sosial media.
Tahun yang baru akan datang, begitu pula dengan kehidupan Bobo Junior. Bobo Junior pamit dengan alasan yang masih belum kita pahami secara detail. Mungkin—ini hanya mungkin—Bobo Junior ingin bobo lebih awal daripada Bobo senior. Saya rasa, kita bisa pastikan Bobo Junior juga tidak akan kembali dalam dua hari kemudian. Pasalnya, kalau sampai begitu, namanya bukan Bobo Junior, melainkan Ria Ricis sewaktu pamit dari YouTube.
Ini pasti menjadi momen yang berat bagi para pembaca Bobo Junior yang memang masih junior. Bayangkan, anak-anak sekecil itu harus mengalami fase sedih karena berjumpa pada titik bernama perpisahan! Kita aja sulit move on, gimana anak-anak?!
Perpisahan, apa pun wujudnya, tentu tak mudah, termasuk dengan bacaan favorit. Nggak perlu jauh-jauh. Contohnya bisa kita ingat saat situs web Mojok dikabarkan tutup. Tagar #MojokBubar menjadi tren di Twitter dan banyak orang menyayangkan perpisahan yang mendadak itu…
…sebelum akhirnya Mojok comeback dan sekarang kamu bisa membaca esai ini—esai yang mengabarkan sumber bacaan lain berhenti tayang.
Selain Bobo Junior, ada majalah anak lain yang berhenti terbit, yaitu Mombi dan Mombi Junior SD. Lucunya, Mombi dulunya bernama Bobo Kecil. Saya jadi bertanya-tanya terhadap fakta ini. Apakah Bobo memang tidak ditakdirkan menjadi anak kecil atau junior sehingga harus dihentikan? Apakah usia minimal seorang kelinci untuk menjadi tokoh utama dalam majalah anak-anak Indonesia adalah sepuluh tahun—tidak kurang?
Bersama dengan Bobo Junior, tabloid Nova juga dikabarkan akan berhenti terbit. Edisi terakhirnya direncanakan rilis sehari setelah “hari akhir” bagi Bobo Junior, yaitu pada 22 Desember 2022. Bahkan, edisi terakhir tersebut merupakan edisi bundling dari dua nomor sekaligus. Ini malah mengesankan perpisahan yang terburu-buru dan kian menyayat hati, bukan?
Saya yakin, bukan hanya saya yang dulu membayangkan kehidupan berjalan bersama tabloid. Jika masa kecil kita ditemani oleh tabloid Fantasi, masa dewasa pun akan ditemani oleh tabloid Nova. Namun, coba lihat sekarang: Tabloid mana lagi yang bisa kita andalkan?
Berakhirnya masa-masa Bobo Junior, Mombi, Mombi Junior SD, hingga tabloid Nova seolah menjadi pengingat bagi kita bahwa, pada akhirnya, perpisahan itu sungguhan ada. Momen-momen ketika pengantar majalah dan tabloid langganan datang mengantar edisi terbaru pun mungkin lama-kelamaan akan berganti dengan momen-momen lain dalam hidup. Sampai saat itu tiba—bahkan untuk masa-masa yang akan datang kemudian—saya yakin para pembaca majalah dan tabloid tersebut akan mengingat dengan baik jasa tim redaksi yang telah setia menyuguhkan bahan bacaan secara rutin dan teratur.
Terima kasih, Bobo Junior dan seluruh majalah serta tabloid yang berhenti “bertugas”. Sebagai penikmat majalah zaman dulu sekaligus K-Poper generasi dua, pesan saya cuma satu: Setelah Bobo Junior bubar, Super Junior jangan ikutan pamit. Saya masih ingin nonton konsernya!
Penulis: Aprilia Kumala
Editor: Purnawan Setyo Adi