Tanya
Dear, Mas Agus.
Selamat malam. Di masa pandemi seperti sekarang ini, izinkan saya untuk berkeluh kesah kepada Mas Agus. Saya ingin curhat tentang masalah pelik yang sedang saya hadapi dan saya yakin Mas Agus punya solusi atas masalah saya ini.
Jadi begini, Mas Agus. Singkat saja. Saya ini lelaki yang punya tampang nggak cakep-cakep amat (untuk tidak menyebutnya jelek). Yah, sebelas-dua belas lah sama Mas Agus. Saya sebelasnya, Mas Agus dua belasnya.
Tampang saya yang nggak cakep ini sungguh membuat pengalaman asmara saya sangat ketinggalan jauh dibandingkan kawan-kawan sepantaran saya. Kawan-kawan saya yang lain sudah pacaran, saya masih saja jomblo. Kawan-kawan yang lain sudah laku menikah, saya masih sama, masih tetap jomblo. Padahal sekarang usia saya sudah 27 tahun. Apa nggak ngenes itu.
Saya sampai merasa pernah sangat putus asa. Jangan-jangan sampai kapan pun, saya nggak bakal punya pacar karena wajah saya yang nggak cakep-cakep amat ini.
Sungguh, setiap kali saya mendengar ada kawan saya yang putus dan kemudian bisa dengan mudah mendapatkan gantinya, saya merasa sangat iri. Lha gimana, jangankan putus, untuk sekadar nyambung saja saya belum pernah.
Sampai sekarang, saya nggak pernah berani menembak perempuan yang saya suka karena saya yakin, wajah saya yang nggak cakep ini pasti bakal berakhir pada penolakan.
Nah, Mas Agus. Sampeyan kan wajahnya juga nggak cakep-cakep amat, tapi terbukti bisa punya pacar bahkan sekarang sudah menikah. Kira-kira, apakah Mas Agus punya resep, atau rahasia, atau semacam tips buat saya ini agar bisa punya pacar.
Mohon pencerahannya ya, Mas Agus.
~Toni
Jawab
Dear Toni, sebelumnya, saya ingin membantah pernyataan Sampeyan yang bilang kalau tampang sampeyan sebelas-dua belas sama saya. Sebab, saat saya melihat wajah Sampeyan di avatar email Sampeyan, saya merasa kita punya gap yang agak jauh. Iya, kita sama-sama jelek, tapi nggak sebelas-dua belas juga. Ya sebelas-sembilan belas lah. Saya masih jauh lebih cakep ketimbang Sampeyan.
Oke, sekarang langsung saya balas saja, ya. Ini murni jawaban bijak dari seorang bertampang jelek untuk seorang jelek lainnya.
Begini. Perempuan remaja memang menyukai lelaki bertampang cakep, namun semakin menua, semakin ia sadar bahwa tampang cakep bukan segalanya.
Perempuan akan memandang banyak hal, di mana tampang hanyalah sebagian kecil. Ada banyak nilai yang lebih utama bagi seorang perempuan. Dari mulai sikap, selera humor, kondisi finansial, komunikasi, kecerdasan, dan banyak hal lagi yang lainnya.
Jadi, jika sampeyan punya tampang yang tidak baik-baik saja, maka Sampeyan harus memastikan bahwa Sampeyan bisa mengoptimalkan nilai-nilai lain yang bisa menarik perempuan.
Jadilah lelaki yang kaya. Kalau tidak bisa, jadilah lelaki yang menyenangkan. Kalau tidak bisa, jadilah lelaki yang humoris. Kalau tidak bisa, jadilah lelaki yang cerdas. Sampeyan boleh pilih salah satu, atau salah dua, atau semakin lengkap semakin baik.
Namun ada satu hal penting yang mutlak harus Sampeyan perhatikan. Jadilah lelaki yang bisa menjadi tempat berkeluh kesah yang baik.
Lelaki itu memandang dengan mata, sedangkan perempuan memandang dengan telinga. Perempuan cenderung merasa bahagia saat ia bertemu lelaki yang membuatnya nyaman saat bercerita. Lelaki yang bisa mendengarkan dengan baik.
Kalau hal ini sudah Sampeyan miliki, niscaya, tampang Sampeyan bisa termaafkan.
Nah, kalau sudah, jangan lupa untuk memperluas pergaulan. Anda harus menebar jala seluas-luasnya. Ada banyak perempuan yang punya daya pemaafan yang tinggi untuk tampang Sampeyan. Tugas Sampeyan adalah menemukan satu saja.
Aktiflah dan jangan jadi pendiam. Menjadi pendiam itu hanya keren buat lelaki cakep. Kalau buat lelaki jelek, maka itu semakin menyepurnakan kejelekannya.
Jangan pernah takut untuk mengungkapkan perasaan Sampeyan. Kalau ditolak, cari perempuan lain, tembak lagi. Kalau masih ditolak juga, cari perempuan lain, lalu tembak lagi.
Saya jadi ingat dengan jawaban seorang aktor kenamaan Amerika (saya lupa siapa namanya) saat ditanya bagaimana ia bisa berkencan dengan banyak perempuan. Jawaban dia simpel dan sederhana. “Aku memintanya begitu saja. Kadang aku ditampar, kadang aku diludahi, namun kadang kami berakhir di restoran romantis untuk makan malam, beberapa di antaranya bahkan berakhir di kamar yang empuk.”
Intinya, jangan pernah takut untuk mengungkapkan perasaan. Gimana mau punya pacar kalau bahkan menembak saja nggak pernah.
~Agus Mulyadi