Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

8 Fakta Penting yang Wajib Anda Tahu Tentang Buku Bajakan

Iqbal Aji Daryono oleh Iqbal Aji Daryono
28 Mei 2021
A A
cara penulisan daftar pustaka MOJOK.CO

ilustrasi buku.MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Dua hari yang lalu, Tere Liye bikin ribut lagi karena menggoblok-goblokkan orang yang membeli buku bajakan.

Ada netizen yang bilang bahwa pembeli buku Tere Liye masih polos dan belum paham seluk-beluk pembajakan buku-buku. Oleh karena itu, sebagai sesama penulis buku (meski sedihnya buku saya nggak ada yang mbajak) sekaligus sebagai pemilik toko buku online dengan masa depan yang sangat menjanjikan (tentu masih sebatas janji-janji), saya ingin menyampaikan beberapa hal penting tentang buku bajakan.

Ini tulisan serius, tidak terlalu ke-Mojok-Mojok-an, tapi wajib Anda baca dan sebarkan. Tentu saja demi edukasi, biar pembajakan buku pelan-pelan musnah dari muka bumi.

Pertama, memang nggak gampang membedakan antara buku ori dan buku bajakan, terutama bagi kaum yang memang jarang baca dan jarang pegang buku beneran.

Yang biasa pegang buku beneran tentu hafal kalau buku bagus biasanya juga diterbitkan oleh penerbit bagus, dan penerbit bagus biasanya mau modal dikit dengan mengemas fisik buku juga dengan bagus. Minimal finishing cover-nya doff atau glossy, kadang malah dengan emboss dan UV spot pada secuil bagian.

Sementara, buku bajakan dibikin dengan prinsip ongkos produksi semurah-murahnya, sehingga kulit luarnya agak kasar tanpa finishing apa-apa.

Masalah akan terjadi kalau seumur-umur sampeyan cuma pernah pegang buku komik Siksa Kubur atau TTS yang diasong di bus-bus AKAP Surabaya-Jember. Buku-buku begituan, meski ori pun, juga diproduksi dengan prinsip ngirit yang sama dengan buku-buku bajakan.

Hasilnya, ketika referensi fisik buku yang kita tahu adalah yang cover-nya sebersahaja itu, jelas saja ketika suatu hari tiba-tiba kita iseng beli buku Biografi Gus Dur karya Greg Barton dengan harga ngawur Rp40 ribu, ya nggak bakal terlintas di otak kita untuk meraba-raba dan merasakan keanehan pada sampulnya.

Kedua, buku bajakan dijual dengan harga supermurah sampai taraf tak masuk akal.

Buku ori diberi harga wajar dengan perhitungan yang juga wajar. Di dalamnya ada rata-rata 15-20% elemen ongkos produksi, 10% royalti penulis, 35-40% persen diskon untuk reseller-langsung atau bahkan 60% kalau lewat distributor, dan sisanya laba penerbit.

Buku bajakan nggak ngitung royalti, nggak ngitung potongan distributor, dan ongkos produksinya pun ecek-ecek karena dicetak dengan kertas ecek-ecek dan kualitas tinta yang juga ecek-ecek.

Maka, tak heran Tetralogi Pulau Buru-nya Pramoedya lengkap empat judul di marketplace cuma dijual seharga Rp100 ribu, padahal normalnya bisa di atas Rp800 ribu. Atau Sapiens-nya Harari cuma dibanderol Rp30 ribu, padahal harga ori-nya sekitar Rp120 ribu.

Yang terbiasa belanja buku beneran akan paham harga wajar gituan. Tapi yang tiap hari jajannya cuma pulsa dan bakso pentol ya susah.

Ketiga, buku bajakan di marketplace kadang dijual tanpa keterangan apa-apa, tapi banyak juga yang menempelkan identitas nyempil berbunyi “repro” atau “non-ori”.

Iklan

Repro di situ maksudnya cetakan hasil scan-an. Non-ori ya maksudnya bukan ori, gitu aja kok pake dijelaskan. Sebenarnya akan lebih enak kalau ada label “bajakan” atau “colongan” atau “palsu” di lapak olshop itu. Tapi kan calon pembeli mesti dimotivasi dengan istilah-istilah penenteram jiwa.

Saya menduga, kalau olshoper-nya itu garangan seperti cah kae, dan lagi nyepik cewek, dia juga akan bilang kalau gombalan dan janji-janjinya itu sama sekali bukan palsu, melainkan cuma “non-ori”.

Keempat, buku non-ori, eh, bajakan, biasanya menguasai display di marketplace.

Saya nggak tahu kok bisa begini. Tapi kalau sampeyan mendengar satu buku laris yang sudah banyak dibicarakan, lalu kepengin beli online dengan gugling dulu “jual buku laris Anu”, yang muncul di deretan link marketplace dari paling atas sampai agak jauh ke bawah malah rata-rata yang bajakan.

