Dari angka-angka di atas, saya dapat menarik kesimpulan bahwa pernyataan influencer itu ngawur dan tidak berdasar. Bahkan, penelitian yang dikutip si influencer itu sama sekali tidak menyebutkan bahwa paru-paru perokok lebih radioaktif daripada Pripyat dan Fukushima.
Penelitian tersebut HANYA mengukur dosis radiasi yang diterima oleh perokok. Akan lebih tepat jika kita bilang bahwa perokok lebih banyak memaparkan dirinya pada radiasi daripada bukan perokok. Padahal, paparan itu bisa mereka hindari dengan tidak merokok. Walau pernyataan ini juga dapat dengan mudah disangkal oleh perokok, “Ah, toh lebih banyak paparan radiasi daripada makanan laut. Aku tetep ngerokok aja, tapi ngurangin makan makanan laut.” Yeee, dasar ngeyel!
Membaca penelitian ilmiah dengan kritis
“Jadi, kalau radiasinya tinggi, nggak boleh makan makanan laut, dong? Terus berarti merokok nggak berbahaya, ya?”
Eits, nggak gitu, dong.
Coba, deh, dilihat angka dosis radiasi dari konsumsi makanan laut. Bandingkan dengan dosis radiasi yang kita terima secara alami. Berbeda jauh, kan? Jadi, memang, dosis radiasinya lebih tinggi dari makanan lain, tetapi tidak cukup tinggi untuk kita khawatirkan.
Kalau apakah merokok berbahaya atau tidak, ya kalau pakai argumen karena rokok itu radioaktif, ya tentu tidak. Tapi, kalau dilihat dari segi kesehatan, kandungan kimianya, dampak ekonominya, dst, dst, hmmm ya gitu, deh.
Intinya, ketika membaca penelitian ilmiah, dibutuhkan kemampuan berpikir kritis. Nggak semua penelitian itu dilakukan supaya dapat menghasilkan sebuah pernyataan absolut, loh. Kadang ya cuma untuk tahu saja. Kalau kita melakukan X, apa ya pengaruhnya ke Y? Terus kesimpulan yang ditarik juga hanya berlaku pada subjek penelitian dalam penelitian tersebut. Nggak bisa digeneralisir.
Jadi, menarik kesimpulan ngawur dari satu penelitian di luar paham keilmuan dirimu, terus merasa lebih tahu daripada orang lain, itu jelas tindakan bodoh. Kecuali kamu influencer yang berusaha keras untuk terus relevan di media sosial.
In that case: nice try, dude!
BACA JUGA Serampangan Menaikkan Cukai Rokok Bukti Dangkalnya Rasionalitas Negara dan Sri Mulyani dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.
Penulis: Sheila Amalia
Editor: Yamadipati Seno