Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Corak Curhat

Cibiran Negatif tentang Pesepeda yang Bikin Malas Bersepeda

Redaksi oleh Redaksi
27 Juni 2020
A A
sepeda
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Tanya

Dear Mas Agus.

Begini, Mas Agus. Mas Agus kan tahu sendiri bahwa sejak masuk masa pandemi, masyarakat kita banyak yang berbondong-bondong menggeluti hobi bersepeda. Tua muda pria wanita semuanya bergowes ria.

Nah, seperti yang mas Agus ketahui juga, bahwa seiring dengan makin banyak pesepeda ini, banyak sekali masalah yang muncul yang pada akhirnya melahirkan citra yang buruk bagi para pesepeda. Dari mulai ulah para pesepeda yang membawa sepedanya masuk ke dalam cafe, ulah para pesepeda yang berjajar pararel di jalan, sampai ulah rombongan pesepeda yang sering tak taat aturan.

Sialnya, ulah-ulah para sepeda tadi videonya banyak beredar di sosial media dan ikut menggerakkan gelombang antipati kepada para pesepeda.

Nah, sebagai seorang pemakai sepeda yang sudah sejak lama, entah kenapa, saya merasa cukup terganggu dengan gelombang antipati ini. Sudah satu bulan ini, saya jadi agak malas pakai sepeda karena labeling itu tadi.

Dulu hampir setiap hari minggu saya selalu bersepeda ke tempat-tempat yang bagus di daerah tempat saya tinggal untuk kemudian berfoto dan menguploadnya di sosial media. Namun sejak adanya gelombang labeling tadi, saya jadi enggan melakukan kebiasaan saya itu tadi.

Saya sangat rindu bersepeda seperti dulu, ketika komentar-komentar negatif terhadap para pesepeda belum sebesar dan semasif ini.

Setiap kali buka grup WhatsApp kampung, sering sekali ada postingan tentang ulah-ulah para pesepeda. Hal tersebut hampir selalu bikin saya ilfeel sendiri. Hasrat untuk kembali bersepeda pun makin menguap.

Menurut Mas Agus, gimana cara terbaik untuk menyikapi hal ini?

Suwun.

~Indra.

Jawab

Dear, Indra.

Begini. Tren bersepeda yang kemudian menjadi booming dan melanda orang-orang ini sebenarnya adalah tren positif yang sebenarnya harus disyukuri. Orang-orang banyak yang bersepeda baik sebagai sebuah ritual rekreatif atau sebagai sarana transportasi jarak dekat. Kita semakin dekat dengan kebiasaan bersepeda orang-orang Jepang atau Belanda. Walau memang kebiasaan ini muncul karena efek yang agak “terpaksa” dan insidentil.

Namun demikian, sekali lagi, bersepeda itu baik. Ya baik bagi kesehatan, baik bagi lingkungan. Bukankah kita sering sekali merindukan romantisme masa-masa ketika banyak orang bersepeda, udara masih bersih, belum banyak asap knalpot, dsb? Nah, tren bersepeda ini bisa menjadi salah satu jalan untuk mewujudkan romantisme tersebut.

Iklan

Dan kita perlu ingat, bahwa setiap tren, apa pun itu, memang sewajarnya akan menimbulkan masalah tersendiri. Sekali lagi, tren apa pun. Tren naik gunung, misalnya, ia akan menimbulkan masalah lingkungan seperti banyaknya sampah di jalur pendakian atau meningkatnya kasus pendaki yang hilang dan tersesat di di gunung. Atau tren bermain layang-layang di lingkungan perkotaan yang bisa menimbulkan masalah berupa banyaknya lintangan senar tajam yang bisa melukai orang. Sampai tren bermain game online yang bisa membuat anak-anak tak segan mencuri uang orangtuanya demi bisa punya ongkos buat main game online.

Dalam kasus tren bersepeda ini, masalahnya adalah munculnya banyak pesepeda-pesepeda kambuhan yang bersikap sembrono dan seenaknya.

Tentu saja ini wajar. Misal ada seribu pesepeda baru yang mulai hobi gowes, masak iya dari seribu itu semuanya orang taat aturan semua, kan nggak mungkin. Nggak mungkin juga seribu orang itu pinter semua, pasti ada beberapa yang bodo.

Nah, dengan menyadari hal tersebut, maka penyikapan Anda yang paling tepat ya jangan terlalu memikirkan apa kata orang. Anggap sentimen negatif dari orang-orang tentang para pesepeda itu sebagai kewajaran belaka. Itu adalah bagian dari dinamika sebuah tren, yang memang sewajarnya disertai oleh masalah.

Saya tak punya saran apa pun selain tetaplah bersepeda walau mulai banyak video pesepeda-pesepeda bodoh dan ngawur beredar di sosial media. Walau banyak komentar-komentar negatif terhadap para pesepeda. Tetaplah bersepeda dengan baik dan taat aturan untuk menandingi jumlah pesepeda bodoh dan ngawur yang jumlahnya semakin banyak saja itu.

Bersepedalah dengan kesadaran karena lingkungan, kesehatan, dan kesenangan diri sendiri. Bukan karena label atau penilaian dari orang-orang.

Sekali lagi, bersepeda itu baik dan akan selalu baik. Jangan berhenti hanya karena takut dengan label yang tak baik.

~Agus

Terakhir diperbarui pada 27 Juni 2020 oleh

Tags: bersepedasepeda
Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

Naik Sepeda Jogja Lamongan demi Menunaikan Rindu pada Ibu MOJOK.CO
Esai

Menuntaskan 640 Kilometer Jogja Lamongan Bersepeda demi Ziarah Batin dan Menunaikan Rindu pada Ibu

12 September 2025
Rasanya Ditipu Suami Naik Sepeda Lewat Jalur Biadab MOJOK.CO
Esai

Rasanya Ditipu Berkali-kali sama Suami Saat Naik Sepeda Jarak Jauh, Menempuh 55 Kilometer via Jalur Biadab Menuju Waduk Sermo

18 Juli 2025
Keluh Kesah Jadi Pesepeda di Cilacap. MOJOK.CO
Kilas

Keluh Kesah Jadi Pesepeda di Cilacap

11 Juni 2023
Ekspedisi Menjelajah Indonesia dengan Sepeda dan Impian Nur Kholis
Liputan

Ekspedisi Bersepeda Menjelajah Indonesia dan Impian Nur Kholis 

14 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Warteg Singapura vs Indonesia: Perbedaan Kualitas Langit-Bumi MOJOK.CO

Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi

22 Desember 2025
Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Event seni budaya jadi daya tarik lain wisata ke Kota Semarang selama libur Nataru MOJOK.CO

Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya

26 Desember 2025
Wisata Pantai Bama di Taman Nasional Baluran, Situbondo: Indah tapi waswas gangguan monyet MOJOK.CO

Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

25 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025
Atlet pencak silat asal Kota Semarang, Tito Hendra Septa Kurnia Wijaya, raih medali emas di SEA Games 2025 Thailand MOJOK.CO

Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional

22 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.