Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Khotbah

Semudah Itu kah Seorang Muslim Kamu Bilang Murtad?

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
22 Februari 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kan tidak bisa seorang muslim yang mencuri motor atau melakukan zina langsung dicap murtad? Dosa sih iya, lah kalau murtad? Memang situ siapa?

Dengan terpogoh-pogoh Mas Is mendatangi kediaman Gus Mut. Ada sebuah kabar yang sepertinya ingin segera disampaikan.

“Gus, gawat, Gus, ini ada pemurtadan massal di Gereja Jalan Kota,” kata Mas Is buru-buru.

Gus Mut yang sedang diajak bicara masih memberi makan ikan di kolam samping rumah. Masih memakai sarung dan kaos singlet, tentu Gus Mut agak kaget dengan informasi dari Mas Is.

“Ini, Gus, udah nyebar ini infonya,” kata Gus Mut menunjukkan layar hapenya.

Gus Mut melihat sebuah percakapan di whatsapp grup, lalu bola matanya tertarik pada sebuah kepceran foto portal berita di sana. Disebutkan ada sekelompok mahasiswi berjilbab yang memasuki gereja sambil membawa lilin lalu ada kalimat provokatif: “Masya Allah, terjadi murtad massal oleh beberapa mahasiswi di Gereja Jalan Kota.”

Gus Mut cuma tersenyum sejenak, lalu bertanya, “Kepceran ini dapat dari mana?”

“Dari sepupu saya, Gus. Kenapa emang?” tanya balik Mas Is.

“Oh, nggak apa-apa.” Gus Mut melengos aja sambil tetap memberi makan ikan.

“Terus apa yang kita lakukan Gus kalau keadaannya seperti ini?” tanya Mas Is.

Gus Mut masih heran Mas Is mengejarnya terus.

“Emang baiknya aku harus gimana, Mas?” tanya Gus Mut.

“Ya gimana kek, datangin gerejanya kek, atau kumpul bareng barisan umat Islam yang lain untuk bikin konsolidasi kek,” kata Mas Is geregetan.

“Buat apa?” tanya Gus Mut.

Iklan

“Ya biar… ya kan nggak bisa dong Gus kalau umat muslim dimurtadkan satu demi satu begini. Lama-lama umat Islam pada murtad semua dong,” kata Mas Is.

“Ah, kata siapa?” tanya Gus Mut santai.

“Sekarang mungkin Gus Mut bisa meremehkan gerakan kayak begini, tapi kalau hal begini dikasih napas, lama-lama bisa berkembang sampai ke keluarga kita. Iman masyarakat kita bisa tergerus nih lama-lama,” kata Mas Is.

Gus Mut terkekeh.

“Berarti memang yang takut murtad itu sebenarnya imannya belum kuat aja. Atau jangan-jangan memang nggak punya iman, atau malah cuma karena selama ini takut ketahuan kalau nggak punya iman?” kata Gus Mut.

Mas Is diam sejenak. Mencoba mencerna.

“Maksudnya, Gus?” tanya Mas Is.

“Sekarang begini aja. Misalnya aku turutin semua keinginanmu, aku datangin gereja, aku kumpulin semua teman-teman, terus mau gimana? Mau maksa orang-orang yang kamu tuduh murtad tadi masuk Islam lagi?” tanya Gus Mut.

Mas Is terdiam sejenak.

“Memang yang pegang hidayah itu aku? Aku kasih kayak aku kasih Chiki gitu?” tanya Gus Mut.

“Ya paling nggak kan Gus Mut bisa menegur pihak gereja. Nggak usah provokatif begitu lah kalau bikin acara. Apalagi kalau memang udah mau masuk agama mereka ya nggak usah pakai jilbab lah kalau begitu. Itu kan memancing pertikaian namanya,” kata Mas Is.

“Mas Is, begini. Yang bisa dipancing itu ya yang akalnya selalu kalah sama nafsunya. Contohnya ikan-ikan ini,” kata Gus Mut sambil menunjuk kolamnya, “Tuh lihat, kalau ikan ini udah kenyang, udah aku kasih makan seharian, pasti susah kalau mau dipancing orang. Tapi kalau masih ada ikan yang seharian kenyang lha kok masih aja kena pancing, berarti apa artinya? Ya ikan itu tamak, nafsunya melebihi kapasitas otaknya. Celaka lah ia, hidup berakhir jadi pepes.”

Mas Is masih terdiam, antara paham dan tidak.

