Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

200 Tahun Perang Jawa: Ketika Petani dan Kawula Tertindas dan Membela Martabatnya, Jawa Melawan, Kalah Rapopo

Muhidin M. Dahlan oleh Muhidin M. Dahlan
19 Agustus 2025
A A
200 Tahun Perang Jawa: Jawa Melawan, Kalah Rapopo MOJOK.CO

Ilustrasi 200 Tahun Perang Jawa: Jawa Melawan, Kalah Rapopo. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Jawa masih bergolak. Tepat di 200 tahun Perang Jawa, petani masih tertindas dan berdarah-darah membela martabatnya.

“Sejam kemudian sang Pangeran dan pengikutnya sempat bersalat maghrib di jalan raya dekat Sentolo. Esoknya, Kamis 21 Juli 1825, Diponegoro dan pamannya tiba di Selarong dan di sana dekat gua tempat Pangeran sering bersamadi dan tinggal berhari-hari dalam kesenyapan, mereka menancapkan panji pemberontakan. Perang Jawa pun pecahlah sudah” (Kuasa Ramalan, Jilid II, Bab X Menanti Ratu Adil, 2011, hlm. 707) 

Apakah ada yang peduli pada datangnya warsa #200TahunPerangJawa #DwiAbadJavaOorlog?

Ada.

Birokrasi kebudayaan pusat mengingatnya. Birokrasi kebudayaan pusat merayakannya dengan sejumlah pagelaran. Di ibu kota, Galeri Nasional dan Perpustakaan Nasional mengenangnya sedemikian rupa. Mereka menampilkan semua terkait Pangeran Diponegoro.

Lembaga-lembaga yang menjadikan Diponegoro sebagai nama institusi, baik militer maupun pendidikan, turut mengenang #200TahunPerangJawa #DwiAbadJavaOorlog. 

Walau hanya di tingkat fakultas, Universitas Diponegoro di Semarang, secara ofisial, menyelenggarakan seminar ala kadarnya demi nasionalisme dahsyat yang dikandung Perang Jawa. Demi Undip yang menjadi lokomotif perubahan dan visi akademik progresif, dan demi-demi lainnya.

Tentu saja, ini kabar baik bagi keluarga Sang Pangeran.

Merayakan Perang Jawa

Saya dan empat sejarawan muda lulusan kampus di Yogyakarta juga bermaksud merayakan datangnya #200TahunPerangJawa. Saya, Muhidin M. Dahlan, Gilang Andretti, A.S. Rimbawana, Sunardi, dan Putro Wasista Hadi turut memaknai datangnya #DwiAbadJavaOorlog ini.

Saya bersama Gilang Andretti, A.S. Rimbawana, Sunardi, dan Putro Wasista Hadi merayakan Perang Jawa (Dokumen penulis).
Saya bersama Gilang Andretti, A.S. Rimbawana, Sunardi, dan Putro Wasista Hadi merayakan Perang Jawa (Dokumen penulis).

Kami tidak seperti Undip yang bikin seminar. Kami sebagaimana manusia-manusia yang hidupnya berputar-putar di situ saja, Jogja, Sleman, Bantul, dan kadang agak jauhan dikit ke Gunungkidul dan Kulonprogo, berjalan menyusuri sejumlah spot berapi di mana peristiwa Perang Jawa terjadi.

Sialnya, karena kami semuanya tinggal di Yogyakarta. Sebagaimana kebanyakan warga atau mereka yang sudah bertahun-tahun tinggal dan tak berjarak dengan lokasi peristiwa #200TahunPerangJawa nyaris tidak memberi efek psikologis. Seperti menjalani hari biasa saja.

Untuk menginterupsi perasaan “menjalani hari biasa saja” itu, tepat di hari pertama Indonesia lahir sebagai negara, 18 Agustus, kami bergerak dengan berganti jaket harian yang membosankan.

Kami namai jaket itu “Kavaleri Selatan Radio Buku”. Dengan jaket itu, kami berjalan lagi dan berhenti di jalan yang yang pada hari-hari lain sering dilewati dengan perasaan itu-itu saja. Dengan jaket “Kavaleri Selatan Radio Buku”, kami dipaksa berhenti untuk peka melihat berbagai tempat di mana kronik panjang kekalahan manusia Jawa di Bumi Mataram terselenggara.

Baca halaman selanjutnya: Perang membela martabat.

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 19 Agustus 2025 oleh

Tags: 200 tahun perang jawajawaKiai Mojopangeran diponegoropenyebab perang jawaPerang JawaSentot Ali Basya Prawirodirjo
Muhidin M. Dahlan

Muhidin M. Dahlan

Penulis dan kerani partikelir IBOEKOE dan Radio Buku.

Artikel Terkait

Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO
Esai

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
Cerita Kebiasaan Orang Jawa yang Bikin Kaget Calon Pendeta MOJOK.CO
Esai

Cerita Calon Pendeta yang Kaget Diminta Mendoakan Motor Baru: Antara Heran dan Berusaha Memahami Kebiasaan Orang Jawa

21 November 2025
Bahasa Jawa harus dipelajari Gen Z. MOJOK.CO
Ragam

Cara Menjadi Jawa Seutuhnya dengan Mengilhami Bahasa, Tanpa Mencampurnya Jadi “Jawindo” dan Bahasa Slang ala Gen Z

24 Oktober 2025
Aksara jawa. MOJOK.CO
Ragam

Aksara Jawa Bukan Sekadar Mantra Berbau Klenik, Bisa Menyelamatkan Hidup jika Dipahami Secara Sains

23 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Teknisi dealer Yamaha asal Sumatera Utara, Robet B Simanullang ukir prestasi di ajang dunia WTGP 2025 MOJOK.CO

Cerita Robet: Teknisi Yamaha Indonesia Ukir Prestasi di Ajang Dunia usai Adu Skill vs Teknisi Berbagai Negara

16 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat "Suami" bahkan "Nyawa" Mojok.co

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

19 Desember 2025
bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.