Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Corak Mop

Kiat Khusus Agar Tidak Dihukum Dua Tahun Penjara Meski Bawa Lari Sapi Tetangga

Rijal Januari Utomo oleh Rijal Januari Utomo
19 Februari 2018
A A
Mop-Sapi-MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

[MOJOK.CO] “Daripada menanggung hukuman penjara, mending kau bacalah kiatnya dulu sambil terkekeh…”

Saya Cuma Mau Keluar…

Sebagai seseorang yang mendapuk dirinya bapak-bapak milenial zaman now, Daeng Sangkala memiliki ritus nongkrong di warung kopi bersama bapak-bapak lain yang semazhab dengannya. Sebagaimana malam-malam biasanya, hari itu mereka melarikan diri dari omelan istri-istri mereka dengan berbekal kopi, rokok, dan tentu saja yang tak boleh ketinggalan, permainan domino. Di lingkaran mereka juga terdapat Daeng Rewa, seorang haji pemilik warkop tersebut.

Menghampiri tengah malam, permainan diakhiri. Mereka semua kembali ke peraduannya masing-masing. Daeng Rewa kembali ke rumahnya yang hanya berjarak tiga ruko dari warung kopinya.

Sepulangnya dia, setelah membersihkan tubuh dan bersiap-siap hendak istirahat, baru saja rebahan, HP-nya tiba-tiba menyala.

“Halo, Daeng Rewa, jam berapa besok buka warkop ta?”

“Oe, siapa ini malam-malam telpong? Ini jam 2 malam!” bentaknya.

“Saya Sangkala, Daeng, mau ja tanya jam berapa warkop ta (kamu) besok buka?”

“Oe Sangkala, kau kelewetang ko, masa jam begini kau telpong ka (saya) setang. Biar saya buka besok, saya tidak mau kasih masuk ko!”

“Saya tidak mau ji masuk, Daeng Rewa. Saya mau ja keluar, kodong (kasihan) takkunci (terkunci) ka di WC!”

Daeng Rewa mematikan HPnya. Segera.

 

Makanya Minum Antimo

Semenjak berkeluarga, Daeng Sangkala telah menghentikan total kegemarannya menenggak Ballo’ (arak/minuman keras khas Makassar). Namun, hari itu adalah pengecualian. Salah seorang kawan karibnya telah kembali dari perantauan lalu mengajak Daeng Sangkala untuk minum-minum seperti masa mereka muda dulu. Meski berat, pada akhirnya Daeng Sangkala mengiyakan ajakan tersebut. Demi solidaritas, katanya.

Iklan

Kedua kawan lama itu lalu menuju sebuah tempat di mana mereka menghabiskan waktu belasan tahun silam. Di sana, mereka mulai menuang ballo’ secara bergantian. Gelas pertama untuk Daeng Sangkala. Gelas kedua untuk kawannya. Begitu seterusnya, sampai mereka menghabiskan botol ketiga.

“Aiih, oleng ma saya Sangkala. Nda bisa ma (Saya sudah oleng Sangkala. Sudah tidak bisa).”

“Apa ji, paccena (cemen).”

“Kau kassa’ (kuat) mu di’ (ya)? Nda mabok-mabok pako (Masih belum mabuk-mabuk).”

“Nassami. Ka sudahka minum antimo (Ya iyalah. Saya sudah minum antimo).”

 

Ujung-ujungnya Judi

Siang yang terik sepulang sekolah. Sebelum sampai di rumah, Irahing menyempatkan diri untuk singgah di sebuah lapangan kecil pinggiran kota. Di sana, berkumpullah beberapa teman sebayanya sedang asyik bermain kelereng.

Tapi ada sesuatu yang aneh: setiap kali seseorang mengenai kelereng lawannya, yang kalah tidak membayar yang menang dengan kelereng sebagaimana biasanya, melainkan dengan uang. Melihat ada indikasi judi yang sedang dilakukan teman-temannya, Irahing mendatangi mereka.

“We, jangko sewa uang. Ndak boleh itu (We, jangan main judi uang. Tidak boleh itu).”

“Siapa sede’ bilang?”

“Ibu Guru tadi bilang, di sekolahku.”

“Ah, balle balleko (bohong-bohong) pasti.”

“Ih, serius ka. Kalo ko ndak percaya, mauko sewa? (Ih, saya serius. Kalau kau tidak percaya. Mau taruhan?)”

 

Balas Dendam

Sore yang cukup cerah di kota Makassar. Irahing sedang menunggu penjual jalangkote (panganan khas Makassar yang terbuat dari tepung terigu berisi berbagai macam sayur, telur, dan terkadang daging) yang saban sore melintas di depan rumahnya.

“Jalangkooteee…” Suara khas penjaja jalangkote mengagetkan Irahing.

