MOJOK.CO – Arsenal vs Liverpool bukan lagi sebuah big match bagi kedua petarung Tekel kali ini. Bahkan, katanya, Arsenal bukan lagi rival Liverpool. Betul demikian?
Tekel kali ini sedikit spesial. Kedua “petarung” berasal dari almamater yang sama, yaitu Universitas Brawijaya. Masalahnya, yang satu lulus dengan nilai memuaskan, sedangkan satunya gugur sebelum paripurna. Halah, sebut saja DO.
Menariknya lagi, mungkin saking lamanya nggak merasakan juara Liga Inggris, keduanya bersepakat kalau Arsenal vs Liverpool itu hanya laga friendly semata. Kalau sudah dekaden mungkin begini. Big match tak lagi memberikan gairah. Mungkin sudah waktunya keduanya mempertimbangkan mendukung Fulham. Biar greget. Ketika lari dari jurang degradasi.
Tanpa banyak basa-basi lagi, plis welkam, masuk dalam gelanggang: Isidorus Rio sebagai Gooners Kampus Forever dan Nia Lavinia sebagai Liverpudlian garis nyinyir.
Isidorus Rio – lawan liverpool cuma laga biasa bagi Arsenal.
Saya punya banyak kawan, yang kasihannya, ngefans Liverpool. Tim ini sudah lama (sekali) tidak juara Liga Inggris. Bahkan sejak liga sudah berganti format dan Blackburn Rovers hingga Leicester City bisa juara. Liverpool, yang ngaku klub terbaik Inggris ini, perlu dipertanyakan klaimnya.
Mereka pernah menulis di bio Twitter resminya dengan kalimat “the most successful England club” tapi kemudian diganti sekarang hanya dengan bio klise, “official worldwide account of Liverpool FC.” Kasihan sekali, Yang Mulia.
Terakhir mereka juara liga, 1989/1990, bapak dan ibu saya bahkan belum bertemu dan tentu saja, belum merencanakan kehadiran saya di dunia ini. Sampai kemudian bapak dan ibu saya menikah, lalu ibu melahirkan saya di tahun 1992, dan hingga kini saya sudah 26 tahun, Liverpool belum juga juara liga. Masyaallah.
Terakhir mereka mengangkat piala, ya trofi Piala Liga di musim 2011/2012. Itu satu-satunya yang bisa dibanggakan pendukungnya, trofi terakhir dari kompetisi yang kini berubah nama jadi Piala Kebo karena tuntutan sponsor tersebut.
Jadi, ya, walau belum tersentuh kekalahan musim ini di liga, dan jadi tim kedua di liga yang paling sedikit kebobolan, lawan Liverpool hanya laga biasa bagi Arsenal. Kalau mereka anggap laga ini spesial, silakan saja. Arsenal sudah bertemu Manchester City dan Chelsea, lalu kalah. Kalau kalah lawan Liverpool, ya tidak apa-apa, wong sudah tidak unbeaten.
Tekanan ini yang akan jadi milik tim tamu. Mereka gagal atasi ini di final Liga Champions musim lalu lawan Real Madrid. Mereka juga gagal ketika Brendan Rodgers dan anak asuhnya hampir merengkuh gelar sebelum Steven Gerrard terpeleset dan trofi melayang ke pangkuan Manchester City.
Arsenal sudah belajar nyaman bersama Unai Emery walau banyak kekurangan di sana-sini. Itu wajar, biasa saja. Musim perdana di klub, musim debut juga di Inggris. Justru, beban ada di Jurgen Klopp. Ini sudah musim yang nomor berapa baginya di Inggris? Dan apa yang dipersembahkan Klopp bagi The Anfield Gank kecuali frasa heavy metal football?
Kalau sepak bola dimenangkan dengan cocot, saya rasa, Klopp salah satu kandidat juara, bersama Jose Mourinho. Cocot beliau sungguh well tenan, inspiratif dan menguatkan, walau tak jadi jaminan gelar.
Jadi, ya, Arsenal akan menyambut laga ini dengan damai, tenang, dan santai. Tidak ada yang dipertaruhkan di laga ini bagi tuan rumah. Streak kemenangan juga sudah berhenti dengan hasil imbang di kandang Crystal Palace akhir pekan lalu. Dan bagi suporter Arsenal, meladeni suporter The Reds yang antusias dengan laga ini seperti meladeni sekumpulan sejarawan.
