MOJOK.CO – Debat pilpres 2019 disinyalir nggak bakal berbeda dengan debat pada 2014. Idih, kata siapa? Ini lho kami menemukan 4 perbedaan fundamentalnya.
Detik-detik debat pilpres-cawapres pertama Pilpres 2019 sebentar lagi akan dimulai. Beberapa keriuhan sudah terjadi di media sosial. Bahkan tagar #MojokinCapres yang diinisiasi akun @mojokdotco melalui pertanyaan-pertanyaan unfaedah yang ditujukan kedua pasangan capres-cawapres sudah mulai trending di jagat Twitter.
Bertebarannya sampah digital di medsos kurang lengkap rasanya jika kami tidak ikut serta menyambut dengan gempita. Apalagi ada yang menuding bahwa debat pilpres kali ini nggak bakal terasa beda karena capres yang bertanding sudah pernah ketemu saat debat pilpres lima tahun silam.
Paling bedanya ya cuma dikit banget: Jokowi berpengalaman jadi presiden, Prabowo berpengalaman jadi capresnya doang.
Pun dengan polarisasi antara Cebong dengan Kampret yang terjadi pada periode sekarang. Hal yang disinyalir merupakan imbas dari Pilpres 2014. Arus pertarungan politik di eksekutif sampai parlemen sepanjang lima tahun ini, semua bertunas dari apa yang terjadi pada waktu itu.
Wajar jika debat pilpres pertama 2019 dianggap nggak bakal banyak berbeda dengan yang terjadi pada debat 2014. Bahkan sampai ada yang pernah usul kalau mending debat ini nggak usah aja, lha wong orangnya juga masih itu-itu aja, pendukungnya juga masih itu-itu aja.
Hm, melihat sikap skeptis seperti itu, Mojok Institute bekerja sama dengan NASA melalui kombinasi ilmu laduni dan horoskop mencoba menjawab kenapa debat pilpres 2019 kali ini begitu penting karena berbeda dengan debat 2014.
Tidak main-main, bahkan kami menemukan 4 perbedaan monumental yang luput diperhatikan oleh khalayak ramay. Apa saja itu? Cekidot.
Beda Nasib Gubernur DKI Jakarta
Sekilas posisi Gubernur DKI Jakarta sama-sama tanpa pasangan dalam menyambut debat pilpres pertama dua tahun sesudah dilantik, baik saat 2014 maupun 2019.
Jika lima tahun silam Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sempat harus sendirian karena Jokowi mundur untuk nyapres posisi awalnya adalah Wakil Gubernur DKI, kali ini gantian Anies Baswedan yang sendirian karena Wakil Gubernurnya yang mundur.
Bedanya, ketika Jokowi maju sebagai capres pada 2014, gelombang protes muncul karena menganggap Gubernur DKI terpilih saat itu tidak menyelesaikan masa jabatannya. Uniknya, gelombang protes ini tidak muncul saat Sandiaga mundur meski alasannya sama.
Mungkin karena peran Sandiaga dirasa nggak penting-penting amat, jadi masyarakat Jakarta selo aja kalau dia mundur. Ya maklum, sama-sama Islam jadi wakil ini kok.
Nomor Urut
Nomor urut dalam capres ibarat nomor punggung bagi pemain bola. Ada nilai-nilai sakral tersembunyi dari pemilihan nomor urut capres saat Pilpres. Kalau kamu ingat, pada 2014 silam Jokowi mendapat nomor urut 2 dan Prabowo dapat nomor urut 1.
Nah, kali ini justru Prabowo yang dapat nomor urut 2 dan Jokowi nomor urut 1.
Mengejutkan ya?
%$^&(@)*^@
Perbedaan ini jelas sangat fundamental bagi tim sukses Jokowi dan Prabowo, terutama untuk slogan kampanye mereka berdua. Padahal kami yakin betul bahwa Tim Sukses Jokowi pasti ngebet banget bisa dapat nomor urut 2 lagi.
Ya biar enak aja kalau mau kampanye; “Salam dua jari, salam dua periode.” Enak aja disebutin.
Lah dengan nomor urut yang sekarang, para pendukung Prabowo cukup enak kalau mau bikin slogan kampanye berdasar nomor urutnya, “Salam satu jari, salam satu periode.”
Pasangan
Selain soal nomor urut, saat debat pilpres 2014 silam, pasangan Jokowi dan Prabowo juga beda dengan debat pilpres 2019. Ini benar-benar informasi berharga yang luput diperhatikan oleh banyak media massa terkemuka—tentu saja kecuali Mojok.
Jika dulu kedua capres ditemani oleh dua wajah senior; Jusuf Kalla di kubu Jokowi dan Hatta Rajasa di kubu Prabowo, kali ini keduanya ditemani oleh—sama-sama—wajah baru dalam dunia politik: Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno.
Ya beda dong antara Ma’ruf Amin sama Jusuf Kalla, apalagi Sandiaga Uno sama Hatta Rajasa. Dari namanya aja beda, bijimana sih? Masa gitu aja minta dijelasin.
Umur
Saat debat pilpres pertama pada 2014 silam, Jokowi berusia 52 tahun. Sedangkan saat debat pertama pada 2019 usia Jokowi 57. Hal yang sama juga berlaku dengan Prabowo Subianto. Ya iya dong, kalau Jokowi jadi tambah tua masa iya Prabowo nggak tambah tua? Emang beliau Wolverine?
Saat debat 2014 silam usia Prabowo 62 tahun, sementara saat debat pilpres 2019 beliau berusia 67 tahun. Angka itu menunjukkan bahwa baik Prabowo mau pun Jokowi sudah bertambah tua sebanyak 5 tahun.
Uniknya, meski mereka berdua tambah tua masing-masing 5 tahun, ternyata jarak usia Jokowi dengan Prabowo tidak berubah. Tetap berjarak 10 tahun padahal ini sudah tahun 2019.