“Jalangkotee, sini ki,” panggil Irahing.

Penjual jalangkote itu, seorang bocah 8 tahun, mengampiri Irahing. Tapi asal kau kenal Irahing, kau pasti tahu misi utamanya tentu bukan untuk membeli jalangkote.

“Siapa ini yang bikin jalangkotenu?” Irahing mulai bertanya.

“Bapakku.”

“Kalo kau, siapa bikin ko?”

“Eeh… Bapakku.”

“Ih, berarti ko sodara itu sama jalangkote, masa ko jual.”

Penjual jalangkote garuk-garuk kepala. Irahing tertawa, puas sekali.

Keesokan harinya, di tempat dan waktu yang sama, Irahing kembali menunggu di depan rumahnya.

Si pedagang jalangkote kembali singgah di hadapan Irahing setelah sebelumnya dipanggil. Seperti tidak ada kapoknya.

“Ada ji jalangkote?” Irahing mulai beraksi.

“Iye’ ada ji.”

Irahing lalu mengambil sebiji jalangkote.

“Apa isinya ini jalangkotenu?”

“Ih, apa ku taukan ki, nda pernah ka masuk di dalam (Mana saya tahu, saya tidak pernah masuk ke dalam).”

Pedagang jalangkote tertawa. Puas sekali. Tak ada yang lebih manis melebihi manisnya balas dendam.

 

Hanya Perlu Tanggung Jawab

Belum lama ini, dua tetangga Daeng Sangkala, Baso’ dan Bundu terlibat kasus yang berbeda yang memaksa mereka menjalani sidang masing-masing.

Ini hasil putusan dari Pengadilan Negeri:

“Bundu dihukum dua bulan penjara sebab membawa lari perempuan tetangganya.”

“Baso’ dihukum dua tahun penjara, sebab membawa lari sapi tetangganya.”

Baso’ pun memprotes keputusan tersebut.

“Pak Hakim, saya tidak terima putusan pak hakim. Masa si Bundu membawa lari perempuan tetangganya cuma dihukum dua bulan, na saya cuma bawa lari sapi tetangga dihukum dua tahun. Saya protes… Saya tidak terima!”

“Kammanne Baso’… Anjo (itu) Bundu divonis dua bulan sebab berani tanggung jawab, terus mau nakawini perempuan yang dia bawa lari. Kau iya? Kau mau kawin sama yang kau bawa lari, tidak? Kalo mau ko, vonisnya diubah jadi dua hari.”

 

Makan Setan

Aco, teman sekelas Irahing, dengan wajah yang pucat pasi menceritakan sebuah kejadian yang baru saja dia alami.

“Masa’ tadi waktu pergika WC ada ku lihat setang…” buka Aco yang tentu saja langsung dirubungi oleh teman-temannya, “Sudahmi ku bacakan Ayat Qursi tapi ndak mau lari setangna.”

“Aiih salahko memang, saya juga pernah ketemu setang, tapi langsungji lari,” tetiba Irahing memotong Aco. Semua mata kini mengarah ke arahnya.

“Iyokah? Apa itu nubaca?” tanya Aco penasaran

“Allahumma baariklanaa fii maa razaktanaa wakinaa azaa bannaar.”

Terakhir diperbarui pada 19 Februari 2018 oleh

Tags: antimodihukumjalangkoteMakassarmopsapi
Rijal Januari Utomo

Rijal Januari Utomo

Artikel Terkait

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO
Esai

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
KKN UGM Naik Kapal Pelni MOJOK.CO
Otomojok

Pengalaman KKN UGM Naik Kapal Pelni Menuju Maluku: Tiketnya Murah, Fasilitas Lengkap, Bonus Sarang Kecoak!

21 Juli 2024
Dokter Gigi Muda Terjerat Pinjol untuk Foya-Foya MOJOK.CO
Ragam

Terjerat Pinjol untuk Puaskan Hasrat Foya-Foya, Terpaksa Jual Emas Ibu dan Gadaikan SK ASN hingga Nyaris Bunuh Diri karena Mumet Lunasi Tagihan

9 Mei 2024
Susah-susah Kuliah Jadi Dokter Gigi tapi Berantakan Gara-Gara Bipolar, H-1 Tunangan Dibatalkan karena Calon Mertua Tak Mau Punya Mantu Gangguan Mental MOJOK.CO
Ragam

Susah Payah Kuliah Kedokteran Gigi, Setelah Jadi Dokter Gigi Bergaji Besar Malah Gangguan Jiwa sampai Tunangan Dibatalkan Calon Mertua

3 Mei 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
ILUNI UI gelar konser untuk bencana Sumatra. MOJOK.CO

ILUNI UI Gelar Penggalangan Dana untuk Sumatra lewat 100 Musisi Heal Sumatra Charity Concert

6 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.