Mereka kerap mengagungkan 20 trofi Liga Inggris yang mereka raih ketika format liga masih jadul. Juga mengagungkan trofi Liga Champions yang mereka raih di tahun 2005 dan sudah 5 kali mereka juarai sementara Arsenal tak pernah sekali pun. Hanya suporter Liverpool yang berisi sekumpulan orang-orang yang piawai merawat ingatan. Di dalam kepala mereka, kita bisa membedah dan menemukan barang-barang purbakala.
Jika ada sekumpulan orang yang mau diajak balik ke zaman Pak Harto, saya rasa, mereka ini pasti kumpulan suporter Liverpool.
Nia Lavinia – Arsenal itu bukan lagi rivalnya Liverpool.
Sejujurnya, bagi saya, pertandingan melawan Arsenal itu nggak lebih dari sekadar pertandingan persahabatan. Kenapa persahabatan? Lha wong Arsenal itu bukan rivalnya Liverpool kok. Arsenal itu buat Liverpool ya sahabat, sahabat kepompong lebih tepatnya. Sahabat yang selalu ada di kala suka dan duka.
Persahabatan ini saya pikir sudah terjalin cukup lama, apalagi saat Opah Wenger masih menjadi pelatih mereka. Keduanya menjadi dua tim yang terpaksa selalu saling menguatkan karena sudah bertahun-tahun sama-sama nggak juara liga. Hiks.
Bedanya, Arsenal pernah beberapa kali juara piala FA, kalau Liverpool, meskipun belum juara apa-apa lagi sejak 2005, piala Liga Champions-nya masih tetap paling banyak di antara anggota BIG 4 liga Inggris yang lainnya. Catat itu!!1 !
Persahabatan mereka itu juga tampak saat mereka saling mendukung satu sama lain ketika salah satu di antara mereka harus berjumpa tim BIG 4 lain semacam City dan Chealsea di Liga.
Misalnya, saat Arsenal harus melawan City, fans Liverpool akan mati-matian mendukung Arsenal dengan mendoakan mereka supaya dimudahkan langkahnya ketika melawan tim OKB sombong yang lagi bagus-bagusnya itu. Kalau City kalah, Liverpool bisa dengan santai nangkring di pucuk klasemen, dan nggak banyak pikiran ketika nantinya harus main di Liga Champions.
Pun ketika The Reds harus melawan Chelsea. Saya yakin Fans Arsenal juga akan mati-matian mendoakan kami supaya bisa menang melawan saudara sekota yang jelas lebih jago dari mereka itu supaya mereka tetap bisa aman di posisi 4 besar nggak tergusur kayak musim lalu dan nggak banyak pikiran ketika nantinya harus main di Liga Malam Jumat.
Mantap! Sebuah persahabatan yang saling menguntungkan!
Lagian ya arsenal itu, mau dibilang rival juga kok ya nggak pernah ngasih perlawanan kalau lawan Liverpool hehe. Ya nggak usah lihat statistik lah ya, nanti malah ketahuan rekor menangnya banyakan siapa, terus jadi berantem dan nggak sahabatan lagi. Apalagi sekarang Liverpool udah beda, beneran beda dari musim-musim sebelumnya, pokoknya “musim ini jelas milik kami” sudah mulai terlihat nggak akan jadi slogan turun temurun lagi.
Sekali lagi, karena ini big match rasa pertandingan persahabatan, saya pikir Liverpool nggak akan jahat-jahat sama sahabatnya. Nggak akan ngebobol 4 gol kaya 2 pertandingan mereka yang sebelumnya juga nggak akan nyuruh Firminho cetak gol tanpa ngeliat gawang yang keliatan songong dan super keren itu.
Paling Arsenal cuman bakal bobol satu kali lewat tendangan bebasnya Trent Alexander-Arnold si anak bawang yang masih bau kencur. Ya namanya pertandingan persahabatan kan ya cuman buat nguji stamina pemain dan latihan tendang-tendangan bebas.
Nggak perlu lah serius-serius amat sampai harus melibatkan kombinasi Salah, Mane, dan Firminho cuman buat cetak satu gol yang cukup buat bawa pulang 3 poin untuk mengamankan puncak klasemen.
Riwayat 5 pertemuan terakhir Arsenal vs Liverpool
Arsenal 3-3 Liverpool | 22 Desember 2017 | Liga Inggris
Liverpool 4-3 Aersenal | 27 Agustus 2017 | Liga Inggris
Liverpool 3-1 Arsenal | 4 Maret 2017 | Liga Inggris
Arsenal 3-4 Liverpool | 14 Agustus 2016 | Liga Inggris
Liverpool 3-3 Arsenal | 13 Januari 2016 | Liga Inggris