Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Corak Curhat

Seberapa Penting Isu ISIS Ketimbang Hubungan Perkawanan Kita?

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
8 Februari 2020
A A
ISIS
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Tanya

Dear, Mojok. Salam kenal.

Langsung saja, ya. Begini, Jok. Saya punya masalah yang mungkin banyak dialami oleh banyak orang. Saya punya kawan dekat, namanya Santo. Ia kawan dekat saya sejak kecil. Kawan dekat dalam arti yang sebenarnya, sebab rumah dia memang hanya berjarak dua rumah dari rumah saya.

Nah, dalam beberapa hari terakhir ini, kami berdua berdebat sangat hebat. Tema debat kami adalah isu yang sedang sangat hangat di masyarakat, yakni tentang pemulangan 600 WNI eks ISIS ke tanah air.

Saya, tentu saja merujuk berbagai pendapat para ahli, menyatakan bahwa pemerintah seharusnya tak perlu memulangkan 600 WNI eks ISIS tersebut, langkah yang paling rasional menurut saya adalah perbaikan program deradikalisasi, sebab dari data yang saya baca, keberhasilan program deradikalisasi di Indonesia saat ini bahkan kurang dari 30 persen. Itu artinya, jika 600 WNI eks ISIS tadi dipulangkan, maka akan ada banyak potensi teror yang mungkin bisa timbul karena mereka.

Sementara kawan saya, Santo, sangat meyakini bahwa 600 WNI eks ISIS tersebut layak untuk mendapat tempat dan layak untuk diberi kesempatan. Santo menganggap bahwa mereka adalah juga korban, maka tak selayaknya pemerintah menutup pintu.

Saya ingin sekali mendebat Santo, tentu saja dengan data-data komperehensif yang saya punya. Namun ternyata, Santo orangnya ngeyel, dan tetap kekeh pada pendapatnya. Nada bicaranya bahkan menjadi sangat keras ketika saya mencoba mendebatnya. Kami jadi tegang dibuatnya. Saking tegangnya, kami sampai tidak bertegur sapa dua hari belakangan ini. 

Menurut Mojok, apa langkah terbaik yang harus saya ambil agar saya bisa meyakinkan Santo bahwa pendapatnya itu salah dan berbahaya. Barangkali Mojok punya saran.

~Yudi.

 

Jawab

Dear Yudi.

Sebelum jauh membahas tentang langkah apa yang sebaiknya Anda lakukan untuk meyakinkan Santo, tampaknya lebih baik jika kita memulai dengan pertanyaan berikut: “Apa urgensinya sampai Anda merasa harus meyakinkan Santo?”

Ini pertanyaan penting menurut saya. Begini, dalam setiap isu, akan selalu ada pertentangan pendapat. Ini biasa dan memang seharusnya begitu. Nah, dalam kasus pemulangan WNI eks ISIS, pendapat Anda bisa jadi benar dan bisa jadi salah. Begitu pula pendapat Santo.

Nah, yang kemudian menjadi pertanyaan lanjutan yang patut untuk direnungkan adalah, seberapa penting isu ini dibandingkan dengan hubungan baik Anda dengan Santo sebagai kawan?

Begini, kadang kita ini terlalu fokus memikirkan masalah yang sebenarnya berada di luar jangkauan kuasa kita. Sialnya kita memikirkannya sembari mengorbankan hal-hal yang sebenarnya dekat dengan kita. Contohnya ya perdebatan antara Anda dengan Santo ini. 

Iklan

Kalau dengan perdebatan tentang pemulangan WNI eks ISIS ini justru membuat hubungan baik antara Anda dengan Santo, kenapa tidak diakhiri saja debat itu? Apakah susah bagi Anda untuk mengiyakan pendapat Santo? Mengiyakan pendapat Yanto, atau setidaknya tidak mendebatnya, bukankah adalah hal yang sangat mudah?

Kita kadang harus sadar, bahwa tidak semua perdebatan harus dimenangkan. Kadang, perdebatan memang cukup dibiarkan mengambang saja agar tetap menjadi perdebatan.

Yang jelas, hubungan baik antara Anda dengan Santo, itulah yang harus Anda perjuangkan dan Anda menangkan. Sebab, mau warga eks ISIS pulang ke Indonesia atau tidak, tetap saja Santo yang bakal menengok Anda kalau Anda sakit. Santo-lah yang bakal menolong Anda kalau Anda terkena musibah, bahkan pada titik yang paling hitam, Santo-lah yang mungkin bakal ikut menggotong keranda mayat juga menyolatkan Anda kalau Anda meninggal.

Permasalahan tentang ISIS, biarlah itu menjadi urusan pemerintah. Kita pasrah saja sama mereka. Yah, walau kadang mereka sering tidak becus kerjanya, tapi setidaknya, mereka pasti jauh lebih kompeten soal ini ketimbang kita.

Urusan kita sederhana. Menjaga sahabat-sahabat dekat kita agar tetap dekat. Membangun pagar kenyamanan agar mereka tidak menjauh dari kita.

ISIS memanglah organisasi teror yang mengerikan. Namun percayalah, merusak hubungan perkawanan gara-gara berdebat tentang hal yang tak perlu adalah juga bentuk teror yang tak kalah mengerikan.

Semoga hubungan Anda dengan Santo baik-baik saja.

Terakhir diperbarui pada 9 Februari 2020 oleh

Tags: debatisiskawan
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Bashar Al Assad Minggat, Suriah Dikuasai Alumni Al Qaeda MOJOK.CO
Esai

Ketika Alumni Al Qaeda Memimpin Pemberontakan terhadap Bashar Al Assad di Suriah dan Mereka Menang

10 Desember 2024
Agar Argumen Ade Armando soal Waktu Sholat Lebih Kontroversial
Esai

Agar Argumen Ade Armando soal Waktu Sholat Lebih Kontroversial

23 November 2021
Kamu Bukan Takut saat Mereka Bilang Musik Haram, Kamu Takut sama Ketidaktahuanmu
Khotbah

Kamu Bukan Takut saat Mereka Bilang Musik Haram, Kamu Takut sama Ketidaktahuanmu

17 September 2021
Ciri-Ciri Akun Twitter yang Sebaiknya Anda Tidak Berdebat Dengannya MOJOK.CO
Pojokan

Ciri-ciri Akun Twitter yang Sebaiknya Anda Tidak Berdebat Dengannya

25 Juli 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.