Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Abdus Salam: Muslim Pertama Peraih Nobel

Muhammad Iqbal oleh Muhammad Iqbal
9 Mei 2019
A A
Hikayat-2019 - Mojok.co
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Bagi seorang jenius seperti Muhammad Abdus Salam, penerima Nobel bukanlah hal yang mengherankan. Prestasinya memang luar biasa.

Abdus Salam tercatat sebagai muslim perdana yang menerima penghargaan paling bergengsi dalam bidang sains. Titimangsa 1926, dia lahir di sebuah desa kecil di wilayah Punjab yang ketika itu masuk bagian India, tapi saat ini termasuk wilayah Pakistan.

Salam mengeyam sebagian besar pendidikannya di daerah miskin tersebut. Namun, dia menunjukkan kejeniusannya sejak sangat dini, seperti tatkala memeroleh nilai tertinggi sepanjang sejarah dalam ujian matrikulasi di Universitas Punjab ketika usianya baru 14 tahun.

Salam selanjutnya meraih gelar Master dari universitas itu sekaligus beasiswa untuk belajar ke Universitas Cambridge, tempat dia menerima Prize Smith untuk karya pra-doktoralnya yang dianggap berkontribusi sangat luar biasa untuk bidang fisika. Di tempat yang sama, dia memeroleh PhD dalam fisika teoretis.

Ketika tesisnya (dalam bidang kuantum elektrodinamika) diterbitkan (pada 1951), Salam memeroleh penghargaan dan reputasi internasional yang amat bergengsi. Saat itu, dia baru berusia 25 tahun, dan hal ihwal itu hanya merupakan awal dari riwayat kesuksesannya.

Pasca beberapa tahun kembali ke Pakistan, Salam menyadari bahwa tanah kelahirannya itu tidak memungkinkan dirinya meneruskan penelitian yang sesuai dengan kapasitas dirinya, sehingga dia memutuskan untuk kembali ke Cambridge.

Walaupun demikian, dia terus memberi sumbangan ilmiah dan pengembangan teknologi kepada negaranya, setidak-tidaknya dalam hal kebijakan. Salah satu hal yang dilakukan Salam adalah berpartisipasi aktif dalam melahirkan program teknologi nuklir Pakistan, program ruang angkasa, dan lembaga atmosfer Suparco (Fraser 2008).

Kontribusi-kontribusi utama Salam untuk sains, Dunia Ketiga, dan kemanusiaan mulai menonjol titimangsa 1960-an. Pada masa itulah dia—bekerja secara independen dari dua fisikawan Amerika (Sheldon Glashow dan Steven Weinberg), yang pada 1979 ketiganya serentak dianugerahi Peragih Nobel Fisika karena prestasi di bidang yang sama—mengembangkan teori electroweak di ranah fisika partikel, suatu sintesis matematika dan konseptual atas gaya elektromagnetik dan gaya nuklir lemah, yang merupakan langkah signifikan dalam pencarian panjang para fisikawan ‘untuk menyatukan empat gaya fundamental alam semesta (gaya gravitasi, gaya elektromagnetik, gaya nuklir lemah, dan gaya nuklir kuat)’.

Pada awal 1980-an, teori Salam-Glashow-Weinberg secara ekperimental diverifikasi oleh tim peneliti Conseil pour la Recherche Europeen Nucleaire (CERN, saat ini berganti nama menjadi Organisation pour la Recherche Europeenne Nucleaire) di Jenewa dan menghasilkan penemuan partikel W dan Z. Kiwari, teori ini menjadi bagian inti ‘model standar’ fisika energi tinggi (Guessoum 2011: 232-3).

Selain beberapa sumbangan berarti –yang bertahan lama dan bisa dikembangkan lebih luas–pada ilmu fisika, Salam juga memiliki dua kesibukan liyan: (1) membantu para ilmuwan Dunia Ketiga memaksimalkan potensi-potensi mereka dan memberi kontribusi bagi kemanusiaan, dan (2) menyelaraskan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan metode sains modern. Untuk itu, Salam menghabiskan paruh kedua dalam hidupnya dengan mengabdikan sebagian besar waktu dan energi untuk membantu para ilmuwan Dunia Ketiga.

