Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Arsip

Marco Kartodikromo: Sama Rasa dan Sama Rata

Redaksi oleh Redaksi
8 April 2022
A A
Marco Kartodikromo Sama Rasa dan Sama Rata

Mas Marco Kartodikromo

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Mas Marco Kartodikromo adalah jurnalis dan penulis yang lewat karya-karyanya menyerang pemerintah kolonial Belanda. Ia belajar menjadi jurnalis dari RM Tirto Adhi Soerjo. Tulisannya yang keras membuatnya beberapa kali masuk bui. 

Salah satu esai legendarisnya Sama Rasa dan Sama Rata disalahpahami Orba sebagai kepunyaan kaum komunis. Padahal esai tersebut merupakan ungkapan realitas sosial saat itu. Karya Sama Rasa dan Sama Rata, ditulis oleh Mas Marco Kartodikromo dalam tiga serial, ada yang berbentuk syair ada yang berbentuk esai. Berikut kami muat karyanya yang dalam bentuk esai. Selamat membaca. 

 

Sama Rasa dan Sama Rata

Oleh: Mas Marco Kartodikromo

 

Zuit rij nog langer ons vertrappen.

Uw h rt vereelien door het geld,

En, doof voor de elsch van recht en rede,

De zachtheld tergen toi geweld?

Dan zij d buff’I ons te………….. voor beeld,

Die aarreens me de hoornen wet,

Den wreeden oiijver in de lucht werpt

En met zijn lompen poot verplet.

Dan schroele de oorlogavlam Uw velden,

Iklan

Dan roll’ de wraak langs berg en dal,

Dan stijg’ de rook uit Uw paleizen,

Dan iriil’ de lucht van’t moordgeschal. 

Tulisan di atas itu saya kutip dari buku-buku Max Havelaar, yaitu nasihatnya Sentot Alibasah Prawirodirjo kepa­da Belanda. Tentu tuan pembaca sudah banyak yang mengetahui, siapakah Sentot itu? Yaitu jagonya Pangeran Diponegoro waktu melawan Belanda. Kurang lebih tulisannya itu begini: 

“Apakah kamu masih terus menginjak kita? Sebab kamu sudah tidak memikirkan keadilan karena kamu memuaskan hawa nafsumu buat menuang, sudah barang tentu adat itu yang harus berganti menjadi kasar, dan akhirnya kita akan memaksa kepada kamu.” 

Kita kuhandaikan menjadi kerbau, kamu yang menjadi pengembalanya, dari sebab tabiatmu yang keji kamu lakukan kepada kita orang itu, tentu kamu kita kasih ma­kanan sungu (tanduk) kita, dan kita lemparkan ke atas. Kalau kamu sudah jatuh kita kasih makanan pula dengan kaki kita. 

Disitulah waktunya api peperangan menjalar, di gunung-gunung dan desa-desa orang melawan kamu dengan mati-matian ini api akan membakar rumahmu juga, sudah tentu bermiliun-miliun orang yang akan bekeiat mati-matian.” 

Tidak saja ini waktu hati kita Bumiputra sama merasa panas lantaran laku SAWENANG-WENANG yang dijalankan oleh bangsa Belanda, tetapi zaman dulu waktu saya belum terlahir di dunia, darahnya bangsa kita sudah lama mendidih. Cuma saya ada berlainan sedikit, dulunya orang-orang bangsa kita masih sama mempunyai kemanusiaan, tetapi orang sekarang itu kemanusia’annya tak habis dimakan wedon. 

Kalau saya pikir, cepama dulu SENTOT tidak berani perang guna merebut keadilan, tentu dia juga sudah mati, tetapi kematian serupa itu boleh dikata mati yang tidak berarti, yaitu seperti kematiannya yang ter­lalu bagus sayapnya, dan saban hari makan madu dari bunga-bunga yang harum-harum, serenta dia sudah ma­ti, nyawanya telanjang tidak keruan, badannya dimakan semut atau dimakan ayam. 

Ingatlah saudara-saudara kita yang sana hidup didalam abad yang kedua puluh ini tentu tidak bisa mengetahui tahun 2000. Apakah yang mesti kita orang kerjakan di antara tahun 1918 sampai tahun 2000 itu? Apakah kita orang mesti hidup seperti kupu yang saya sehat di atas itu? Kesal!

Ini waktu kita masih disebut orang di Jawa, tetapi kalau kita tidak menjaga betul tanah dan bangsa kita, boleh jadi itu sesenoetan orang Jawa tidak bisa dipakai cucu kita karena itulah sudah sama pergi ke lain negeri buat mencari nasi sesuap guna mengisi perutnya, alias masuk orang kuntract ke Amerika (Suriname) enz. 

Kalau betul bahaya ini menyerang di tanah kita, sudah tentu tidak bangsa kaum desa saja yang terserang, tetapi kaum Ning­rat akan terserang juga, lantaran kaum Kromo dan kaum Ningrat itu sudah sama hilang dari tanah airnya, sudah tentu orang-orang asing yang sama menduduki tanah kita ini, dari itu kalau kita menjaga, supaya anak cucu kita tidak diserang itu, seharusnya kita orang Bumiputra dari kaum Kromo sampai kaum Ningrat sama bersatu hati, bersama-sama menuju ke tempat yang orang maksudkan dan enz.

Kalau kita bisa melakukan hal-hal itu, tentu akhirnya apabila kita sudah masuk di liang kubur, tentor anak cucu kita tiap-tiap hari raya atau hari yang baik, mereka itu sama datang di kubur kita buat menyebar bunga-bu­nga yang harum baunya atau membakar dupa, yaitu buat tanda kecintaannya kepada kita orang, tetapi kalau kita sekarang ini tidak awas, dan tidak berani melawan penjakit-penjakit yang berbahaya itu, anak cucu kita akhirnya mencaci maki kepada kita orang, seban dia orang hidupnya cuma jadi orang kontract yang tidak mempunyai tanah lagi. 

Ingatlah saudara-saudara: PERCAYA dan BERANI itulah senjata kita.

 

Tulisan ini dipublikasikan pertama kali di koran Sinar Hindia, 23 Mei 1918, Taon ke-19. Dimuat kembali di buku yang dikompilasi Agung Dwi Hartanto, Karya-Karya Lengkap Marco Kartodikromo: Pemikiran, Tindakan, dan Perlawanan (I:BOEKOE, 2008, hlm. 636-638)

 

Penulis: Mas Marco Kartodikromo

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA H.O.S Tjokroaminoto Soroti Peran Kepala Desa 106 Tahun yang Lalu dan Arsip lainnya di rubrik ESAI.

Terakhir diperbarui pada 8 April 2022 oleh

Tags: hindia belandaMarco Kartodikromomas marco kartodikromosama rasa sama rata
Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

Jejak Klub Anak Muda di Jogja yang Menginspirasi Pembentukan Boedi Oetomo MOJOK.CO
Memori

Jejak Klub Sosial Anak Muda di Jogja yang Menginspirasi Pembentukan Boedi Oetomo

7 Oktober 2023
Purworejo ibukota hindia belanda
Liputan

Foto-foto Lama dan Cerita Purworejo yang Gagal Jadi Ibu Kota Hindia Belanda

9 Mei 2022
5 Pertanyaan Seputar Babi Ngepet yang Tak Pernah Terjawab dengan Memuaskan
Esai

Cara Kerja Babi Ngepet dan Pesugihan di Sekitar Kita sejak Zaman Belanda

30 April 2021
Lima Teladan Retro untuk Resolusi 2016
Esai

Lima Teladan Retro untuk Resolusi 2016

2 Januari 2016
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.