Tanya
Dear Mas Agus, ijin curhat, yes.
Oke, langsung saja. Begini, Mas Agus. Hampir saja aku lupa rasanya jatuh cinta. Terakhir kali aku merasakan jatuh cinta sepertinya tujuh tahun lalu, itu pun aku ngga yakin, beneran jatuh cinta atau cuma sekadar suka. lha wong awalnya biasa-biasa aja, lama lama jadi suka gara-gara temenku sering ngeciye ciyein. Pokoknya witing tresno jalaran soko di-ciye-ciye-ni konco.
Nah, dua tahun terakhir ini, aku dekat dengan sahabatku yang kukenal dari organisasi yang sama, sebut saja Bambang. Kita sudah berteman lebih dari 5 tahun. Kata orang, dia lelaki yang nyaris sempurna. Lebih ganteng dari babang tamvan tentunya, sholih (ya minimal sholat 5 waktunya nga pernah bolong, kecuali kalau ketiduran), dan pinter banget, dia aktif di kegiatan riset dan sekarang bekerja di lembaga riset di Jakarta.
Dia perhatian. Sering antar jemput saat rapat, diskusi bareng, sering ngasih motivasi, nasihat, dan lain-lain. Sampai pada suatu hari aku tahu kalau dia ternyata sudah punya pacar, dan pacarnya itu sahabat aku. Hubungan mereka sudah jalan sekitar 3 bulan. Hatiku sakit, perih, dan tercabik-cabik. Karena rasa sakit itulah aku baru sadar kalau aku sebenarnya jatuh cinta ke Bambang. Sebuah perasaan yang tak pernah kuduga dari hubungan persahabatan.
Beberapa bulan berikutnya, terdengar kabar kalau hubungan Bambang dengan sahabatku putus karena tak dapat restu orang tuanya. Aku ikut sedih, tapi agak lega dan sedikit senang juga, ya ini manusiawi sih.
Tak lama setelah Bambang dan sahabatku putus, aku dekat sama seorang lelaki, namanya Arman. Aku kenal Arman saat ada kegiatan dan kita kerja bareng di kegiatan itu. Dia lelaki yang tak suka basa-basi. Kami memang belum pacaran, tapi dia sudah punya rencana ke depan terkait hubunganku dengannya. Meskipun aku tak jatuh cinta sama dia, namun aku suka dengan rencana-rencana dia. Ya begitulah, yang selalu ada akan kalah dengan yang gercep ngajak serius. Eaaaaa
Tak berapa lama juga Bambang tiba-tiba mencoba mendekatiku, bilang kalau dia suka sama aku. Dia juga baru sadar akan hal itu ketika dia tahu aku dekat dengan cowok lain dia ngerasa sakit. Mungkin sakitnya kayak yang aku rasain waktu dia pacaran sama sahabatku dulu. Dari situ aku galau pwoool. Bambang, lelaki yang aku kenal lima tahun lebih tiba-tiba bilang suka di saat aku sudah dekat dengan Arman, lelaki yang baru kukenal beberapa bulan lalu.
Jujur saja, aku masih sangat cinta sama Bambang dan baru mengenal serta baru mulai belajar mencintai Arman, tapi itu susah banget, bahkan aku belum bisa mencintai Arman sampai berbulan bulan. Hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk tidak menjalin hubungan dengan kedua orang itu.
Perasaanku tertekan karena aku menjalin hubungan sama seseorang yang nggak aku cinta, sedangkan jika aku sama Bambang pacaran, kemudian suatu hari terdapat konflik, aku takut tidak bisa menjalin persahabatan yang sudah kami jalin lima tahun lebih ini.
Sekarang, aku dengan Arman maupun dengan Bambang masih menjalin hubungan dengan baik, namun aku tidak tahu bagaimana dengan perasaan kita masing masing. Yang jelas aku masih jatuh hati sama Bambang yang sekarang tengah merantau ke Jakarta. Banyak lelaki yang kutemui, tapi aku masih belum bisa tertarik, bahkan ada beberapa lelaki yang sudah mengajak serius. Tapi aku masih takut. Amat sangat takut jika hidup bersama namun tak bisa saling cinta.
Jadi pripun ya mas Agus?
Dariku, sebut saja Mawar.
Jawab
Dear Mawar. Saya turut prihatin dengan kebimbangan hati Sampeyan atas dua pilihan yang ada di depan mata Sampeyan.
