Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Corak Cipox

Ibu Rambat yang Butuh Sentuhan Lelaki

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
25 Februari 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Boleh jadi, Rambat adalah salah satu anak yang mendapatkan tempaan hidup yang sangat keras. Di usianya yang masih 14 tahun alias masih SMP, kedua orangtuanya, Ratih dan Tomo memutuskan untuk bercerai.

Gelagat akan perceraian itu sudah terendus sejak beberapa bulan yang lalu. Rambat dan adiknya, Yuyun yang masih duduk di bangku sekolah dasar, sering mendengar adu mulut dan keributan antara ayah dan ibunya.

Selalu saja ada bahan yang bisa dijadikan sebagai dalih adu mulut, dari mulai alasan sepele seperti terlambat pulang, sampai urusan yang berat seperti isu adanya orang ketiga.

Perceraian itu akhirnya memang benar-benar terjadi. Ratih ibu Rambat akhirnya bercerai dengan Tomo suaminya setelah sebelumnya sempat beberapa kali mengadakan pembicaraan yang dimediasi oleh pihak pengadilan namun tak jua menghasilkan keputusan untuk tetap bersama.

Pasca perceraian itu, Rambat kemudian ikut ibunya, sedangkan Yuyun ikut bapaknya.

Bersama ibunya, Rambat pindah ke Magelang.

Di Magelang, ibu Rambat bekerja sebagai penjaga salah satu outlet fashion di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Magelang.

Kehidupan Rambat dan ibunya nampaknya berjalan baik-baik saja selama beberapa bulan awal mereka pindah ke Magelang. Walau gajinya tak terlalu besar, toh Ratih tetap bisa membiayai sekolah Rambat dan juga membayar uang sewa rumah. Rambat juga mudah bergaul dengan kawan-kawan sebaya di tempat barunya, begitu pun Ratih yang ternyata memang banyak disukai oleh ibu-ibu di sekitar rumah kontrakannya karena pembawaannya yang ramah dan mudah bergaul.

Singkat kata, kehidupan mereka berdua berjalan dengan sangat baik walau berjalan dengan sangat sederhana.

Sesekali Ratih berkunjung ke rumah mantan suaminya di Jakarta, semata demi melepas kangen dengan Yuyun anaknya.

Dilema mulai muncul saat Ratih sudah tinggal selama setengah tahun. Ketiadaan lelaki dalam kehidupan Ratih membuah dirinya tertekan. Bagaimanapun, Ratih adalah perempuan waras yang tetap punya hasrat biologis sebagai seorang perempuan yang butuh sentuhan lelaki.

Ratih merasa belum waktunya baginya untuk mencari suami baru. Ia masih belum bisa melupakan Tomo sepenuhnya. Namun begitu, hasratnya sebagai perempuan memang tak bisa bohong.

Ratih sering sekali merancap di kamarnya. Membayangkan kemesraan yang pernah ia lalui saat memadu kasih dengan Tomo. Aktivitas diam-diamnya ini tentu saja tidak menjadi masalah, karena ia melakukannya di kamar saat Rambat sudah berangkat ke sekolah.

Hingga kemudian, peristiwa itu terjadi.

Iklan

Rambat pulang sekolah lebih awal tanpa Ratih menyadarinya. Saat Rambat masuk rumah dan lewat di depan kamar Ratih, ia mendengar suara-suara aneh. Ia penasaran dan kemudian mengintipnya melalui lubang bekas gagang pintu yang rusak yang ukurannya memang cukup lebar.

Dari lubang bekas gagang pintu itu, Rambat melihat ibunya sedang telanjang, memejamkan matanya, menggelinjang sembari meremas-meremas dadanya sendiri dan berkata dengan suara racau yang bercampur desah, “Ohhhhh… aku butuh lelaki… aku butuh lelaki…”

Rambat tak berbuat apa-apa dan kemudian langsung masuk ke kamarnya. Sebagai anak yang masih SMP, mungkin ia memang belum paham apa yang baru saja dilihatnya.

Dua hari kemudian, peristiwa itu kemudian berulang kembali.

Hari itu, Rambat lagi-lagi pulang lebih awal dan mendapati apa yang ia lihat dua hari sebelumnya. Namun kali ini berbeda. Ia melihat ibunya sedang ditindih oleh seorang lelaki dan merintih dengan ekspresi kenikmatan yang luar biasa. Rambat tampak berfikir sejenak dan segera bergegas masuk ke kamarnya.

Di dalam kamarnya, Rambat membuka seragam sekolahnya, telanjang bulat, kemudian meremas-remas tubuhnya.

“Ohhhhh… aku butuh sepeda… aku butuh sepeda…” ucap Rambat.

 

Terakhir diperbarui pada 25 Februari 2018 oleh

Tags: ibulelakiperceraianrambat
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) nyaris drop out usai ibu tiada. MOJOK.CO
Ragam

Sibuk Skripsian sampai Abaikan Telpon Ibu dan Jarang Pulang, Berujung Sesal Ketika Ibu Meninggal

14 November 2025
Suara ibu di telepon bikin hati lapang hadapi kerasnya perantauan MOJOK.CO
Ragam

Suara Ibu di Telepon Selalu bikin Tenang usai Hadapi Hal-hal Buruk dan Menyakitkan di Perantauan

22 Oktober 2025
Rumah Setelah Ibu Meninggal MOJOK.CO
Malam Jumat

Setelah Ibu Meninggal

2 Januari 2025
ibu di upn jogja.MOJOK.CO
Catatan

Di Trotoar Dekat UPN Jogja, Seorang Ibu Setia Menanti Anak Lelakinya yang Hilang Sejak 13 Tahun Silam

20 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.