Semula, tahun 1964, dia mendirikan International Centre for Theoretical Physics (yang berganti nama menjadi The Abdus Salam International Centre for Theoretical Physics setelah dia meninggal dunia pada 1996) di Trieste, Italia. Salam juga mendirikan Third World Academy for Sciences (TWAS) tahun 1983 (juga di Trieste) yang bertujuan memfasilitasi kontrak dan kerja sama penelitian-penelitian tingkat tinggi antara para ilmuwan Dunia Ketiga dengan beberapa organisasi tertentu.

Salam juga mendermakan semua uang dari Hadiah Nobel yang diterimanya untuk kepentingan fisikawan dari negara-negara berkembang dan tidak menyisihkan sedikit pun untuk dirinya sendiri atau keluarganya! Begitu pula dengan uang yang dia terima dari Atoms for Peace Award.

Selain itu, Salam selalu tampak sangat menjiwai keyakinan agamanya sebagai seorang muslim. Dia berasal dari komunitas muslim Ahmadiyah yang oleh banyak kalangan dianggap sebagai aliran non-ortodoks alias sempalan dalam Islam. Faktor inilah yang membuat pemerintah Pakistan tidak pernah memberinya penghargaan yang selaiknya Salam dapatkan atas kontribusi luar biasa yang dia berikan.

Salah satu pandangan yang sangat Salam yakini adalah tidak ada kontradiksi antara iman pribadinya (dan keimanan umat beragama kepada Tuhan secara umum) dan penemuan-penemuan sains yang dengannya manusia memafhumi alam dan jagat raya.

Iklan

Dalam pidato acara perjamuan hadiah Nobel yang dia terima, Salam mengutip ayat-ayat Alquran berikut: “(Dialah) Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, dan kamu sekali-kali tidak melihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dan kamu tidak menemukan cacat apa pun, sedang penglihatanmu menjadi payah” (QS. Al-Mulk [67]: 3-4).

Dia juga menambahkan, “Inilah efek iman bagi semua fisikawan: semakin dalam kita mencari, semakin banyak keajaiban yang mencengangkan, semakin kita akan terpesona” (Fraser 2008).

Salam juga sering menekankan bahwa Alquran mendorong, bahkan memerintahkan, orang-orang beriman agar merenungkan susunan alam semesta, dan itulah yang bisa dilakukan sains saat ini dengan cara yang sebelumnya dianggap tidak mungkin. Generasi saat ini, menurutnya, diwarisi hak istimewa dengan anugerah ditemukannya seluk-beluk rancangan Allah Swt. atas alam semesta.

Salam tidak terlalu bergumul dengan isu-isu filosofis seputar upaya menyelaraskan iman dengan sains modern. Meski demikian, salah satu tulisannya yang menjelaskan visi tentang sains, agama, dan kemanusiaan diterbitkan ulang menjadi sebuah bab dalam Selected Essays of Abdus Salam, edisi yang diterbitkan pada 1987 dengan judul “Ideals and Realities”.


Sepanjang Ramadan MOJOK.CO akan menampilkan kolom khusus soal hikayat dan sejarah peradaban Islam dari sejarahwan Muhammad Iqbal.

Terakhir diperbarui pada 9 Mei 2019 oleh

Tags: #hikayatAbdus Salamnobelsalam
Muhammad Iqbal

Muhammad Iqbal

Editor Marjin Kiri. Dosen IAIN Palangka Raya. Sejarahwan ngoyot.

Artikel Terkait

Komunitas Sanggar Alam: Sekolah Alternatif yang Menjadi Ruang Hidup
Video

Komunitas Sanggar Alam: Sekolah Alternatif yang Menjadi Ruang Hidup

4 Oktober 2025
SALAM, sekolah di Jogja. MOJOK.CO
Ragam

Alasan Orang Tua di Jogja Tidak Memasukkan Anaknya ke Sekolah Formal karena Sistem Pendidikan Indonesia Tidak Berubah

24 Juli 2025
Sanggar Anak Alam (SALAM) di Kabupaten Bantul melawan pendidikan di Indonesia. MOJOK.CO
Ragam

SALAM: Sekolah yang Berontak karena Masalah Pendidikan di Indonesia tapi Sering Dikira Tempat Wisata Edukasi

24 Juli 2025
Sanggar Anak Alam Itu ‘Biasa Saja’, Cuma Mengajarkan Kebiasaan Baik yang (Seharusnya) Biasa Saja MOJOK.CO
Esai

Sanggar Anak Alam Itu ‘Biasa Saja’, Cuma Mengajarkan Kebiasaan Baik yang (Seharusnya) Biasa Saja

16 Januari 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.