“Tapi masa kita nggak merespons apa-apa, Gus, sama kejadian kayak begini?” tanya Mas Is lagi.

“Siapa bilang aku nggak merespons. Aku kan ngajar ngaji anak-anak kampung sini. Ngajar anakmu juga. Ngajar keponakannya Fanshuri, tetanggamu juga. Mungkin bagi beberapa orang, membela agama itu harus turun ke jalan, tapi justru yang dekat-dekat lah yang prioritasnya harus diberesin dulu. Keluarga dulu, tetangga dulu. Meski begitu, buat yang bela agama turun di jalan itu, bisa jadi sih udah hebat semua, udah bisa membereskan agamanya sendiri dan lingkungan di tempat tinggalnya. Kalau aku sih ya belum mampu,” kata Gus Mut.

“Tapi kan ini murtad, Gus. Bahaya lho, Gus,” Mas Is masih berusaha membujuk Gus Mut agar bertindak.

“Sekarang aku tanya. Kok kamu berani benar sebut mahasiswi itu murtad semua? Memang definisimu murtad itu apa?”

“Ya keluar dari Islam, Gus.”

“Ya keluar dari Islam itu yang bagaimana?” tanya Gus Mut.

Mas Is tidak menjawab.

“Sekarang aku tanya, kalau ada orang muslim curi motor itu murtad nggak?”

Mas Is menggeleng.

“Kalau ada muslim berbuat zina, itu murtad nggak?”

Mas Is menggeleng.

“Nah, kalau ada seorang muslim ia LGBT, itu murtad nggak?”

“Wah, kalau itu murtad, Gus,” jawab Mas Is cepat.

Gus Mut terkekeh. “Tahu dari mana kamu? Kan KTP-nya masih Islam,” kata Gus Mut.

“Tapi kan mereka pernah dilaknat, Gus. Sama kayak umatnya Nabi Luth,” jawab Mas Is.

“Mereka semua memang berbuat dosa dalam keyakinan seorang muslim. Bahkan yang LGBT. Tapi kalau murtad, ya nggak ada yang tahu kecuali Allah. Sama seperti seseorang bisa jadi mualaf dalam kesunyian, seorang muslim juga bisa jadi murtad dalam kesunyian. Tanpa orang lain tahu. Dan karena nggak ada orang yang tahu, nggak berhak orang kasih tahu itu,” kata Gus Mut.

Mas Is bergeming.

“Iman itu kepercayaan. Dan kepercayaan itu lahir dari pengalaman. Sebagaimana pengalaman orang beda-beda, kepercayaan orang juga beda-beda. Bahkan yang satu agama. Ada yang lebih percaya Allah itu Maha Pemurah, ada yang lebih percaya Allah itu Maha Besar, ada yang percaya Allah itu Maha Pengasih, dan yang percaya yang lain-lain juga. Kalau semuanya kamu seragamkan, ya itu bukan iman lagi namanya. Kalau nggak sesuai sama standar pengalamanmu kamu anggap nggak iman, murtad, dan lain sebagainya. Ya itu mah bukan iman…”

“Lah terus namanya apa, Gus?” tanya Mas Is.

“Itu namanya kalkulasi. Dan itu yang buatannya manusia,” jawab Gus Mut sambil melemparkan pakan ikan ke kolam.


*) Disarikan dari ceramah Gus Baha’ dan pernyataan Sudjiwo Tedjo

Terakhir diperbarui pada 22 Februari 2019 oleh

Tags: AllahgerejamualafmurtadMuslim
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

‘Katanya Pancasila, Tapi Pakai Jilbab Saja Tak Boleh’ - Cerita Pekerja Jakarta yang Dipecat Gara-gara Tak Mau Melepas Hijab.MOJOK.CO
Kotak Suara

Membangun Citra Islami Efektif Bantu Calon Mendulang Suara

4 Agustus 2023
Menengok Bunda Maria, Yesus, Kaligrafi Allah dan Muhammad di Masjid Hagia Sophia MOJOK.CO
Histori

Menengok Bunda Maria, Yesus, Kaligrafi Allah dan Muhammad di Masjid Hagia Sophia  

4 Juni 2023
katolik dan kristen protestan mojok.co
Sosial

Katolik dan Kristen Protestan Serupa tapi Tak Sama, Ini Beberapa Perbedaannya

14 Februari 2023
jadwal misa natal di jogja mojok.co
Kilas

Jadwal Kebaktian dan Misa Natal di Jogja 2022

23 Desember 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.