Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Cerbung Berbalas Fiksi

Narator Serbatahu, tapi Dia Menunggu

Dea Anugrah oleh Dea Anugrah
8 Oktober 2018
A A
Narator Serbatahu, tapi Dia Menunggu
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

“Aku takkan melakukannya,” kata laki-laki itu. Rambutnya lepek di sisi depan dan kocar-kacir di belakang. Kantong matanya bengkak. “Seseorang harus mengurusmu,” kata laki-laki itu.

Kucing di pangkuannya mendengkur.

“Bagaimana kalau kau kupanggil Sawi? Sawi Putih. Bagus untuk mengatasi panas dalam.”

Laki-laki itu berpaling ke layar dan mengarahkan kursor ke sebuah tautan. Ungu—tanda bahwa dia pernah mengunjunginya. Peramban memuat halaman baru. Dia melepaskan mouse.

“Oh, kegelapan di diri ini…,” dia bersenandung sambil mengelus kepala kucing di pangkuannya dengan punggung tangan. “Mana ada kegelapan dalam sayuran,” katanya.

Kucing itu tersentak, lalu kembali mendengkur.

“Kau bukan yang pertama, tahu,” kata laki-laki itu sambil mengempaskan kepalanya ke sandaran kursi. “Ia putih dengan bercak-bercak kecil kuning dan cokelat, sepertimu. Aku membiarkannya tidur di pangkuanku, sepertimu. Tetapi ia peduli. Ia mengeong sambil memiringkan kepala kalau aku bicara kepadanya.”

Dia menyentuh kuping kucing di pangkuannya dengan telunjuk. Kuping kanan, kiri, kanan. Dia membuat gerakan-gerakan melingkar dengan telunjuknya di kepala kucing itu.

“Suatu malam seseorang menangis di bantalku. Paginya, ada kodok mati di luar kamar. Kau, dari tampangmu, pasti tak pernah cukup peduli untuk melakukan itu.”

Laki-laki itu menempelkan kuku jari tengah di ruas teratas jempolnya. Jari-jarinya menegang. Dia hampir menggasak kuping kucing di pangkuannya, tetapi kemudian teringat sesuatu.

“Aku pernah percaya,” kata laki-laki itu setelah diam sebentar, “hanya ada satu kucing untuk setiap orang. Atau, dari perspektif kalian, hanya satu manusia untuk setiap kucing.”

Dia tertawa, kering. Sebuah mobil melintas di jalan di luar.

“Lalu kuputuskan… Kuputuskan… Aku tahu, aku juga bukan yang pertama buatmu,” katanya.

Sebuah mobil melintas di jalan di luar, lebih kencang dari yang sebelumnya, dan melindas sesuatu. Laki-laki itu menoleh ke arah pintu. Di atas pangkuannya, seekor kucing mengangkat kepala. Sinar layar, putih kebiruan, memantul di wajah-wajah mereka.

Iklan

Kucing itu mengeong sambil menelengkan kepala ke kanan.

Kucing itu ingat seorang manusia lain telah memungutnya dari kardus basah dan membawanya pulang. Selimut kaus putih kusam dan sebuah nama: nama pertamanya. Perempuan itu berkata, “Jangan mati,” sambil menyodorkan nasi dan tongkol goreng. “Jangan hari ini.”

Laki-laki itu menggeleng. “Takkan kulakukan sekarang,” katanya. “Sekarang harus ada yang mengurusmu,” katanya.

Dia mengangkat kucing itu dan mendekapkannya ke dada. Mereka terpejam. Layar mati dan mereka tetap terpejam. Di jalan, di luar, seseorang menginjak bangkai tikus yang terburai dan meludah.

Baca cerita berikutnya di sini.

Terakhir diperbarui pada 6 November 2018 oleh

Tags: Bala Dioberbalas fiksiDea AnugrahKawan Deakucing dan manusia
Dea Anugrah

Dea Anugrah

Artikel Terkait

Esai

Anak yang Dipaksa Durhaka oleh Orang Tuanya

27 Juni 2021
Berbalas Fiksi

Dirimu Berharga, Mereka Hanya Tak Mau Bilang Saja

29 Juli 2019
Berbalas Fiksi

Meninggalkan Rumah, Menemukan Diri Sendiri

25 Juli 2019
Berbalas Fiksi

Cinta yang Membelenggu dan Perhiasan Delapan Juta Rupiah

22 Juli 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.