Tanya
Assalamualaikum wr. wb.
Kepada Gus Mul dan Cik Prim, semoga kalian selalu sehat, bahagia, dan memiliki kisah yang “tulisable” bersama pacar panjenengan masing-masing. ((( Aamiiiiin )))
Oiya, Gus Mul, sebelumnya saya pengin nitip salam buat Mbak Kalis Mardiasih nggih. Saya dulu pernah ketemu beliau di acara pramuka se-Kwarcab, trus pas lomba debat bahasa inggris se-Kabupaten Blora, juga pas lomba menulis sinopsis di Masjid Agung Kabupaten Blora. Tapi sayangnya, saya kok ya tidak sempat kenalan, beruntung beliau kemudian terkenal, sehingga saya jadi bisa ketemu Mbak Kalis lagi lewat tulisan-tulisannya baik di facebook atau di Mojok.
Oke, langsung saja ya curhatnya, Gus, Cik.
Begini, saya wanita yang sudah menikah selama 4,5 tahun dan sudah punya anak usia 3,5 tahun.
Saya bertemu suami untuk pertama kalinya saat saya masih jadi mahasiswa. Kala itu, saya magang di perusahaan yang kebetulan adalah tempat suami saya bekerja. Dulu suami saya sangat pemalu dan pendiam, bahkan untuk sekadar kenalan sama saya dan kawan-kawan saya saja tidak berani. Ah, pokoknya isinan banget lah.
Nah, singkat cerita, saya iseng-iseng ngajak kenalan dan mendekati beliau. Saya penasaran, pengen lihat ini orang seperti apa sih kok nggak kaya teman-temannya yang agresif ngajak saya dan teman-teman saya buat kenalan.
Welhadalah, setelah pedekate singkat selama dua bulan, lha kok dia mendadak (walau tidak secara resmi) melamar saya. Saya kan langsung bingung setengah mati. Lha baru dua buan kok ujug-ujug nembung, padahal saya kan tadinya iseng dan nggak ngode buat minta dilamar lho.
Maka, sebagai perempuan yang bingung setengah mati, saya tentu tidak bisa menjawab saat itu juga. Tapi, dasar namanya lelaki kali ya, dia memaksa saya untuk langsung menjawab saat itu juga. Pokoknya saya harus jawab, iya apa tidak. Pada akhirnya, saya kok ya bilang “ya” sebagai jawaban. Saya takut pamali kalau nolak lamaran nanti jadi perawan tua. Maklum, saya perempuan asli dari pedalaman Rembang, dan di daerah saya, masih cukup banyak yang peduli soal usia perawan).
Alhamdulillah, atas ijin Alloh, proses selanjutnya kemudian berjalan dengan sangat baik dan lancar hingga saya menikah dengan dia. Mungkin karena memang sudah jodoh, jadi semuanya dimudahkan begitu saja, hehehe.
Saya dan suami adalah pasangan kopi susu yang long distance, ketemu cuma seminggu sekali.
Suami saya itu warna kulitnya super exotic, mukanya juga cuma mevet KKM (kriteria kegantengan minimal), tapi Alhamdulillah, yang bikin saya mau menerima cintanya itu adalah dia rajin sholat, rajin ngaji, tidak ahli hisap (bukan perokok maksudnya, haha) dan juga mapan secara finansial.
Saya sendiri adalah tipe perempuan yang, ehem, lumayan good looking dan lumayan cerdas (walau kadang o’on sithik, lah). Banyak yang pengen memperistri saya. Keadaan ini membuat suami saya agak tidak percaya pada cinta saya kepadanya.
Suami saya masih sering cemburu kalau saya secara tidak sengaja liat status Facebook mantan yang terpampang nyata di wall saya. Kan itu lucu. Padahal saya aja nggak cemburu blas saat dia ngomentarin foto bayi anak mantannya (nggak nyangka juga ternyata dia punya mantan). Intinya, dianya sering cemburu, sedangkan saya nggak, sebab saya selalu percaya penuh sama dia.
Saya selalu ingat nasihatnya almarhum.Hj. Ainun Habibie kepada para perempuan agar menjadi istri yang tidak rewel dan suka membatasi pergaulan suaminya, semata agar suami menjadi lebih tenang saat bekerja dan mengembangkan karirnya.
Nah, pertanyaan saya Gus, Cik. Apakah orang yang tidak ganteng-ganteng amat itu juga pengen di curiga-curigain, ditanya-tanyaain lagi dimana, sama siapa, dengan siapa, disuruh selfie, video call segala rupa, dan lain sebagainya? Memangnya adakah pengaruh ataupun manfaat kecurigaan perempuan terhadap kebahagiaan seorang laki-laki? Apakah hal tersebut kemudian membikin laki-laki jadi merasa ganteng gituh?
