Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Baik atau Buruk, Ia Tetaplah Ibumu

Irfan Afifi oleh Irfan Afifi
3 Juni 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – “Kenapa ibu baru menceritakannya sekarang? Ibu jahat. Gara-gara kau menetaskanku dan membesarkanku dalam pengasuhanmu, sampai hari ini aku tak bisa terbang, Bu. Ini semua gara-gara Ibu.”

Di sebuah hutan yang lebat dan jauh dari peradaban manusia, hiduplah seekor burung yang meski sudah menginjak usia remaja belum juga bisa terbang. Persis seperti ayam ia berjalan di atas tanah. Punya sayap, tapi tak bisa terbang. Ia bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri saat berjalan menyusuri hutan, semua burung sejenis dirinya bisa terbang. Demi pemandangan itu ia benar-benar mengutuki takdirnya.

Suatu hari ia memberanikan diri menanyai ibunya yang tidak bisa terbang. Ia tidak ingin memendam prasangkanya setelah memperhatikan ibunya setelah ia sadari, ternyata memiliki ciri dan jenis yang berbeda darinya.

“Apakah aku memang benar-benar anakmu, Ibu?” tanya si anak burung suatu hari.

“Inilah saat-saat yang mendebarkan bagiku. Akhirnya kau menanyakannya juga,” jawab induk burung.

“Kamu memang sejatinya bukan anakku. Namun, aku tetap ibumu karena aku yang mengeram dan menetaskanmmu hingga kau lahir. Aku, ibumu ini, memang seekor burung yang tidak bisa terbang seperti jenis burung lain.

“Aku harus ceritakan kisahnya. Dulu, suatu pagi aku sedang berjalan pelan di jalanan sunyi ketika ada sebutir telur burung tergeletak di semak-semak. Tak ada induk burung yang mengeraminya. Di hari kedua aku sengaja menengok telur burung tersebut dan telur burung itu memang tak ada yang mengerami. Aku kemudian memutuskan untuk mengeraminya dan akhirnya menetaslah telur itu. Itulah kau, Nak.

“Saat dulu menetaskanmu, aku melihat telurmu memang berbeda. Aku tersadar bahwa kau telur dari jenis burung yang bisa terbang. Maafkan aku, anakku, karena kau dibesarkan dalam pengasuhan seorang induk burung yang tak bisa terbang.”

“Kenapa ibu baru menceritakannya sekarang? Ibu jahat. Gara-gara kau menetaskanku dan membesarkanku dalam pengasuhanmu, sampai hari ini aku tak bisa terbang, Bu. Ini semua gara-gara Ibu.” Si anak burung marah dan meninggalkan ibunya dengan rasa jengkel.

Berhari-hari anak burung itu marah dan menjauhi ibunya. Ia merasa telah diasuh ibu palsu yang salah. Ia benar-benar marah atas keadaan ini. Dari hari ke hari semakin bertambah kebencian terhadap ibunya. Dari kebencian itu ia jadi ingin belajar keras agar ia bisa terbang. Jika memang benar yang dikatakan ibu palsunya bahwa ia keturunan burung yang dapat terbang, pasti ia juga bisa terbang.

Namun, ia bingung bagaimana memulai pelajaran terbangnya. Ibunya tak pernah mengajari langkah-langkah awal untuk terbang. Ia benar-benar tak tahu bagaimana cara memulainya. Ia mulai mencoba berbagai cara, tetap saja ia tak bisa terbang. Rasa putus asa mulai menghinggapi perasaannya.

Anak burung kini terpikir apakah ini memang sudah nasib yang ia harus terima. Apakah hidupnya memang ditakdirkan setidak beruntung ini? Badannya mulai lemas dan tak berdaya. Dalam situasi lemas tersebut, ia masih saja berpikir dengan rasa ingin tahu yang tak ada habisnya. Namun, badan dan pikirannya bertambah lemah dan lemas hingga ia benar-benar merasa tak berarti.

Pada titik terendah itu suara halus tiba-tiba muncul dan menuntun hati kecilnya. Ia berkata dalam hati,

“Kenapa aku selalu menyalahkan keadaanku? Kenapa aku tak bisa menerima keadaanku? Kenapa aku terus menjadi cemas dengan keadaanku sekarang? Kenapa aku tidak menerima fakta bahwa baik suka maupun tidak, kenyataannya aku memang terlahir dari eraman, tetasan, dan pengasuhan seorang induk burung yang tak bisa terbang? Kenapa aku tidak berterima kasih?

Iklan

“Bukankah jika tidak karena ibuku yang menetaskanku, aku tidak akan pernah ada di bumi ini? Siapa pun yang telah menetaskanku tentu ia bisa mengajariku bagaimana cara terbang jika aku memang burung yang bisa terbang? Bukankah ini masalah waktu saja? Bukankan ini masalah usahaku yang belum maksimal? Atau bisa jadi suatu hari pasti akan ada kearifan dan kebijaksanaan yang menuntunku untuk bisa terbang? Kenapa aku tidak menyakini dan mempercayai bahwa di masa mendatang aku akan dibawa ke suatu tahap oleh seekor induk burung yang memang telah membimbing, membawaku, dan mendidikku sejauh ini?”

Anak burung ini menitikkan air mata. Ia sekeras-kerasnya bersuara, “Ibu! Ibu! Maafkan anakmu ini! Aku telah salah menilaimu!”

Dinukil, disadur, dan dikembangkan dari Idries Shah Tale of Dervish, 1969.

Baca edisi sebelumnya: Tiga Pengelana, Petunjuk Mimpi, dan Sepotong Roti dan artikel kolom Hikayat lainnya.

Terakhir diperbarui pada 3 Juni 2018 oleh

Tags: #hikayatburung yang tak bisa terbangdongeng sufiibukisah sufi
Irfan Afifi

Irfan Afifi

Artikel Terkait

Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) nyaris drop out usai ibu tiada. MOJOK.CO
Ragam

Sibuk Skripsian sampai Abaikan Telpon Ibu dan Jarang Pulang, Berujung Sesal Ketika Ibu Meninggal

14 November 2025
Suara ibu di telepon bikin hati lapang hadapi kerasnya perantauan MOJOK.CO
Ragam

Suara Ibu di Telepon Selalu bikin Tenang usai Hadapi Hal-hal Buruk dan Menyakitkan di Perantauan

22 Oktober 2025
Rumah Setelah Ibu Meninggal MOJOK.CO
Malam Jumat

Setelah Ibu Meninggal

2 Januari 2025
ibu di upn jogja.MOJOK.CO
Catatan

Di Trotoar Dekat UPN Jogja, Seorang Ibu Setia Menanti Anak Lelakinya yang Hilang Sejak 13 Tahun Silam

20 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bagian terberat orang tua baru saat hadapi anak pertama (new born) bukan bergadang, tapi perasaan tak tega MOJOK.CO

Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega

18 Desember 2025
UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wali Kota Agustina Wilujeng ajak anak muda mengenal sejarah Kota Semarang lewat kartu pos MOJOK.CO

Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang

20 Desember 2025
Kegigihan bocah 11 tahun dalam kejuaraan panahan di Kudus MOJOK.CO

Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

16 Desember 2025
Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.