Sampai-sampai, wajar juga kalau ada yang mengira harga novel Aroma Karsa Dee Lestari yang benar memang Rp35 ribu, padahal aslinya di atas Rp100 ribu.

Maka, kalau antum mau turut berjuang agar ekosistem dunia membaca dan menulis Indonesia sedikit lebih waras, mending langsung search “buku anu original” untuk tahu harga betulannya, baru kemudian belanja di lapak yang pasang harga nggak jauh-jauh amat dari harga orisinal itu tadi.

Atau kalau mau lebih detail lagi, search nama penerbitnya, lalu masuk ke web penerbit dulu untuk memeriksa harga resmi. Ribet sih ya. Kalau mau nggak ribet memang ikutan nyolong aja.

Kelima, situs-situs marketplace tidak serius mendukung pemberantasan aktivitas massal pembajakan buku.

Ini memang tuduhan berat. Tapi kritik keras sudah dilemparkan kepada marketplace yang membiarkan saja pedagang buku bajakan berjualan di tempat mereka. Konon sih ada beberapa yang sempat di-take down. Namun nyatanya toko-toko brengsek itu terus bermunculan, dan malah akun-akun baru semakin banyak.

Sebenarnya, marketplace bisa membuka saja identitas akun pedagang buku bajakan itu. Nama pemiliknya, sekaligus alamatnya. Lalu biarkan hukum rimba berbicara hoahaha.

Keenam, selain dalam format fisik kertas, ada juga PDF buku bajakan yang dibuat tanpa izin.

Ratusan PDF buku semacam itu disebarkan oleh mereka yang mengaku sebagai aktivis progresif. Mengaku berjuang demi distribusi pengetahuan yang lebih merata, sembari pura-pura lupa bahwa bersamaan dengan “distribusi pengetahuan” itu mereka menginjak-injak dan merampas hak hidup ribuan nyawa.

Ketujuh, di balik setiap huruf yang Anda baca dari buku bajakan atau PDF buku ilegal, ada sayup-sayup isak tangis perih seorang buruh penerbitan yang dipecat karena kantornya bangkrut. Ada editor yang berlinang air mata karena lama tak mendapat order lalu terpaksa menjuali perkakas dapurnya. Ada kelebat bayangan anak-anak pekerja buku yang perutnya semakin kempis dan badannya kian menyusut karena nutrisi yang layak sudah lama tak masuk ke mulut mereka.

Kedelapan, dalam waktu dekat, sebelum pertengahan 2021, Presiden didukung DPR akan segera menetapkan status darurat pembajakan buku.

Status itu akan ditindaklanjuti dengan perintah keras kepada polisi agar bekerja sama dengan situs-situs marketplace untuk melakukan razia besar-besaran kepada pelaku pembajakan buku dan pembuat PDF buku ilegal, berikut siapa pun yang menjual dan menyebarkannya, juga pembeli dan pembacanya.

Pertimbangannya adalah karena tindakan pembajakan buku merupakan pencurian terang-terangan, pembunuhan bagi ribuan pekerja buku (bukan cuma penulis), perusakan atas ekosistem literasi dan salah satu sektor riil ekonomi, penyebab semakin sedikitnya jumlah penulis dan penyedia bacaan-bacaan bagus, dan pembawa efek kebodohan masyarakat secara berkelanjutan.

Eh tapi yang nomor delapan itu tadi belum fakta beneran, ding. Masih fakta repro alias non-ori, gan!

BACA JUGA Mari Berbisnis Buku Bajakan: Cara Cepat Jadi Kaya, Tanpa Risiko, dan Dipuja Banyak Orang dan tulisan lainnya di rubrik ESAI.

Terakhir diperbarui pada 28 Mei 2021 oleh

Tags: buku bajakanDee Lestaripembajakan bukupramoedyaSapiensTere Liye
Iqbal Aji Daryono

Iqbal Aji Daryono

Penulis dari Bantul. Lulusan Sastra Jepang, UGM.

Artikel Terkait

Apakah Pramoedya Ananta Toer Membenci Musik? MOJOK.CO
Esai

Pramoedya Ananta Toer dalam Skena Musik: Laporan dari Bawah Panggung Konser “Anak Semua Bangsa”

9 Februari 2025
Pramoedya Ananta Toer Ditolak Aspal Blora MOJOK.CO
Esai

Catatan Toering: Ketika Aspal Blora Menolak Pramoedya Ananta Toer

8 Februari 2025
Pramoedya Ananta Toer Menggugat Perjanjian Giyanti MOJOK.CO
Esai

Menggugat Perjanjian Giyanti dengan Metode Pramoedya Ananta Toer

7 Februari 2025
Pramoedya Ananta Toer dan Harto: Di Bawah Kokangan Senjata MOJOK.CO
Esai

Pramoedya Ananta Toer dan Soeharto: Blora yang Berjarak 115 Kilometer dari Astana Giribangun

6 Februari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.