Hahaha, begitu, Gus, Cik. Semoga kerso njawab curhatan dari saya. Akhirul kalam, wabillahi taufik wal hidayah wa ridho wal inayah. Wassalamu alaikum wr. wb.
Ika Novita (Pembaca setia Mojok, fans berat pasangan Gus Mul dan Mbak Kalis, Pengagum Cik Prim)
Jawab
Dear Mbak Ika yang baik hatinya dan beruntung suaminya.
Nggih, besok kalau saya ketemu sama Kalis, saya sampaikan salam panjenengan.
Mbak Ika, jujur, saya kok senang sekali baca curhatan sampeyan. Apalagi pas bagian di mana sampeyan mendeskripsikan suami sampeyan yang, menurut sampeyan punya kulit eksotis dan tingkat kegantengnya minimal itu. Sungguh, bagian itu bikin saya ngakak, tapi kemudian membikin saya trenyuh dan merenung, apalagi begitu tahu kalau ternyata sampeyan satu daerah sama Kalis. Saya jadi berpikir, “Apa perempuan dari daerah Blora-Rembang dan sekitarnya itu memang suka sama jenis-jenis pria yang punya kulit eksotis dan kegantengannya minimal ya?” Saya kok ya langsung bertanya-tanya, kira-kira apa motivasi Kalis dulu pas menerima saya sebagai pacarnya. Hahaha
Jangan-jangan… ah, sudahlah…
Saya langsung jawab saja ya curhatannya. Takut takbir keliling di kampung saya keburu mulai. Saya bagian dokumentasi je.
Begini, Mbak. Dalam tingkatan sebuah hubungan kasmaran, seseorang akan selalu merasa bahagia ketika dia mengalami empat proses berikut: diperhatikan, dipedulikan, dicemburui, dan yang paling puncak, dicintai.
Cinta adalah hal yang begitu kompleks, ia terbikin dari banyak hal, dan cemburu adalah salah satunya. Cemburu adalah hal yang menjaga rasa takut kehilangan tetap ada, ia menjaga tensi, ia menjaga dan memastikan bahwa dalam sebuah hubungan masih ada rasa peduli.
Sampai di sini, jelas bahwa dalam sebuah hubungan, kecemburuan itu mutlak diperlukan. Hanya saja, tak ubahnya seperti hal-hal lainnya, cemburu hanya baik jika berada pada dosis yang wajar. Bila ia sudah berada pada titik yang berlebihan, tentu ia akan menjelma menjadi sesuatu yang kacau. Kalau kata Orelli O’tiler, Jealousy is the spice of any relationship.When it is too much, it’s a poison. Lha wong “too much love” saja kata Freddie Mercury bisa “will kill you”, apalagi “too much cemburu”. Ya tho?
Nah, perihal pertanyaan sampeyan, apakah orang yang tidak ganteng-ganteng amat itu juga pengin dicurigain?
Hellooooow. Mbak Ika, dicemburui itu hak segala bangsa, dari yang ganteng maksimal sampai yang ganteng minimal (untuk tidak menyebutnya sebagai jelek). Bahkan, semakin jelek (aduh, keceplosan) seorang lelaki, semakin ingin ia dicemburui, walaupun seharusnya, semakin jelek (ah, keceplosan lagi) seorang lelaki, semakin tipis alasan ia harus dicemburui.
Nah, jika suatu ketika, sampeyan mencemburui suami sampeyan, maka kecemburuan sampeyan kepada suami sampeyan itu jelas tidak akan membuat suami sampeyan menjadi ganteng atau merasa ganteng. Tapi yang jelas, ia akan membuat suami anda merasa berharga dan merasa dikhawatirkan.
Ada banyak cara untuk menghargai seorang lelaki, dan salah satunya adalah dengan mencemburui.
Saya sendiri, mewakili kaum pria dengan kulit eksotis dan kegantengan minimalis merasa cukup senang saat dicemburui. Kalis beberapa kali sewot kalau saya membalas komentar teman perempuan di facebook dengan balasan yang nyerempet gombal. Dan tentu saja saya suka itu. Sebab, itu menjadi bukti, bahwa Kalis masih peduli sama saya, masih takut kehilangan saya. Hahaha
Lagipula, wajar kalau Kalis sesekali cemburu, sebab Kalis sadar, masih banyak perempuan-perempuan asal Blora dan Rembang di luar sana yang mungkin menaruh hati sama saya.
Bwahahaha… Duh Gusti, aku kok jadi kemaki begini ya…