Begini, saya percaya, bahwa setiap pilihan yang ada di dalam hidup kita ini selalu penuh dengan konsekuensi. Selalu ada kurang dan lebihnya. Kadang, kita ketemu sama orang yang cakep, baik, kaya, tapi ternyata goblok. Kadang kita ketemu yang pinter, cakep, kaya, tapi bajingan. Eh, giliran ketemu yang pinter, cakep, kaya, nggak bajingan, ternyata sudah punya anak dua.
Intinya, semua pilihan selalu ada minusnya.
Nah, dalam hal ini, Sampeyan bingung pada pilihan antara Bambang dan Arman.
Arman, yang walau baru sebentar kenal Sampeyan, tapi sudah berani memaparkan dan mempresentasikan rencana-rencana masa depannya. Tapi sayangnya, Sampeyan belum bisa mencintainya sepenuhnya. Sementara Bambang, yang Sampeyan merasa sudah punya rasa cinta yang nyetrum-nyetrum hati Anda, ternyata telat dan kurang sigap.
Nah, dalam hal ini, siapakah yang harus dipilih?
Mohon maaf, saya nggak bisa ngasih saran siapa yang harus Sampeyan pilih. Kenapa? Sebab dalam setiap hubungan, masing-masing selalu punya prioritas.
Misal gini, ada perempuan yang suka dengan cowok yang kaya, nggak terlalu cakep nggak papa, yang penting kaya. Apakah itu mata duitan? Nggak. Itu adalah sikap realistis. Bagaimana juga, sebuah hubungan asmara yang bertumbuh menjadi hubungan keluarga pasti bakal butuh banyak biaya. Membesarkan anak dengan pendidikan yang baik butuh biaya, merawat keluarga butuh biaya, dan kalau kemudian uang menjadi prioritas pilihan, itu sah-sah saja.
Di sisi lain, ada cewek yang butuh pria yang cerdas. Walau kere dan tampangnya di bawah standar, nggak papa, yang penting cerdas. Pilihan cerdas menjadi prioritas tentu saja ada alasannya, misal si cewek sudah kaya dan ia butuh mengembangkan bisnisnya, jadi ia butuh pria yang cerdas agar bisa membantunya untuk mengembangkan bisnis. Dalam kondisi yang demikian, tampang dan kekayaan tentu saja bisa dikesampingkan.
Nah, soal pilihan ini, Sampeyan sendirilah yang bisa menentukan, apa prioritas Anda. Kalau Sampeyan merasa bahwa lelaki yang visioner dan penuh perencanaan adalah lelaki yang Sampeyan butuhkan, maka pilih saja Arman. Urusan membangun cinta, itu bisa belakangan, toh lagian, witing tresno kan jalaran saka kulino. Sebaliknya, jika Sampeyan merasa bahwa prioritas Sampeyan dalam membangun hubungan adalah chemistri perasaan, maka ya pilih saja Bambang, sebab Sampeyan Sudah merasa cinta sama dia. Sampeyan nggak perlu lagi susah-susah dari nol membangun perasaan, wong sudah terbangun.
Pilihan ada di tangan Sampeyan. Mohon maaf jika saya tidak bisa memberikan jawaban dan malah bikin Sampeyan semakin bingung dengan pilihan Sampeyan.
Tapi ha mbok prek. Toh kalaupun saya memberikan saran pilihan pada salah satu antara Bambang dan Arman pun, keputusan akhirnya tetep saja nanti di tangan Sampeyan. Sampeyan sendiri yang nanti bakal memilih mana yang lebih klop.
Lagi pula, kebimbangan ini sejatinya bagus untuk percintaan Sampeyan. Ingat, tiada pelaut hebat yang lahir dari lautan yang tenang. Pelaut hebat selalu lahir dari lautan yang ganas dan penuh gelombang. Saya pikir, itu relevan jika dikaitkan dengan percintaan. Tiada percintaan yang kuat jika tidak diterjang oleh “gelombang” kebimbangan yang dahsyat.
Kebimbangan yang sedang Sampeyan alami ini Insya Allah bakal membuat asmara Sampeyan dengan salah satu dari Arman atau Bambang bakal menjadi percintaan yang kuat, sebab ia dilandasi oleh pertimbangan yang matang.
Selamat memilih.