#11 Kamu ingin punya rumah di Jogja
Punya rumah di Jogja boleh dibilang menjadi mimpinya orang Indonesia. Kamu membayangkan hidup seperti di FTV (padahal tidak juga), sembari menikmati hidup yang lambat.
Jika kamu juga ingin punya rumah di Jogja, tandanya kamu harus segera pergi dari sini. Alasan pertama, kamu perlu menabung lebih banyak dan berat. Jadi merantaulah dan kembangkan kariermu. Alasan kedua, agar kamu lupa dengan mimpimu. Karena tidak semudah itu punya rumah di sini. Sudah mahal, bisa hilang kepemilikannya kalau salah beli.
#12 Kamu rindu kedamaian
Mungkin kamu bertanya-tanya, “Jogja kan damai, kenapa harus angkat kaki?” Pertama, Jogja tidak pernah sedamai apa yang dibayangkan orang-orang. Dari klitih, konflik antar suku, sampai persekusi rasial masih jadi makanan sehari-hari warga kota ini. Belum lagi berbagai gesekan di media sosial dalam mengomentari pemerintahan autopilot ini. Kota ini bukan kota kecil yang sederhana, namun kompleks dan rentan gesekan.
#13 Kamu merasa hidup berjalan lambat
Kamu merasa jam berputar lebih lama? Merasa lama sekali menunggu satu hari untuk selesai? Mungkin Jogja bukan tempat yang tepat bagimu karena kota ini memang berjalan lebih lambat. Ini bukan hal buruk, bahkan dipandang jadi kelebihan. Tapi jika kamu bosan hidup selambat ini, sudah saatnya untuk meninggalkan kota ini. Kota-kota besar dan pusat industri menawarkan hidup yang lebih cepat. Rasanya baru saja bangun pagi, tahu-tahu sudah mau mati.
#14 Kamu bosan melihat wisatawan
Saya teringat keluh kesah seorang kawan lama yang merantau. Alasan utama dia merantau adalah bosan melihat wisatawan. “Setiap hari selalu melihat orang asing yang sibuk selfie,” ungkapnya penuh kesal. Apakah kamu juga pernah merasakan hal sama? Bosan bertemu orang asing yang nyebrang sembarangan sembari jepret sana-sini? Jogja memang harus ditinggalkan.
#15 Kamu rindu Jogja yang dulu
Makin banyak orang yang membanding-bandingkan Jogja hari ini dan dulu. Katanya, Jogja yang dulu itu lebih nyaman. Yang dulu itu lebih ramah dan murah. Apakah kamu juga merindukan Jogja yang seperti 10 atau 20 tahun lalu? Ini waktunya kamu meninggalkan kota ini. Percayalah, kota ini tidak akan kembali seperti dulu. Tidak akan seromantis waktu kamu masih dipakaikan celana oleh ibu.
#16 Kamu butuh fasilitas umum yang memadai
Apakah kamu ingin ke mana-mana naik transportasi umum yang nyaman? Atau ingin bawa kendaraan pribadi di jalanan serba mulus? Apakah kamu ingin melintasi jalanan malam tanpa takut gelap? Apakah kamu ingin fasilitas umum yang memadai seperti itu? Sayang sekali, itu tandanya kamu harus angkat kaki dari Jogja. Karena daerah istimewa ini punya fasilitas umum yang tidak istimewa.
#17 Kamu bercita-cita jadi gubernur
Semua orang bebas bercita-cita. Mau jadi dokter, polisi, atau tentara? Silakan saja. Mau jadi menteri, presiden, atau anak presiden? Itu juga boleh. Mau jadi gubernur? Boleh-boleh saja, tapi ini tandanya kamu harus angkat kaki dari Jogja. Daripada mimpimu tidak pernah menjadi nyata, kamu harus berani meninggalkan kota yang (katanya) nyaman ini.
#18 Kamu ingin bebas menyuarakan pendapat
Apakah hatimu berderak ketika melihat ketidakadilan? Ataukah jiwamu terbakar ketika melihat penindasan? Yah, mending kamu pergi dari Jogja, sih. Daripada kamu nanti malah kecewa.
Jogja memang kota pelajar dan pendidikan, tapi bukan untuk berdialektis dan membawa perubahan. Mending kalau hanya ditanya masalah KTP. Kalau sampai dianggap antek-antek perusak keistimewaan, makin repot hidupmu.
#19 Kamu capek untuk do-it yourself
Kadang kita ingin hidup lebih santai dan tenang. Tanpa sibuk memikirkan urusan pelayanan publik dan kinerja pemerintahan. Kadang kita ingin merasakan hidup dilayani sebagaimana relasi rakyat dan pemerintah yang ideal. Apalagi masalah hajat orang banyak, pasti ingin merasakan aksi pemerintah yang cepat tanggap. Kamu ingin hidup yang demikian? Maaf, tapi segera beli tiket untuk keluar dari Jogja.
#20 Kamu merasa Jogja tidak bisa diperbaiki
Ini adalah tanda terakhir untuk meyakinkanmu segera angkat kaki dari Jogja. Saat kamu sudah kelewat pesimis terhadap situasi daerah istimewa ini. Atau, ketika kamu merasa kota ini sudah rusak permanen. Bahkan saat kamu percaya bahwa Jogja sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Memang, kota ini sudah remuk akibat pengabaian bertahun-tahun. Tapi bolehlah kita berani berharap bahwa kota ini akan lebih baik. Tapi jika kamu pesimis, maafkan Jogja yang telah membuatmu kecewa.
Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Jogja Terbuat dari Tumpukan Kebohongan yang Terlanjur Dipercaya Banyak Orang dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.